🍁 ENAM

719 58 0
                                    

22 Juni 2020

Abrar POV

Tak kusangka wanita itu malah melawanku, bahkan mengatakan diriku bodoh. Wanita Sholehah. Hah. Mama salah betul dengan penilaiannya.

Aku kembali melihat kertas berisi perjanjian itu, kurasa tak ada yang salah dengan ini.

Surat Perjanjian

Pihak A : Muhammad Abrar Satria
Pihak B : Renata Zein Fatih

1. Setelah pernikahan pihak A bebas mengatur pihak B termasuk memintanya melepaskan hijabnya.

2. Pihak B harus sadar akan kewajibannya sebagai seorang istri, begitupun pihak A harus sadar akan kewajibannya sebagai seorang suami.

3. Selama setahun, bila cinta diantara mereka tak ada, maka salah satu pihak bisa mengajukan perceraian.

4. Pihak B dilarang keras mendekati pria lain tanpa seizin pihak A.

SEKIAN.

Ttd Pihak A                         Ttd Pihak B

Sudah seminggu lebih aku tak pernah mendengar kabar dari gadis yang bernama Renata, sepertinya dia pandai menyembunyikan masalah, saat dikantin ia hanya melewatiku tanpa melirik sedikitpun, padahal dua Minggu lagi aku akan menjadi suaminya.

Entahlah, aku tak pernah memikirkan seseorang hingga selarut ini, beberapa kali kutelfon namun selalu saja tak diangkat. Bahkan tak segan sesekali aku menyuruh Aliya menanyakan kabarnya.

"Kalau kangen, tinggal panggil aja kak. Ng usah nyuruh aku. Aku masih punya banyak kerjaan lain" keluh Aliya padaku.

Sebenarnya bukan itu yang dipermasalahkan, hanya saja aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi dan berdampak pada mama tersayangku.

"Abrar" teriak mama, saat aku melewati ruang tamu begitu saja.

"Ada apa Ma??" Tanyaku.

"Kamu darimana??? Berantakan begitu" tanya mama heran, mungkin penampilan ku saat ini, bisa dikatakan kacau.

"Banyak kerjaan dikantor" jawabku seadanya.

Samar-samar kudengar suara telfon sebelum akhirnya aku kelantai dua menuju kamarku.

Tingg. Suara handphone yang menandakan pesan baru masuk.

Renata : aku hanya menyetujui poin ketiga, selebihnya tak bisa kuterima.

Segera kutelfon Renata begitu membaca pesannya. Lebih tepatnya jawaban pesan yang kukirim tiga hari yang lalu. Wanita itu sungguh menyebalkan. Sudah dua kali aku menelfon nya setelah pesan yang dikirim padaku dan ia masih tak mengangkat telfon ku. Ini yang terakhir, bila masih tak diangkat maka....

"Hallo, assalamualaiku" jawabnya disebrang sana.

Syukurlah.

"Wa'alaikumsalam" jawabku datar.

"Ada apa?"

"Kau tidak menceritakan semuanya pada mama kan?"

"...."

"Begini, aku tidak menginginkan pernikahan ini, itu sebabnya aku mengajukan surat itu, tapi aku tidak mungkin menyakiti perasaan mamaku, dia sangat menyukaimu. Dan mengorbankan perasaan Rania. Kau mengerti maksudku kan?"

Sepasang Sajadah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang