22 Juni 2020
"seminggu lagi pernikahan kalian dilaksanakan, Renata sampai kapan kamu manggil saya Tante?" Kata Tante Rianti dengan wajah seolah tak suka dengan panggilan "Tante" dariku.
"Iyaa mama" jawabku dengan penuh penekanan pada kata mama.
"Kudengar pernikahan, hanya untuk keluarga saja yaa?" Kata Aliya sambil memakan es krim didepannya.
"Iyaa" kata mama.
"Loh kok gitu, padahal aku sudah membicarakan ini semua dengan temanku"
"Kamu boleh kok ajak temanmu, teman juga keluarga kan?" Kataku pada Aliya yang disambut dengan wajah bahagianya.
"Serius" kata Aliya.
"Dengan syarat, hanya teman yang kamu ajak "bicara", bukan teman seluruh sekolah" kata Abrar yang sedari tadi diam.
"Memangnya kenapa sih, pernikahannya terkesan ditutup-tutupin seperti itu" kata Salma dengan wajah penasarannya.
Tentu saja semua mata tertuju padaku seolah akulah jawabannya yang pasalnya memang aku yang mengusulkan ide ini.
"Aku hanya ingin ini terlihat sederhana" jawabku seadanya.
"Tidak masalah mengundang hanya sanak keluarga, kita bisa merasakan sakralnya pernikahan itu nanti" kata papa satria, yang dijawab anggukan kecil oleh semua orang.
"Lagipula kan ada jumpa pers nanti" tambah kak Tio.
"Hmnnnn, kak itu tidak akan terjadi" kata Abrar.
"Loh kok gitu, kamu tau sendiri keluarga kita seperti apa dimasyarakat, pernyataan seperti ini penting untuk...."
"Karna aku tidak terbiasa dengan itu kak" kataku yang langsung memotong perkataan kak Tio.
"Aku hanya seorang gadis biasa yang menurutku kebetulan bertemu dengan keluarga besar seperti kalian, dan aku sangat berterima kasih dengan hal itu. Tapi aku tidak bisa menjadi bahan pandangan untuk orang lain, biarkan saja semuanya berjalan seiring dengan waktu" kataku menjelaskan.
"Tidak apa, kita turuti saja sesuai kemauan Renata" kata mama.
"Tapi Ma..." Kata Tio yang terhenti karna tatapan dari istrinya Salma.
--oOo--
Dirumah megah bernuansa putih abu ini, Tio masih menanyakan perihal pernikahan yang terkesan tertutup itu.
"Renata hanya tidak ingin, menjadi bahan pembicaraan orang lain" Kata mama menjelaskan.
"Pembicaraan apa Ma, Renata anak yang baik, lagipula semua keluarga suka padanya"
"Aku juga sebenarnya kurang setuju dengan ide Renata Ma" tambah Salma.
"Renata mungkin punya alasanya sendiri" jawab mama.
"Ng mungkin, Renata bukan tipe anak yang minder dengan hal seperti ini, dibandingkan dengan prestasi, Renata anak yang cerdas yang punya segudang prestasi saat kuliah dulu" kata Tio yang memang sedari dulu diam-diam mengawasi Renata sejak ia mengetahui Renata kelak akan menjadi adik iparnya.
"Sebaiknya kita hormati saja pemikiran Renata" kata Papa.
"Abrar, kau tidak buat masalah dengan Renata kan, atau jangan-jangan ini idemu, agar kau bisa tetap bersama Rania"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Sajadah (END)
SpiritualBukan karna aku telah durhaka padanya, Sebuah janji telah menjadikanku budak pembangkang. Kesendirian bukanlah hal yang kuinginkan, namun takdir memberiku pilihan untuk sebuah keegoisan. Mungkinkah ini salah, atau sedari awal memang sudah salah...