"Kau bisa mengatur semua ini, kan?" Jessica melirik penuh tanya, sedikit keraguan tersirat di matanya.
Membaca daftar di kertas, sang lawan bicara termenung sejenak guna melihat keseluruhan tulisan di sana sebelum mengangguk.
"Tenang saja. Serahkan ini padaku. Tapi...." Tiffany menggantung kalimatnya, menimbang sesuatu untuk di katakan pada Jessica.
"Tapi apa?"
"Aku membutuhkan asisten. Taeyeon dan Seohyun, setidaknya itu cukup."
"Aku akan menanyakannya dulu." Kedua gadis itu berdiri setelah seorang pria masuk ke ruangan tersebut.
Tiffany memutar bola mata malas seraya tersenyum kecut. Batinnya mencibir sepasang kekasih yang mendadak lupa akan dimana mereka berada itu.
Menepuk pelan pundak Yoong sebelum berlalu, Tiffany mengucapkan rasa salutnya dalam diam.
"Sudah selesai?" Yoong meraih tas Jessica di meja kerja, menyerahkan pada gadis itu sebelum menautkan jemari mereka.
"Hari ini aku akan tahu berapa lama kau menghabiskan waktu untuk berbelanja." Yoong terkekeh pelan melihat rengutan wajah Jessica.
"Bukankah kau pernah menemaniku belanja saat di San Francisco?"
"Ya. Dan belanjaannya hanya sedikit. Tapi sekarang kau harus memilih banyak barang, tak hanya baju pengantin." Kerucut pada bibir Jessica membuatnya terlihat manja.
Jessica tersenyum sebelum bergelayutan di lengan atas Yoong. Pria itu melatih tangannya hingga ada sedikit otot menonjol di sana. Jessica tak perduli karena sesuatu yang lebih penting baginya hanya kesehatan Yoong, calon suaminya.
Mendadak tersipu malu, Jessica membayangkan bagaimana pria rusa itu akan menjadi seorang yang akan menemaninya menghabiskan sisa umur. Pipi Jessica memerah kembali, sama seperti saat dimana Yoong melamarnya.
Tidur di kasur yang sama, menyiapkan baju, sarapan, makan malam dan minum bersama, tinggal satu atap, mereka akan memulai segala sesuatunya berdua setiap hari. Bukankah terdengar menyenangkan?
Senyum Jessica melebar di buatnya. Bunyi mobil mulai berdengung nyaring dan mereka menuju sebuah butik dari desainer yang Yoong pilih.
Bisakah Jessica mengungkap perasaan tak sabarnya saat ini? Yoong pasti sudah memilih salah satu di antaranya dan Jessica tak mengetahui bagaimana bentuk gaun tersebut. Sebuah hadiah besar, jika itu sama seperti seleranya.
"Tersenyum sepanjang jalan, nona Im."
Nona Im? Tidak... Jessica belum siap mendengar itu terlebih saat ini. Jantungnya hampir melompat kaget tadi. Ia harus menahan senyum yang hampir serupa dengan sebuah seringaian lebar.
"Jangan menggodaku."
"Dalam sejarah kita, sejauh ini aku tidak pernah menggodamu."
"Kau melakukannya beberapa kali. Jangan berpura bodoh atau aku akan menyumpahimu untuk menjadi bodoh sungguhan." Jessica membulatkan tekat untuk menatap datar pada pria di sampingnya itu.
Berusaha tak membuat ekspresi sedikitpun, dulu bisa ia lakukan dengan mudah, akan tetapi sekarang Jessica memiliki kesulitan tersendiri. Perangainya benar-benar menghilang. Jati diri Jessica sebagai seorang ice princess melebur bersama hatinya yang juga tak lagi membeku.
"Ancamanmu tidak terlalu menakutkan." Yoong bergumam pelan setelah sekian lama terdiam.
Tangannya memutar penuh kemudi, memparkirkan mobil di tempat yang tepat dan aman untuk Jessica turun.
"Benar. Aku kehilangan aura menakutkanku." Jessica menekuk wajahnya, berdiri menunggu Yoong mengunci tunggangan besi mewah mereka.
"Setidaknya aku masih memiliki rasa takut atas dirimu."

KAMU SEDANG MEMBACA
PUZZLE
Fanfiction(8 days for open your heart) Puzzle. Bukan sebuah mahakarya yang tercipta sendiri dan satu-satunya. Menjadi sebuah bagian tunggal bukan aturan main puzzle. Puzzle. Memiliki kepingan-kepingan lain yang akan membuat mereka menjadi sebuah kesatuan yang...