Mata mereka saling terkunci sedang ekspresinya berbeda satu sama lain. Yoong tengah awas akan segala kondisi yang mungkin bisa terjadi sedangkan Yuri justru hanya sibuk menyeringai.
Yoong berusaha meredam emosinya. Ia tak bisa menjangkau tangan pria itu karena jarak mereka yang terpaut cukup jauh.
"Jangan mengatakan apapun yang tidak kau tahu tentangnya."
"Hey? Kenapa kau tidak mempercayaiku? Aku bahkan sudah lebih lama berada di sampingnya daripada dirimu, Yoong. 3 tahun." Yuri menyeringai lebih lebar tatkala melihat emosi Yoong berkumpul di wajahnya.
Ekspresi penuh amarah yang sangat bergairah, berniat untuk menerkamnya dari jarak sedekat ini.
"3 tahun yang memuakan. Benar, kan?"
"Tentu saja. Itu benar-benar memuakan. Jika aku bisa, aku akan membunuhnya. Tanganku sudah sangat gatal untuk melakukannya, tapi status gadis itu membuatku tak bisa leluasa berbuat seinginku." Pria itu menertawakan ironi yang di hadapinya.
Hanya sebuah luka gores yang dalam sekalipun, sesungguhnya tidak memuaskan hatinya. Rasa dendam yang membumbung memenuhi rongga dada, menyesaki tubuh hingga dirinya di penuhi oleh rasa benci pada satu orang, Jung Jessica.
"Kenapa kau melakukan ini? Aku tau kau bukan orang yang mengerikan walaupun terkadang memiliki emosi tak terkontrol." Yoong mencoba bernegosiasi dengan batin Yuri.
Kakinya terus bergerak pelan mendekati pria itu. Amat pelan hingga pergerakan tersebut tak dapat di sadari.
"Kau ingin mendengar rasa pesakitanku? Ini akan melukaimu. Tapi aku suka perasaan itu mengganggumu."
Yoong mengernyit. Melukai perasaannya? Ya. Yuri sudah melukai perasaannya sesaat setelah ia tahu bahwa pria itu yang menjadi dalang atas teror Jessica selama 3 tahun lamanya. Menusuknya juga saat di bandara.
Ah, membayangkannya kembali saja membuat Yoong ngilu. Rasa nyeri itu bahkan belum menghilang dari perutnya.
"Kau pasti tahu dia adalah gadis yang mengerikan bukan? Pertemuan pertama kalian, pasti sama seperti apa yang ku alami. Tapi kau dan aku memiliki perbedaan nasib rupanya." Yuri mendengus dalam tawanya yang hanya sebatas kekehan kecil.
Yuri berusaha kembali ke hari itu, hari dimana harga dirinya rela ia pertaruhkan untuk memuja kaki Jessica, memohon di bawah sana untuk sebuah hal kecil yang ia harapkan pada gadis itu.
Sebuah pekerjaan. Sekecil apapun, posisi apapun. Ia hanya memerlukan uang untuk bertahan hidup. Berusaha menahan duri besar yang siap menusuknya setelah ia gagal.
"Kau pernah datang ke kantor Blanc? Untuk-" Yoong termenung dengan kerut di keningnya.
Pria rusa itu tak melanjutkan kalimatnya. Ia sudah mengerti apa yang terjadi. Dendam.
"Itu karena dia terikat formalitas di kantor. Kenapa kau menyalahkannya? Bukan hanya Jessica yang akan berlaku demikian."
"Aku tidak hanya membencinya karena dia menolakku dengan kasar karena saat itu Krystal datang, membantuku yang membeku dengan posisi berlutut. Menyembuhkan luka yang menciderai harga diriku hingga aku bisa memaafkan perlakuan unnienya. Tapi setelah aku tahu Krystal mati karena di ikuti oleh penggemar gilanya, hatiku kembali meradang pada CEO sombong itu. Bahkan saat di San Francisco, dia tidak mengingat wajahku. Itu artinya, gadis itu benar-benar sombong."
"Lalu apa salahnya? Kau menyukai Krystal tapi dia tiada karena kecelakaan mobil! Kenapa kau melampiaskannya pada Jessica?!"
"Itu karena dia memberikan populeritas untuk Krystal. Kenapa kebodohanmu tidak menghilang sejak dahulu? Apa karena tuan Im selalu memukulmu di kepala?" Pria itu menyeringai penuh ejekan ke mata Yoong, membuatnya muak.

KAMU SEDANG MEMBACA
PUZZLE
Fanfiction(8 days for open your heart) Puzzle. Bukan sebuah mahakarya yang tercipta sendiri dan satu-satunya. Menjadi sebuah bagian tunggal bukan aturan main puzzle. Puzzle. Memiliki kepingan-kepingan lain yang akan membuat mereka menjadi sebuah kesatuan yang...