Liburan akhir tahun mungkin itu yang ditunggu-tunggu oleh kebanyakan remaja maupun anak-anak tapi tidak dengan Raylin. Liburannya tahun ini seoalah abu-abu, dulu sebelum liburan ini tiba dia telah menyiapkan apa saja dan kapan saja dia akan pergi bersama Bintang. Tapi semuanya sirna saat Bintang pergi.
Raylin tengah bersandar di bawah pohon rindang di taman kota taman hari ini tidak begitu sepi tidak juga ramai. Raylin memasang earphone port pink miliknya, lalu membuka novel yang baru ia beli. Sudah lama Raylin meninggalkan kegiatannya ini dan sekarang dai kembali.
Aurel dan Rizky berlibur ntah kemana jadilah Raylin sendiri, andai Raylin tidak terlalu tertutup mungkin saja dia memiliki banyak teman. Mungkin.
"Boleh duduk?" tanya seseorang.
Raylin memutar bola mata malas. "Duduk aja."
Leon pun duduk di sebelah Raylin menatap aktifitas yang tengah gadis itu lakukan. Leon saja bosan menatap Raylin yang hanya diam dengan membolak-balikkan lembaran buku yang menurutnya aneh itu.
"Ikut gue yuk." Leon menarik tangan Raylin. Mau tidak mau yah harus mau jika seperti ini.
***
Raylin berdecak dari tadi mobil Leon belum juga sampai ke tempat tujuan, padahal tadi Raylin nyaman sangat nyaman di sana, angin sepoi-sepoi ditambah dengan lagu-lagu miliknya. Tapi semuanya mati saat si pengacau Leon datang.
"Mau kemana sih? Udah hampir malam terus lo bawa mobil jauh banget, lo mau apa-apain gue yah Kak?"
Leon tidak menjawab dia hanya fokus pada jalan membiarkan Raylin ngedumel di sana. Setidaknya Leon mendengar lebih dari tiga kata dari mulut Raylin hari ini.
Leon memberhentikan mobilnya tepat di tempat yang ia ingin tunjukkan pada Raylin. Tempat di mana dia dan Raylin dapat leluasa menatap indahnya semburat Bintang di langit.
Raylin melepas earphone yang sedari tadi ia pakai laku mengalungkan nya di leher jenjang miliknya. Menatap sekitar, hutan? Bukan ini bukan hutan tapi kenapa banyak pepohonan? Oke tidak semua tempat yang banyak pepohonan itu hutan.
"Lo bawa gue kemana?" ucap Raylin lalu mengikuti langkah Leon.
"Banyak tanya banget sih? Udah sini duduk." Leon menepuk-nepuk tempat kosong di sampingnya.
"OGAH! kalau jatoh gimana? Itu lo duduknya terlalu pinggir Kak! Gue gak mau mati dulu yah! Gue mau kuliah." Raylin memeluk novel miliknya lalu kembali berucap. "Tapi gak papa sih kalau gue mati kan bisa ketemu Bintang. Tapi kalau mati gak bisa ke Korea dong? Tapi kalau gue jadi hantu bisa aja sih."
Leon memutar bola matanya. Gadis itu benar-benar kesurupan hantu di pertigaan jalan tadi, dia terus saja berucap tidak jelas di sisi mobil. Lebih baik Raylin menjadi tukang parkir jika seperti ini. Leon lelah dan pusing memikirkan tingkah Raylin yang seperti bunglon. Kadang cuek, kadang marah-marah, kadang suka nangis dan kadang seperti orang gila seperti saat ini.
"Kalau lo di situ terus nanti pulang gak usah bareng gue!" teriak Leon.
Raylin membulatkan matanya lalu berlari menghampiri Leon dan duduk di sisinya. "Gak bisa dong, kan lo yang bawa gue yah lo yang harus ouaongin gue Kak!"
"Gue bercanda kali Ray."
Leon beralih menatap langit, lautan bintang di sana terlukis sangat indah. Leon tersenyum.
"Langit doang ditatap Sampek senyum-senyum sendiri lagi." Raylin menatap lurus ke bawah, tepatnya ke lampu-lampu kota di sana.
"Lo tau bintang Sirius?" tanya Leon.
Sirius? Nama itu membuat ingatan Raylin kembali pada saat dirinya dan Bintang terjebak dalam satu permainan pasar malam. Bintang yang menjelaskan secara rinci apa itu Sirius.
"Tau?" jawabnya singkat.
"Kalau bintang itu lo tau?" Leon menunjuk langit.
Raylin menggeleng. "Nggak, gue gak suka nyari tau."
Leon tersenyum. "itu namanya bintang 57ab, bintang paling kecil tapi juga bintang paling terang di antara bintang kecil lainnya. Bintang itu sempat disebut induk planet oleh para astronom. Bintang itu adalah bintang paling berharga dan paling bersejarah juga, bin--"
"Kok gitu?" potong Raylin, seperti nya dia mulai nyaman dengan percakapan ini.
"Jangan di potong." Leon mengacak rambut Raylin Pelan. "Bintang itu diindentifikasi saat Februari. 2014 saat itu dunia galaksi kacau saat itu pula bintang 57ab ditemukan."
Raylin mengangguk. "Kakak tau banget yah soal dunia galaksi? Emang mau jadi astronot?"
Leon menggeleng. Astronot? Bahkan dia takut untuk menaiki pesawat terbang.
"Nggak, gue cuman suka aja belajar tentang dunia astronomi.""Kok gitu?"
"Dunia astronomi itu nggak ada batasnya Ray, sama kayak angka semakin lo belajar semakin banyak pula hal baru yang lo tau, contohnya saat lo belajar apa itu bintang Vega. Pasti lo bakal nemu namanya bintang Denep dan bintang Altair. Gue jamin."
"Kok bisa?"
Leon tersenyum, Raylin mulai membuka dirinya tidak lagi berubah menjadi gadis yang baru masuk sekolah seperti dulu.
"Bintang Vega adalah bintang yang selalu berorbit dengan dua sahabat nya, namanya bintang Denep dan bintang Altair. Menurut yang gue tau. Bintang Altair gak pernah bisa untuk berdekatan dengan bintang Vega hanya menjaga bintang Vega dari jauh. Beda dengan bintang Denep yang bebas mendekati bintang Vega, sayang banget bintang Denep nggak selamanya ada buat bintang Vega berbeda dengan Altair yang selalu menjaga bintang Vega sekalipun itu dari kejauhan."
"Jadi kisah gue ini kayak tiga bintang itu dong Kak?" Raylin menatap Leon begitupun Leon. "Lo sebagai Bintang Altair yang nggak akan pernah bisa deketin gue dan nggak akan pernah bisa gue terima kehadirannya. Dan Kak Bintang sebagai bintang Denep, dia yang gue terima kehadirannya dalam hidup gue, dia bebas deketin gue, dia bebas hadir dalam hidup gue. Tapi sayang, dia gak bisa selamanya sama gue."
Deg!
Penolakan yang halus.
Demi apapun Leon menyesal telah menjelaskan apa itu dunia galaksi pada Raylin. Sama saja dia menyakiti perasaannya jika seperti ini. Huh!
"Hu'um Ray." Leon tersenyum lalu merangkul pundak Raylin.
Raylin Tidak menolak sama sekali tidak, biarkan Altair mendekati dirinya hanya kali ini. Setidaknya saat Denep tidak ada.
TBC.
Untuk info bintang-bintangnya jika ada yang salah atau kepleset maafkan. Aku cuman nuangin apa yang aku tau tentang dunia galaksi di sini, kalau saya yang salah maaf kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raylin story's
Teen FictionTentang Raylin, gadis yang tidak pernah beruntung dalam masalah kebahagiaan cinta. Seolah cinta tidak pernah berpihak kepadanya. Raylin gadis cantik yang mencintai sahabat kecilnya namun masa depan berkata lain, sahabat nya mencintai Aurel teman bar...