Hot Guy

11.7K 797 289
                                    

Hai semua
Kangen gak nih sama aku

Welcome in my lapak
Lapak Bl, genre dewasa
Awass bagi yang tidak cukup umur

Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan tokoh, alur atau latar
Anggap aja itu kebetulan
Ini murni hasil kegabutanku semata

Semoga kalian menikmati, berhalu bersamaku

.

Selamat membaca

.
.
.




Luhan akhirnya bisa menenangkan diri, ia membuka lagi bros di jasnya. Merapikan rambut dan memasang lip balm di bibirnya. Setelah 3 putaran di depan cermin ia pun mengambil sepatu di lemari. Lagi-lagi ia mencoba satu-satu sepatu itu sampai Yibo kembali dengan 5 bungkus popcorn  dan 3 botol minuman bersoda.

Ia duduk tenang di sofa sambil menyilangkan kedua kakinya.
"Baiklah, aku akan menikmati pertunjukan yang ke-2, mari kita lihat berapa lama jie-jie mencoba semua sepatu miliknya"

Luhan tidak menanggapi ocehan adiknya, ia mengambil sepasang sepatu spesial yang ia beli bersama Sehun di Dubai.

Ia teringat pada hadiah milik Yibo untuk Zhan, Yibo menitipkannya di kantor, sebagai kejutan untuk pria manis itu. Yibo tidak tahu, mungkin hadiah-hadiah itu tidak akan pernah sampai ke tangan Zhan. Sebab....

.

2 hari yang lalu.

Luhan memeriksa voucher RV dan PV perusahaan, tatkala seseorang masuk dengan menenteng tas besar, orang yang masuk itu menunduk memberi hormat. Luhan tidak langsung merespon karena ia sedang menghitung dan memverifikasi nilai dari RV dalam sebulan. Serta mengedintifikasi jika ada penyimpangan pembiayaan.

Sampai orang itu menyodorkan sebuah amplop, dan Luhan sadar siapa yang berdiri di hadapannya.

"Zhan, apa ini?" Luhan bertanya.

Zhan memiliki wajah manis yang sesnsitif terhadap perubahan suasana hati. Jadi, saat Zhan gelisah atau bingung, sangat jelas terpancar dari wajahnya, ia memainkan jemari di bawah meja, mungkin jika seseorang menyentuh jemari itu rasanya dingin dan beku, padahal dahinya tengah berkeringat.

Zhan menelan ludah, mengumpulkan keberanian untuk berbicara, rasanya seperti banyak tulang ikan menyangkut di lehernya, ia berdehem beberapa kali lalu bersuara dengan gagap.

"Di ... direktur, ma ... maaf, itu surat pengunduran diri saya...."

Seumur hidup Luhan tidak pernah secemas ini, bahkan saat ia kecil dan mengalami yang namanya broken home, saat ibunya memilih pergi dari kediaman keluarga Wang. Luhan kecil hanya menangis, karena sedih berpisah dengan adiknya. Tapi, ia tidak terkejut dengan keputusan ibunya, Luhan tahu di usianya saat itu, banyak hal yang dialami ibunya sampai harus memilih jalan perpisahan.

Namun bagi Luhan, Zhan adalah pria polos paling tabah, mana mungkin pria yang terlihat lembut ini mengambil keputusan yang sangat besar hanya karena sebuah kesalah pahaman.

Luhan mengambil amplop itu dan membacanya, Zhan sudah menandatangi kertas pengunduran dirinya di atas materai. Ia memang berniat pergi dari perusahaannya atau pergi dari hidupnya?

"Apa kau sudah pikirkan ini dengan baik?" Suara Luhan melembut, tidak setegas biasanya. Pandangannya menyapu wajah Zhan yang memucat, sesama pria cantik, wajah Zhan saat ini terlihat seperti gadis yang menolak lamaran cinta dari kekasih hatinya.

Libido (Tamat di PDF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang