#25 (Bandung Moment #01)

6 2 0
                                    

Sinar mentari lagi mulai berlomba-lomba memasuki ruangan bernuansa pink dengan unicorn ini.
Raylin menggeliat seperti ulat saat cahaya tepat mengenai matanya.

Suara ketukan pintu membuat Raylin kendengkus kesal. Hari ini, hari Minggu jadi biarkan Raylin tidur hingga besok!

"Ada apa sih Bun ... ." Raylin membuka pintunya.

Bunda Raylin sedikit tersentak bagaimana tidak? Rambut anaknya seperti singa belum lagi wajah Raylin yang khas orang tidur itu.

"Turun! Leon ada di bawah."

"Napa Bunda jadi cuek gini dah?"

"Nggak cuek sayang, udah cepet siap-siap Leon mau ngajak kamu jalan-jalan pagi katanya."

Raylin mengangguk lalu kembali menutup pintu kamarnya lalu bersiap untuk pergi dengan Leon.

***

Leon tertawa saat mendengar candaan dari Ayah Raylin. Tawa Leon seketika berhenti saat melihat Raylin yang berdiri disamping Ayahnya.

Leon mengamati penampilan Raylin dari bawah hingga ujung rambut. Sepatu putih kesayangan gadis itu, celana Levis panjang, kaos putih berlengan pendek bergambar karakter kartun kesukaan, ditambah dengan rompi Levis berlengan pendek. Rambut gadis itu dibiarkan tergerai lurus nan panjang ditambah dengan japit pink yang ia selipkan di rambutnya. Manis.

"Yuk Kak."

"Yuk, Om, Tan, saya sama Raylin berangkat yah. Assalamualaikum."

"Waalaikum salam," jawab Kedua orang tua Raylin.

***

Raylin memasuki mobil Leon memakai sabuk pengaman lalu menyalakan ace di mobil Leon.

"Kita mau ke mana Kak?" tanya Raylin saat Leon memakai sabuk pengaman.

"Rumah Kakek gue."

"Kakak punya Kakek? Sejak kapan, kok Aurel nggak pernah cerita."

"Emang kalian pernah tegur sapa lagi? Kelas aja beda, apa lagi sekarang Aurel sibuk sama Rizky pacarnya itu."

Benar, memang Raylin dan Aurel tidak pernah bertegur sapa lagi, bahkan Tidak pernah bertemu lagi. Keduanya sama-sama sibuk dengan dunianya masing-masing. Raylin jadi kangen Aurel.

Leon menjalankan mobilnya menuju kota Bandung. Di sana rumah Kakeknya. Leon sudah bicara kepada orang tua Raylin jika dia akan membawa putri tunggal mereka ke Bandung. Tapi tidak jika ntuk berbicara dengan Raylin, Leon takut Raylin menolak. Setahu Leon, gadis itu sangat anti dengan perjalanan jauh. Anehnya dia malah mau kuliah di negara yang jauh.

"Kak, tiket ke Korea murah lho. Cuman 147-an," ucap Raylin dengan bermain ponsel.

"Tau."

"Ke Sono yuk!"

"Mau mati?"

Alis Raylin bertaut bingung, ke Korea tapi mati? Apa hubungannya?

"Ntu tiket murah karna virus yang nyebar itu. Kalau mau ke sono, Sono aja sendiri gue gak mau."

"Corona?"

"Iya udah jangan di bahas, gue gak mau bahas-bahas gituan. Ribet, mumet, otak ngadet."

"Akhirnya harus 'T' semua yah?"

"Yah kagak itu cuman kebetulan, lo kok jadi ngeselin sih Ray? Cerewet, bawel, alay dan lebay!"

Raylin kendengkus. "Lo tuh yah Kak! Gue kaya gini salah gitu salah, gue kayak gini tuh tahap-tahap pembukaan hati!"

Raylin story'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang