Life Companion 07

522 74 12
                                    


Akhirnya jihyo mengikuti juga perkataan daniel, ibu mana yg mau dipisahkan dengan anaknya, setelah baru melahirkan pula.

rencana daniel benar-benar membuatnya ketakutan, lalu berakhir pasrah dengan mengikuti semua keinginannya yaitu untuk tinggal bersamanya

saat ini jihyo tengah berada di dalam mobil daniel, hanya berdua. Perasaan canggung mulai meliputi keduanya terlalu bingung harus membahas apa, lagi pula mereka tak sedekat itu walaupun pernah menjadi atasan dan bawahan dalam satu perusahaan beberapa tahun silam

daniel fokus menyetir, tapi tidak tahu apa yg sedang dia pikirkan sedangkan jihyo, ia sejak tadi terus menggenggam tangannya, sesekali ia menatap wajah daniel. Jujur saja di dalam dirinya ia sangat ingin memeluk daniel, dia merindukannya lebih tepatnya anaknya merindukannya kalau jihyo sendiri mana berani.

"jika aku tinggal bersamamu...." daniel langsung menoleh kearah jihyo dan menunggu kata selanjutnya, namun jihyo malah tertunduk tanpa berkata lagi

"apa ?" tanya daniel yg lalu kembali fokus menyetir

jihyo mengeratkan genggamannya "bagaimana dengan dahyun ? aku takut jika.."

"tidak usah khawatir, ini sudah kami bicarakan jauh sebelum aku membawamu" sahut daniel yg paham akan  maksud dari ucapannya

"lagi pula dahyun lah yg terus memaksa ku" lanjutnya lagi

'itu artinya ini bukan keinginanmu ?' batin jihyo yg entah kenapa merasa sedih

"tidak usah terlalu banyak berpikir, itu akan membuat kepalamu sakit, jalani saja semuanya sesuai dengan keinginanku, ini sama sekali tidak merugikanmu"

.

.

.

mobil sudah terparkir pada tempatnya, jihyo dan daniel pun kini berada tepat di depan rumah mewah milik orang tuanya

perasaan khawatir kembali muncul pada diri jihyo, tubuhnya sedikit gemetar, takut jika keluarga itu akan mengusirnya nanti dan dahyun ? oh sungguh dia sangat malu untuk bertemu, apa dia akan menerima sebutan pelakor ?

dengan tiba-tiba sebuah tangan menggenggam tangan gemetar jihyo, jihyo terkejut.

"da..daniel ? apa yang..."
jihyo terbata dengan mata bulatnya menatap kearah pria itu

"sudah ku bilang jihyo tidak usah khawatir, santai saja" katanya menenangkan, jihyo mengangguk, diam-diam dia suka dengan perlakuan daniel barusan

kaki mereka kini perlahan mulai memasuki rumah mewah itu, jihyo mulai celingukkan dan rasa khawatir itu masih belum bisa hilang

disana jihyo bisa melihat  tiga orang duduk manis saling berhadapan, entah apa yg mereka bicarakan dan kehadiran mereka tentu saja belum mereka ketahui, tangan jihyo tanpa ia bisa kendalikan kini mulai memegang sisi baju daniel, daniel langsung menoleh padanya.

"kau masih takut ?" tanyanya, jihyo mengangguk

"tidak apa" lalu daniel menautkan jari mereka dan mendekat pada orang tuanya

"eomma, appa" ucap daniel yg membuat kedua orang tuanya langsung menoleh kearahnya

tatapan mereka langsung beralih kepada jihyo, dengan rasa takutnya ia mulai menunduk

"nak jihyo kau sudah datang" nyonya kang langsung mendekat, jihyo tersenyum kikuk

"eonnie!" yuna langsung berteriak dan memeluknya seakan mereka adalah orang yg sangat dekat

jihyo mencoba mengingat, apakah sebelumnya mereka saling kenal ?

"bagaimana keponakanku ?" katanya sambil mengelus perut jihyo yg sudah mulai membesar, ada rasa geli saat tangan yuna tiba-tiba berada disana

Short Story With JihyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang