21 September 2020
Renata POV
Pagi ini kak Tio memanggilku ke ruanganya, entahlah sepertinya masalah serius.
"Assalamualaikum" sapaku begitu masuk kedalam ruangannya.
"Wa'alaikumsalam, silahkan duduk Re..." Jawab mba Salma yang ternyata juga ada disana.
"Hmnnnn, kakak manggil aku?"
"Begini Re, beneran kamu sama Abrar udah baikan? Jujur mba belum dengar kabar sejak pulang dari rumahmu"
"Alhamdulillah kak"
"Syukurlah kalian bisa melewati semuanya" kata kak Tio.
"Maaf yaa Re, rasanya mba khawatir dengan keadaan kamu. Makanya mba panggil ke sini, apa lagi mama. Dia selalu nanyain kabarmu, katanya malu untuk ketemu sama kamu"
"Maaf kak, aku kurang dewasa memahami semuanya, insyaallah aku akan temui mama sepulang kantor"
"Yang terpenting sekarang baik-baik saja"
"Iya kak"
"Kudengar kemarin kalian ke kantor bareng?" Tanya kak Tio.
"Kak Tio dengar juga yahhh"
"Ada apa? Bukannya semuanya sudah selesai?"
"Iya kak, entah mengapa Rere masih takut mengungkapkan diri"
"Rere, sebenarnya apa yang kamu khawatirkan? Kamu wanita yang baik, pekerja keras, pintar dan juga sopan, apa lagi...?" Tanya mba Salma.
"Bukan itu mba, Rere kehilangan ayah saat Rere masih bayi, meski ada paman yang biasa menemani Rere, tapi di dalam hati kecil, Rere merindukan sosok seorang ayah, kemudian mama pergi disaat Rere belum sempat membagi cerita pernikahan, padahal impian mama melihat Rere menikah"
"..."
"Abrar pemuda yang baru saja Rere kenal, tapi berhasil masuk kedalam hati Rere. Aku hanya terlalu takut merasakan kebahagian yang bisa saja tiba-tiba pergi"
"Mba mengerti dengan perasaan mu Re, mba juga pernah merasakan ditinggal seorang ayah.., rasanya seperti hanya kita yang hidup di dunia tanpa ada lagi tempat untuk bersandar, kehidupan yang tiba-tiba terlihat kosong. Tapi kehidupan kita berlanjut Re, tidak ada salahnya mempercayai seseorang untuk menjadikannya sandaran, insyaallah semua akan baik-baik saja"
"Aku akan berusaha mba"
"Minggu depan perayaan ulang tahun perusahaan, tidak ada salahnya kan kamu hadir sebagai istrinya Abrar?" Tanya kak Tio.
"..."
"Insyaallah Re, mama juga pasti senang kamu hadir disana, tidak ada salahnya untuk mencoba melangkah"
"Insyaallah, terima kasih mba. Kak."
Perayaan ulang tahun perusahaan.
Jika aku datang, itu akan mengungkap siapa diriku. Mba Salma benar, mungkin sudah saatnya aku harus melangkah dan menghadapi semuanya.
Untuk kesekian kalinya Abrar mengirimiku pesan ajakan makan siang di ruangannya.
Maaf Brar, aku makan di kantin saja. Rasanya sudah lama aku tidak makan disana.
"Hayyyy, kantin yukkk" ajak Winda.
"Okehhh"
"Tumben, biasanya ada aja alasanya nga ikut"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepasang Sajadah (END)
SpiritualBukan karna aku telah durhaka padanya, Sebuah janji telah menjadikanku budak pembangkang. Kesendirian bukanlah hal yang kuinginkan, namun takdir memberiku pilihan untuk sebuah keegoisan. Mungkinkah ini salah, atau sedari awal memang sudah salah...