Zhan menahan dada Yibo yang hendak menciumnya, begitu mereka masuk ke apartemen Zhan.
Beberapa waktu yang lalu, Yibo telah menahan diri. Di sepanjang jalan dari bukit, di tempat sewa mobil, di atas sepeda motor, kali ini Yibo sudah tidak bisa menunggu lagi. Hasratnya mulai meronta untuk segera dipenuhi.
Yibo meletakkan tangan Zhan di pinggangnya, lalu tangannya sendiri ia letakkan di pinggang Zhan. Kepalanya mulai mendekat lagi ke wajah Zhan, berusaha mengecup telinga Zhan yang berwarna merah muda.
"Yibo...." Zhan berseru.
Pendengaran Yibo tuli tiap kali nafsu menguasai, tangannya menarik tubuh kurus Zhan agar melekat di tubuhnya. Walau tinggi mereka tidak sama, tapi Yibo bisa memposisikan dirinya dengan benar, di bagian tubuh Zhan yang paling mudah menerima rangsangan.Yibo menggigit cuping telinga itu penuh gairah, sambil tangannya tak henti meremas bokong favoritnya, yang padat dan kenyal. Setelah telinga itu berubah warna merah, Yibo beralih pada hidung kecil Zhan. Yibo mengecup pucuk hidung indah itu penuh nafsu, lalu turun pada belahan bibir menggoda yang mengerang menyebutkan namanya.
Yibo terus saja menyumpal mulut Zhan dengan ciuman penuh hasrat, memaksa masuk ke dalam mulut Zhan dan bermain lidah di dalamnya. Tangan Yibo kini berpindah pada pinggang Zhan, berusaha menyingkap atasan yang ia kenakan.
"Yibo ... Yibo ... hentikan ...."Zhan mendorong Yibo sekuat tenaga, membuat pemuda yang masih dikuasai libido itu terdorong setengah meter ke belakang.
"Kenapa Zhan?" Yibo sedikit terkejut oleh penolakan Zhan. Benar-benar di luar dugaannya, harusnya ia pasrah seperti biasanya.
"Baru saja kau mengatakannya di puncak bukit," nada Zhan terlihat kecewa. Yibo mengernyitkan dahi, mencoba mengingat kembali apa yang telah ia katakan dua jam yang lalu.
****
Di puncak bukit, dua jam yang lalu
Yibo memeluk Zhan dari belakang, disiram cahaya bulan dan bintang. Ditiup angin semilir yang menenangkan, diselimuti dingin yang merambat mengisi pori-pori kulit mereka yang halus, Yibo berbisik di telinga pemuda manis itu.
"Zhan, dengarkan aku ...."
"Katakan ...." Zhan menjawab pelan, suara Yibo terdengar begitu lembut, seolah itu bukan Yibo yang biasa mencumbunya dengan nakal, dan melontarkan kata-kata vulgar.
"Zhan, aku tidak hanya ingin menjadi teman tidurmu, aku ingin lebih dari itu," Yibo mengambil nafas sebentar untuk melanjutkan pada bagian terpenting dalam ucapannya,
"aku ingin menjadi teman hidupmu."Zhan terkesiap, matanya langsung dipenuhi embun, dan hatinya menghangat dengan cepat. Rasanya pelukan Yibo tidak lagi membuatnya cemas, pelukan itu menenangkan keraguan dalam hatinya. Menjawab kebingungan dalam pikirannya tentang kejelasan hubungan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Libido (Tamat di PDF)
FanfictionArea dewasa, tolong perhatikan peringatan yang tertera. Author tidak bertanggung jawab atas laporan efek samping berupa jantung yang berdebar keras, mata iritasi, pikiran melayang, keringat dingin, otak panas, mimisan atau kondisi lain disebabkan me...