CHAPTER 17 : Titik Temu

555 59 7
                                    

Yoong tengah berdiri menyender di samping pintu sebuah apartemen guna menunggu seseorang. Fikiran serta hatinya berkecamuk resah sekaligus gugup secara bersamaan.

Helaan nafasnya terdengar untuk kesekian kali. Yoong resah tentang rumah, dan sedikit gugup dengan rencananya kali ini.

Sudah berharapa hari kiranya, Yoong tak pulang ke rumah neraka? Ia bahkan melupakan itu karena terlalu sibuk memikirkan hal lain. Lega, namun juga ada sengatan berbeda yang dirinya rasakan.

Bagaimanapun kejamnya, hati nurani Yoong selalu bergejolak tak tega. Sedalam apapun rasa benci, hatinya tetap lunak. Pria itu sudah tua renta, harapannya hanya satu, yaitu Yoong.

"Bisakah kau bergegas keluar? Kita akan kehabisan waktu."

Yoong mengirim pesan pada sang empu apartemen untuk mengusir fikirannya tentang appa Im.

Itu membuat dadanya menjadi sesak hingga ia harus bergegas menyingkirkan bayangan tentang rumah dan appa Im.

Yoong bersyukur, tak lama setelah mengirim pesan, Tiffany keluar dengan dandanan barunya hingga mereka bisa bergegas pergi menemui detektif Choi Sooyoung.

Di sepanjang jalan menuju kantor polisi, baik Yoong maupun Tiffany nampaknya tak berniat membagikan isi fikiran mereka masing-masing. Tentang apa uang mengganggu sampai terlibat keheningan selama ini.

"Aku yang akan menemui Sunny." Tiffany bergumam pelan. Amat pelan dari biasanya.

Tentu saja, suasana hati gadis itu sedang benar-benar tak baik sekarang. Perasaannya terpukul berfikir tentang apa yang terjadi. Kecurigaan-kecurigaan tak pantas melintas tak sopan menembus kepercayaannya.

Yoong melirik ke samping, dimana gadis itu tengah kembali bungkam dan membuang tatapannya ke luar jendela. Ia mendesah pasrah.

"Baiklah. Pastikan untuk tidak membuatnya curiga-"

"Aku tahu apa yang harus di lakukan, Im. Sungguh. Tolong jangan mengganggu atau bicara denganku."

Yoong menarik suaranya yang hendak kembali menyahut dengan segera. Ia menelan ludah, tak berniat mengusik gadis itu lagi, namun perasaan peduli terus mengusiknya.

Kaki Yoong memperdalam injakan kakinya pada gas mobil agar lekas sampai dan usahanya berhasil. Ia bisa menahan diri agar tak bertanya pada Tiffany, apakah perasaan gadis bermata cantik itu baik-baik saja.

Tiffany berjalan tergesa menuju ruangan Sooyoung yang memang menyuruhnya untuk bergegas, begitu pula Yoong, mengikuti Tiffany dengan langkah lebarnya.

"Yah! Sebenarnya siapa yang menyelediki siapa di sini. Dia memasang alat pelacak di mobilku. Pantas saja, dia selalu tahu sedang mengikutinya."

"Kau memang selalu saja konyol, Soo." Cibir Tiffany menggelengkan kepala lalu bergerak ke arah meja komputer milik Sooyoung.

"Ah, kau datang membawa teman? Baguslah. Setidaknya aku tidak perlu khawatir."

"Aku sudah bilang baik-baik saja kalaupun berangkat sendiri. Kau sudah melihatku tadi pagi."

Sooyoung menyeringai. Ia menghampiri Yoong lalu menepuk pundak pria itu pelan. "Apa kau mau kopi, kawan? Lihatlah apa yang ingin kau ketahui di sini."

Pria itu berlalu meninggalkan ruangan, mengambil kopi untuk di suguhkan pada para tamu istimewanya.

Yoong bergerak mendekati Tiffany yang terlihat sangat fokus memperhatikan rekaman CCTV. Ia menarik kursi di samping gadis itu, memperhatikan komputer lain yang menampilkan aplikasi untuk mempermudah pelacakan plat mobil.

PUZZLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang