Sick

7K 576 72
                                    

Hai para Readers yang budiman
Salam cinta untuk kalian semua

Sebelumnya maaf karena aku berpikir untuk tidak mempublish kelanjutan Libido di WP

Tapi, ada beberapa reader yang sudah membeli pdf Libido tidak keberatan jika aku membagikan ff ini di wattpad

Mereka juga ingin berbagi pengalaman, bagaimana rasanya membaca Libido.

Supaya kemesuman bisa menjadi milik kita bersama.

Tentunya ada beberapa bagian yang tidak akan sama seperti di pdf.
Misal, adegan yang terlalu hot.

Jadi, inilah kelanjutan Libido setelah vacum beberapa lama.

Semoga kalian suka.

Happy Reading

🤗






Yibo mengambil jalan pintas, masuk ke kamar mandi dan menghabiskan sabun cairnya yang berjumlah 100ml. Tak ada perubahan yang berarti, warna gagangnya masih merah, keras tak bisa ditidurkan. Yibo berselonjor di lantai. Ia mengalami delusi saat pikirannya terantuk antuk dengan ketegangan daging di tengah-tengah pahanya.

Ia mengambil nafas panjang, tiap kali hasrat menindih logikanya untuk berlari ke bar terdekat. Atau memesan jasa pelayanan kamar plus plus.

Ia berusaha menyentuh batang kerasnya yang tak sedikitpun melunak, meski tangannya telah berulang kali membantu cairan di dalamnya untuk keluar.

Bola-bola kembar itu bengkak, masih memyimpan milyaran sel pembuah untuk muntah. Yibo tidak akan menyerah, itu tekadnya. Yibo memang pria ganas di ranjang, tapi kali ini, ia ingin buktikan pada dunia juga pada Zhan bahwa besar nafsunya tidak lebih besar dari rasa cintanya pada kelinci kesayangannya.

.

Sudah larut malam, lebih tepatnya dini hari, saat suara bass Chanyeol yang serak diseret dari ambang pintu. Disusul suara tulang yang menyentuh kaki meja, menyebakan teriakan kecil dari pemiliknya.

"Awww ...."

Zhan terkejut, membuka mata yang memang belum terlelap sepenuhnya.
Ia membawa tubuhnya yang terasa berat ke ruang tamu, menajamkan penglihatan di bawah keremangan.

Sosok tinggi yang ia hafal meringis kesakitan, memijat-mijat kakinya terantuk dengan meja.
Zhan menghidupkan lampu ruang tamu, yang pertama dilihatnya adalah wajah merah Chanyeol tengah menahan sakit di kakinya.

"Apa yang terjadi?" Zhan bertanya khawatir.

"Euh ... itu, kakiku tadi menabrak me ... ja ...!" Bau akohol yang menguar dari mulut Chanyeol, cukup menjelaskan bahwa sahabat di depannya ini tengah mabuk.

Zhan menunduk untuk memijat kaki Chanyeol yang sakit.

"Jangan Byunie ...."

Zhan menautkan kedua alisnya.

"Kau memanggilku dengan sebutan apa?"

"Byunie ... kau mirip sekali dengan temanku namanya Zhan, kalian ekh ... cantik!"
Chanyeol mencubit gemas kedua pipi Zhan.

"Hei ini aku Zhan!" teriakan kecil Zhan hanya angin lewat bagi pemuda yang tengah mabuk itu.

"Byunnie, apa aku boleh menciummu?" Chanyeol sudah memajukan bibirnya, berniat mengecup Zhan dari depan.

Libido (Tamat di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang