01 September, 2014
Seoul, Korea Selatan.
Hari normal, lebih normal tentunya dari kemarin. Masalah selesai, teka-teki terjawab dan rasa penasaran menghilang. Namun, masih ada satu orang yang memiliki masalah sendiri, cukup rumit karena itu mengenai,Perasaan.
Mondar mandir, Yoong mengusap wajahnya gusar bersama ponsel yang ia cengkram kuat di tangan sebelah kanan.
Apa yang harus dirinya katakan? Sedang isi dalam hati sudah penuh, menyesaki rongga dada, mendorong agar ia segera memberitahu kejujuran di sana.
Yoong tak ragu lagi. Ia yakin, terlebih Tiffany juga terus mendesaknya, bahkan gadis itu membuatnya hampir gila di tengah kecaruk marukan fikiran yang sementara itu tak bisa Yoong atasi.
Ia membuka kunci ponsel, menatapnya masih berada di menu pesan singkat yang tertuju pada sebuah nomer, namun dengan subjek tulisan yang kosong.
"Tapi apa yang harus ku tulis?" Yoong bergumam pelan, nyaris tak terdengar.
Mengapa dirinya harus berfikir keras untuk itu? Ia hanya perlu menulis 3 kata, bukan kalimat. Yoong meyakinkan dirinya sendiri dan mulai mengetik huruf demi huruf yang membentuk kata ungkapannya.
Selesai. Tinggal selangkah lagi. Menekan tombol kirim, ibu jari Yoong sudah berada di atasnya saat ini, namun belum melakukan apapun.
Gugup yang mengganggu.
"Apa yang kau lakukan? Berpaku pada layar ponsel selama hampir satu setengah jam?" Seru gadis yang baru saja datang membuat Yoong terperanjat di posisinya.
Gadis itu mengambil ponsel Yoong, melihat apa yang sedang di lakukan pria tersebut hingga kehilangan kesadaran, masuk ke dalam lamunan tak berguna.
"Ah... Ini?" Tiffany menatap jijik dari layar tersebut, naik ke wajah Yoong.
"Dasar tidak jantan!" Lanjutnya melempar benda itu ke dada Yoong yang langsung menyambutnya gelagapan.
Bibir pria rusa itu mengerucut. Seraya mengangkat kedua bahunya, pasrah, ia sudah tertangkap basah oleh Tiffany.
"Menurutmu cara apa yang lebih baik dari mengirim pesan cinta pada atasannya melalui pesan singkat?" Tutur Yoong meminta saran dengan nada merajuk.
Tiffany menepuk keningnya sendiri lalu memijat dengan perlahan. Dia bilang tak takut di tolak, sudah konsekuensi. Akan tetapi apa sekarang?
Ia yakin sekarang bahwa Yoong benar-benar pria baru matang yang labil.
"Apa lagi selain mengatakannya langsung, bodoh!"
Yoong menggaruk punggung lehernya yang tak gatal. Ia menaruh kembali ponsel ke saku.
Matanya terlihat ragu, memandang Tiffany yang seolah menunggu pernyataan lagi dari mulut Yoong.
"Bagaimana jika dia menerimaku?" Kening Tiffany semakin menukik bingung.
"Bukankah bagus untukmu?"
"Umm..." Yoong memberi jeda pada gumamannya.
Ia menggigit bibir, menelan ludah berat, guna menghilangkan sesuatu yang terasa mengganjal dalam tenggorokannya.
Bahu pria itu kembali terangkat kembali. Bagaimana cara ia menjelaskannya? Yoong tak pernah segugup ini sebelumnya dan tentu saja, ia tidak pernah berada di situasi ini.
Menyukai.... Mencintai seseorang. Gadis.
"Sepertinya akan lebih baik, dia menolak, jika keadaanku masih seperti sekarang."
![](https://img.wattpad.com/cover/208162437-288-k684953.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PUZZLE
Fiksi Penggemar(8 days for open your heart) Puzzle. Bukan sebuah mahakarya yang tercipta sendiri dan satu-satunya. Menjadi sebuah bagian tunggal bukan aturan main puzzle. Puzzle. Memiliki kepingan-kepingan lain yang akan membuat mereka menjadi sebuah kesatuan yang...