🍁 SEPULUH

716 61 2
                                    

13 Juli 2020

Renata POV

Sedari tadi aku hanya terdiam didalam mobil Abrar, sebelum beberapa pertengkaran mengenai aku yang bisa pergi sendiri kerumah mama, namun akhirnya aku disini sekarang, kalian pasti tau apa yang dikatakan Abrar hingga aku berakhir disini.

"Kau baik-baik saja?"

"..."

"Baiklah" kata Abrar yang tiba-tiba menghentikan mobilnya menepi dipinggir jalan.

"Kenapa berhenti?"

"Kamu masih marah?, Renata aku minta maaf karna memaksamu ikut denganku, kamu tau sendiri bagaimana reaksi mama melihat kita yang tiba disana secara berpisah"

"..."

"Plis, kali ini saja.., aku tidak akan memaksa lagi" kata Abrar yang mencoba menenangkanku.

Sebenarnya bukan hal ini yang membuatku bete, aku bukanlah anak kecil yang mempermasalahkan hal seperti ini, aku juga memikirkan bagaimana pendapat mertua kesayanganku itu bila melihatku datang sendiri.

Aku hanya memikirkan perkataan Rania tadi siang. Belum cukup sebulan aku menikah dengan Abrar, wanita itu memintaku mengisinkannya menikah dengan Abrar. 

"Jika kuizinkan untuk menikah kembali, apa kau akan menikah dengan Rania?" Kata ku pada Abrar yang menghentikan langkahnya melanjutkan laju mobil.

"Pertanyaan apa itu, sudahlah tidak perlu memikirkan hal yang tidak mungkin terjadi"

"Bila aku setuju dan mama pun setuju, apa kau akan menikahinya"

"Dengar Renata, aku memang masih mencintai Rania. Tapi aku mencoba membuang perasaanku itu, karna sekarang aku adalah seorang suami. Biar ku perjelas aku tidak pernah berfikir untuk memiliki istri lebih dari satu. Satu saja sangat merepotkan apalagi dua"

"Tapi biar bagaimanapun kita tetap akan berpisah setahun kemudian"

"Kita akan berpisah jika cinta itu tidak hadir dalam hubungan ini, kau harus paham dengan hal itu"

"..."

Sesampai dirumah mama, aku masih memikirkan perkataan Abrar. Cinta. Kurasa hanya aku yang memilikinya.

"Kalian nginap kan?" Kata Mama saat kami baru saja makan malam.

"Iyaa ma" kata Abrar.

"Syukurlah" kata Salma sambil memegang perut buncitnya.

"Aku masih kangen dengan Renata" lanjutnya dan aku hanya tersenyum menanggapi hal itu.

"Jadi kapan kalian punya anak?" Kata Papa yang langsung membuatku diam membeku.

"Insyaallah Pa, secepatnya" kata Abrar yang kubalas dengan lirikan yang tajam. Siapa juga yang ingin punya anak denganmu, bila nantinya juga akan berpisah. Batinku.

"Ng baik menunda-nunda, lihat kakakmu Tio, lima tahun pernikahan baru dikasih anak"

"Anak pemberian Allah ma" kata Tio menjelaskan.

"Tapi kan ini karna kesalahan kalian dimasa lalu" kata Mama tak mau kalah.

Kak Tio dan mba Salma adalah dua insan yang dipertemukan karna perjodohan juga, Tio yang tidak menyukai Salma, begitupun dengan mba salma. Mereka menjalani kehidupannya masing-masing, hingga Salma nekat memutuskan meminum pil yang tidak membuat Salma mengandung dan hal itu rutin ia minum, tentu saja Tio mengetahui hal itu, namun tak pernah dihiraukannya.

Sepasang Sajadah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang