Kursi kebesaran Jung tengah menghadap ke arah kaca yang memperlihatkan pemandangan kota Seoul dari lantai paling atas gedung milik Jung Jessica, dimana ia menjalankan bisnis brand bernama Blanc & Eclare di sana bersama beberapa temannya.
Matanya menatap sendu pada apa yang ia lihat. Sama sekali tak menarik.
Tidak ada apapun yang bisa membuat perhatian Jessica teralihkan dari permasalahannya. Padahal tujuan gadis itu betah duduk berlama di sana adalah untuk mengusir segala kebingungan.
Sembari menunggu Tiffany datang, Jessica menyibak sedikit dari lengan jas panjang berwarna putih yang ia kenakan. Ekspresinya datar. Jessica sedang sibuk bermain dalam fikirannya sendiri mengenai apa yang sudah terjadi hingga ia terus menerus menerima teror dari seseorang tak di kenal.
Tubuhnya selalu saja di gores dengan benda-benda tajam sehingga memberikan bekas luka sayatan pada beberapa titik berbeda. Anehnya lagi, orang misterius tersebut tak berniat membunuhnya meskipun ada kesempatan, melainkan hanya meninggalkan bekas goresan untuk membuat Jessica sedikit berdarah. Ia tidak pernah terluka begitu serius, bahkan si penjahat hanya akan beraksi saat luka gadis itu sudah sembuh.
Tak ada target pasti, di bagian tubuh mana saja pria itu akan menggoreskan pisaunya karena sepertinya yang terpenting adalah sebuah luka mengucurkan darah berhasil membuat Jessica mengernyit untuk beberapa saat.
"Kenapa kau lama sekali, huh?" Ucapnya setelah mendengar decit pintu terbuka, menutup kembali luka tersebut kemudian membenahi bajunya sebelum berbalik.
Tiffany terlihat terengah bersama peluh menetes dari keningnya. Jessica bisa menebak, gadis itu pasti sehabis berlari saat datang ke ruangan miliknya.
"Yah. Kau tidak melihat wajahku? Bahkan makeup ku luntur saat berusaha bergegas sampai ke sini." Sahut Tiffany tak terima.
Ekspresi Jessica tak berubah, datar serta terlihat dingin, sama seperti biasanya. Tersenyum adalah sebuah pemandangan langka yang sulit di lihat dari wajah cantik Jessica.
"Suruh mereka masuk satu persatu dan beritahu juga bahwa aku tidak ingin ada suara berisik, di luar maupun di dalam ruangan ini." Ujarnya dingin sembari membolak kertas di dalam file yang Tiffany bawa sebelumnya.
Kertas tersebut berisikan info biodata orang-orang yang sudah mengajukan diri untuk mengikuti tes wawancara dengannya, karena dua hari lalu, Blanc memberi pengumuman tak biasa pada service website resminya untuk memperkejakan satu orang sebagai pengawal pribadi sang CEO.
Tidak heran itu menjadi sesuatu yang menggemparkan, terlebih bagi orang-orang yang mengenal Jessica.
Selama ini gadis itu bersikeras tidak ingin mengikuti saran tersebut dan kekeh merasa mampu untuk menjaga dirinya sendiri. Namun semenjak beberapa hari lalu ia sudah merasa lelah.
Jessica tersiksa akan rasa penasaran mengenai alasan dari perilaku si pria misterius dan ingin sekali saja mengikuti pesan dari sahabat-sahabatnya. Ia bahkan mengiyakan untuk menyerahkan masalahnya pada Sooyoung, sang detektif yang bekerja di kantor kepolisian.
Akan tetapi, tetap saja Jessica enggan melaporkannya langsung pada polisi karena merasa bahwa ia tak ingin orang di luar tahu mengenai masalah tersebut. Gadis itu lebih khawatir terhadap rumor yang akan beredar luas daripada dirinya sendiri.
"Ck. Meskipun aku melakukan ini, jumlahnya juga terbatas. Ini terlalu merepotkan." Decih Jessica masih setia melihat-lihat lembar demi lembar kertas yang terlampir rapi itu.
Ia kembali mendesah pelan, "Ini akan menjadi hari yang paling melelahkan."
Jessica kembali bersender pada kursi kebesarannya di kantor lalu mendengar suara ketukan pintu dari luar. Gadis itu menatap malas pada pria pertama yang masuk, dengan setelan rapi, namun berpostur tubuh sedikit pendek. Mungkin hampir sama dengan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUZZLE
Fanfiction(8 days for open your heart) Puzzle. Bukan sebuah mahakarya yang tercipta sendiri dan satu-satunya. Menjadi sebuah bagian tunggal bukan aturan main puzzle. Puzzle. Memiliki kepingan-kepingan lain yang akan membuat mereka menjadi sebuah kesatuan yang...