Chapter ini bercerita tentang masa kecil Yibo ya....
Biar semua jelas
Ok
Happy reading
😊Laju mobil mahal warna hitam membelah jalanan kota, sopir yang tengah mengemudi menahan emosinya agar tetap stabil. Sesekali ia melirik penumpang di sebelahnya. Pria tampan dengan setelan jas mahal dan seorang bayi di gendongannya. Ia menangis terus sambil mengecup kepala si bayi yang tertidur. Bayi lelaki yang juga tampan.
Terlihat jelas di wajah pria itu kesedihan yang mendalam. Matanya merah karena terlalu banyak airmata yang ia tumpahkan. Bibir sexynya memucat dan hidung bangirnya memerah. Kedua alisnya berkerut, beberapa kali menahan isakan yang hendak keluar.
Si supir menghela nafas, ia sungguh ingin membantu menenangkan, tapi ia sadar posisinya dan ia juga tak mengerti harus bagaimana.
Mereka sampai di sebuah halaman mansion yang luas dan megah. Pintu gerbang menjulang tinggi dengan ukiran naga di depannya. Patung bergaya yunani dengan air mancur dari mulutnya berada di tengah-tengah halaman yang dipenuhi rumput halus yang lembut saat dipijak.
Pria itu masih di mobil, hatinya masih takut untuk masuk, meski itu rumahnya sendiri. Si supir mencoba memberi kekuatan dengan menganggukkan kepala.
"Mari tuan kita turun ...!"
Si pria yang masih sembab oleh air mata, mengambil nafas dalam-dalam mencari kekuatan di dadanya. Sebelum membuka pintu mobil, ia mengecup kedua pipi bayi kecil yang masih terlelap itu.
Pintu tinggi yang terbuat dari kayu berkualitas, diukir sedemikian rupa dengan tingkat pahatan seperti relief kuno di dinding candi, dibuka oleh seorang maid dengan seragam pelayannya warna putih dengan kombinasi hitam.
Ia menunduk memberi hormat, lalu tatapannya jatuh pada bayi digendongan tuannya.
Seorang anak kecil 8 tahun berlari ke arah pria yang langsung tertegun di tempatnya dengan lutut gemetar.
"Baba ... Baba, Eumma Baba pulang ..." teriakan si anak kecil seumpama gendang yang ditabuh para kurawa untuk memulai perang.
Si pria semakin besar rasa khawatirnya. Lututnya lemas, dan bibirnya sesekali merapalkan doa. Ia ingin mundur dan kembali ke rumah sakit, tapi itu bukan pilihan dewasa. Bayi di gendongannya butuh rumah untuk berlindung, butuh seseorang untuk menjaganya, butuh keluarga untuk mengakui keberadaannya dan mengajarinya banyak hal.
Seorang wanita muda yang cantiknya luar biasa, menuruni tangga dengan langkah anggun penuh pesona. Wanita itu adalah nyonya rumah, tampilannya sangat berkelas, meski dia sedang tidak kemana-mana. Maklumilah, dia adalah fotomodel internasional. Wajahnya lancip dan mungil, matanya sayu tapi menggoda, bibirnya cerah seperti irisan strawberry yang minta dimakan secepatnya.
Matanya menatap si pria yang tak lain adalah suaminya. Lalu berganti pada bayi yang ada di dalam gendongan tangannya.
"Baba kemana saja seminggu ini tidak pulang tanpa kabar? dan bayi siapa di gendonganmu?" Mata kecil wanita ternyata lebih tajam dari mata pedang manapun. Menghujam tepat di dada si pria, yang tak mampu berkata-kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Libido (Tamat di PDF)
Fiksi PenggemarArea dewasa, tolong perhatikan peringatan yang tertera. Author tidak bertanggung jawab atas laporan efek samping berupa jantung yang berdebar keras, mata iritasi, pikiran melayang, keringat dingin, otak panas, mimisan atau kondisi lain disebabkan me...