🏵 DUA TUJUH

778 55 0
                                    

27 Oktober 2020

Renata POV

Aku dan Abrar menuju ke makam mama, sudah lama aku tidak mengunjunginya. Segala doa kuucapkan untuk mama. Berharap ia ditempatkan disisi Allah sebagai tempat sebaik-baiknya tempat.

Baru saja ingin kulangkahkan kaki meninggalkan makam, kulihat seorang pemuda yang juga berbalik dan menatapku.

"Aldo yaaa?" Tanyaku memastikan.

Belum sempat menjawabnya Abrar tiba-tiba memukulnya.

"Brengsek lo. Ini semua belum sebanding dengan apa yang lo lakukan pada Rania" tegas Abrar.

Aldo. Jadi yang dimaksud Kak Aldo adalah dia.

"Abrar hentikan!!!!!" Pintaku melihat Abrar tersulut emosi dan tanpa balasan dari Aldo. Pemuda itu hanya diam tanpa pembelaan.

"Kak Aldo????" Teriak Rania dari kejauhan.

"..."

Dan disinilah kami berempat, disebuah caffe dengan berbagai macam tuntutan penjelasan.

Kulihat Aldo masih saja menundukkan pandanganya tak ingin berbicara.

"Jelasin semuanya, belum puas lo nyakitin Rania?" Tanya Abrar emosi.

"Cukup Abrar" kataku mencoba menenangkannya.

Dasar tuan menyebalkan, disaat seperti ini ia malah meningkatkan rasa kepo-nya.

"Mungkin kalian butuh ruang untuk berbicara, aku dan Abrar akan duduk disana, kalian bicaralah" kata ku sambil menarik lengan Abrar menjauh.

--o0o--

Rania POV

Aku mencoba menatap kak Aldo, kupandangi dirinya yang sekarang terlihat sangat berbeda saat terakhir kali kita bertemu.

Rambutnya yang terlihat panjang dengan jengot dan kumis yang tak terawat. Sungguh ini bukanlah gayanya.

"Apa kak Aldo baik-baik saja?" Tanyaku memulai pembicaraan.

"Hmnnnn" jawabnya dengan anggukan.

"Aku memang bodoh kak, terakhir kali kak Aldo menanyakan apa aku bisa menunggu kakak dan berniat akan menikahi ku jika kembali. Jujur saat aku mendengar hal itu dari kak Aldo, entah mengapa aku merasa sedikit lega dan juga marah. Marah karna kak Aldo terlihat benar-benar bajingan"

"..."

"Apa kak Aldo akan terus diam seperti ini?" Kataku yang sukses membuat kak Aldo menatapku.

"Maafkan aku"

"..."

"Maaf karna aku benar-benar tidak bisa menepati janjiku" kata kak Aldo yang berniat meninggalkanku namun terhenti karna perutku tiba-tiba terasa nyeri.

"Kak....." Kataku sambil melihat linangan darah yang sudah mengalir disekujur pahaku, sebelum semuanya terlihat gelap. Dan akupun memejamkan mataku.

--o0o--

Aldo POV

Dengan sigap aku langsung mengendong Rania dan membawanya ke rumah sakit. Aku benar-benar tidak akan memaafkan diriku jika terjadi sesuatu padanya.

Sepasang Sajadah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang