Life Companion 06

448 77 2
                                    

sudah berhari-hari daniel menjadi pria pengintai, berlagak seperti penjahat yg selalu mengawasi gerak gerik dari musuhnya, namun kali ini bukan musuh beneran melainkan wanita yg tengah berbadan dua, daniel selalu melihatnya dari kejauhan dengan mobil mewah hitamnya di bawah pohon rindang.

Daniel sudah bertekad untuk menuruti semua keinginan ayahnya dan hal itu pun merupakan keinginan dari dahyun juga, mana kuasa dia menolaknya.

Daniel terlalu takut untuk menghampiri wanita itu, entah karena apa dan disana sekarang jihyo tengah menyiram beberapa tanaman bunga berwarna kuning. Indah, tapi wajah jihyo lebih menarik untuk dia pandang

Rambut panjangnya yg terurai kini melayang-layang terbawa angin, sungguh sangat cantik, kenapa daniel baru menyadari ? tanpa sadar ia malah tersenyum sendiri memperhatikannya, perasaan apa ini ?

terlalu fokus pada apa yg ia lihat, daniel tidak menyadari jika mobilnya tengah di ketuk dari luar, lewat beberapa detik kaca mobilnya di ketuk lagi dan daniel masih tidak mendengarkan, sekarang orang tersebut berjalan mendekat pada kaca mobil lainnya sehingga wanita di sebrang sana tak terlihat karena tertutup badan dari si pengetuk kaca mobil tadi, daniel kaget.

"Permisi, apa yang....."

saat kaca mobil di buka, si pengetuk kaca mobil tadi bicara namun saat melihat daniel orangnya ia menghentikan ucapannya, begitu juga dengan daniel yg mengenalnya

"kau, kenapa bisa ada disini ?" tanya daniel sambil memperhatikan tempat sekitar, sedikit tak percaya mereka bertemu di sebuah pedesaan seperti ini

"seharusnya aku yg bertanya, apa yg kau lakukan disini ?" daniel terkekeh saat pertanyaan nya dibalas dengan pertanyaan juga

"ini desa kelahiranku dulu, dan itu adalah rumahku" ia menunjuk rumah yg tadi ada jihyo disana, daniel menganga tak percaya

"kau bercanda ? itu rumahmu ?" daniel ikut menunjuk rumah itu

"ya daniel, jadi kenapa kau bisa ada disini ? akhir-akhir ini tetangga ku sering memberitahu jika rumahku seperti tengah di awasi" ucapnya dengan mata memicing

"Taehyung, jika ini rumahmu itu artinya kau yg menyuruh jihyo untuk tinggal disini ?" taehyung kaget, dia lupa kalau wanita itu tinggal disana, astaga! ini masalah!

"ya, kau benar. Jadi kau tengah mengawasinya ? untuk apa ?" taehyung menatapnya penuh curiga

"aku hanya akan membawanya kerumah ku, dia tanggung jawabku sekarang" taehyung langsung melotot, ia tak terima

"sudahlah daniel, jihyo tidak membutuhkanmu, dia tidak butuh belas kasih darimu, aku yg akan menjaganya, aku akan merawatnya. Kau tidak penting di dalam hidupnya, kau itu hanyalah pecundang yg tak mau bertanggung jawab" daniel mengepalkan tangannya kuat mendengarkan kata demi kata yg di ucapkan taehyung

"percuma, jihyo sangat membenci mu sekarang. Jadi sebaiknya kau pergi!" usir taehyung

"kau tidak berhak melarangku untuk membawa jihyo pergi dari sini! kau bukan siapa-siapa nya tae! sadar diri!!" daniel jadi kalap, dia tak mampu menahan emosinya

beberapa orang yg ada disana mulai tertarik melirik kearah keduanya, suara mereka terdengar nyaring dengan mulut yg saling beradu,
entah siapa yg menang

"jika aku tidak berhak maka kau juga tidak!! cepat pergi dari sini!" taehyung mendorong tubuh daniel untuk segera menjauh

daniel tersenyum, lebih tepatnya smirk. Disana ia juga melihat jihyo yg mencoba mendekat kearah mereka, sepertinya ia juga mendengar keributan ini

"kenapa ? kenapa kau perduli padanya ? merasa bersalah karena kau yg sudah menyuruhnya untuk mengantarku ke kamar pada waktu itu ? dan sekarang dia hamil karena ku ? itu alasanmu ?!" bicara dengan santainya, bahkan daniel mencoba menatapnya dengan tatapan meremehkan

"kau pantas disalahkan taehyung! kau menyuruh dua orang mabuk berbeda jenis kelamin untuk pergi ke kamar!! maksudmu apa ?!" sejak tadi taehyung hanya bisa diam, yg dikatakan daniel benar, apalagi jika mereka mengetahui kalau itu memang sudah direncanakan, pastilah dia akan menjadi obyek kebencian, terutama dari jihyo.

Di belakang sana, tepatnya beberapa meter dari taehyung jihyo mendengar semuanya, ia terdiam mencoba mencerna, daniel tidak bersalah, dia mabuk begitu juga dengannya, jadi siapa yg pantas disalahkan ?

daniel berjalan mendekat kearah jihyo, taehyung menoleh kebelakang, ia tidak tahu jika disana ada wanita itu "jihyo ?" gumamnya

"kau tahu apa tujuanku datang kemari ?" tanya daniel, jihyo menggelengkan kepalanya

"ikutlah denganku, aku akan bertanggung jawab" ucapan itu spontan membuat jihyo menatapnya, begitu juga dengan taehyung

"apa-apaan! kau tidak bisa melakukan itu!" Taehyung kini mendekat pada daniel, ia tak terima

"kenapa ? kau tidak terima ? merasa bersalah ? atau kau menyukai jihyo?" pertanyaan itu membuat taehyung diam, jihyo memperhatikannya

"itu tidak benar, bagaimana kau bisa bertanggung jawab jika kau akan menikah dengan dahyun ?"

"ini sudah kami bicarakan, pertama-tama aku akan menikahi  jihyo lalu setelahnya aku akan menikah dengan dahyun" taehyung tertawa, jihyo merasa tak terima

"jadi kau akan mempunyai dua istri ?" rasanya taehyung geram

"ya" jawabnya santai

"aku tidak mau!!" kini jihyo yg berteriak

"aku tidak mungkin merebut kebahagiaan orang lain, kau tidak waras ? dahyun orang yg baik, bagaimana bisa kau menyakitinya?" mata jihyo berkaca-kaca

"dahyun memang baik, siapa bilang dia jahat" ucapan daniel membuat jihyo cemberut

"kau.. kau pria yg menyebalkan!" ucapnya

daniel malah terkekeh, lalu kembali mendekat pada jihyo

"aku bahkan tidak punya niat untuk melakukan ini semua, dahyun yg menyuruhku " mendengar itu entah kenapa rasanya dada jihyo sesak, bahkan air matanya mulai mengalir

"jadi ikut denganku jihyo" ucapnya lagi, jihyo menggeleng lemah

"aku ingin anakku punya ayah lalu mengurusnya dengan baik, kau harus mengerti"

"aku bisa menjadikan taehyung sebagai ayahnya kau jangan khawatir" taehyung melongo mendengar ucapan jihyo

"tidak! aku ayahnya, dia darah daging ku, sampai kapan pun aku tidak terima jika dia sampai memanggil orang lain dengan sebutan ayah!"
jihyo menunduk takut mendengar teriakan daniel

"kau membuatnya takut bodoh!" taehyung memeluk tubuh jihyo mencoba menenangkan

"cari kesempatan!" ujar daniel, namun di abaikan

terlalu malas melihat drama yg ada di depan mata, kini daniel mulai berpikir dan harus segera menyusun rencana

menarik tangan taehyung kasar sehingga sedikit menjauh dari jihyo itu merupakan sebuah kesempatan bagi daniel, dia langsung mendekat

"dengar jihyo, jika kau tidak ingin ikut denganku maka aku akan memisahkan mu dengan anakku, aku akan merawatnya bersama dahyun nanti, tidak akan memberitahunya kalau sebenarnya kau lah ibunya"

jihyo tersentak mendengarnya

"setelah kau melahirkan nanti, aku akan mengambilnya darimu" lagi daniel membuat jihyo ketakutan

"jangan, dia anakku aku ingin merawatnya, aku...aku akan membesarkannya dengan baik, jadi jangan lakukan itu padaku" jihyo mulai terisak

"kau ingin terus bersamanya bukan ?" jihyo menganggukkan kepalanya

"kalau begitu ikut denganku"

Short Story With JihyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang