CHAPTER 16 : Setitik Cahaya

476 59 6
                                    

"Apa kau sudah baik-baik saja? Kau bisa mengambil cut- Ah, tidak. Duduklah di sofa itu." Jessica segera memotong kalimatnya, menarik niat yang ingin berucap teramat enteng setelah sadar kata-kata itu sensitif bagi Yoong.

Mata Jessica berusaha melirik ke arah pria yang masih kebingungan di tempatnya itu, namun nampaknya Yoong tak terganggu.

Jessica menghembuskan nafas lega. Ia menteralkan kembali ekspresi yang tercetak pada wajahnya lalu menatap Yoong.

"Apa yang kau lakukan? Duduklah di sana. Aku sudah memberikanmu izin."

Yoong akhirnya mengangguk. Namun ada sesuatu yang membuat Jessica tercengang setelahnya. Pria itu, Im Yoong dengan santai duduk lalu bersender di sofanya. Hanya satu posisi lagi saja, menumpu lalu menyilangkan kaki, maka Yoong akan terlihat seperti bos di sana.

Jessica tak dapat menyembunyikan tawanya. Tidak. Tentu saja bukan karena merasa apa yang Yoong sedang lakukan adalah hal lucu, melainkan pria itu benar-benar arogan sekarang. Saat ia merasa sikap formal Yoong mengganggu, saat ini, perangai sang bodyguard yang lebih jauh dari biasanya kian membuat Jessica bingung.

Ada apa dengan pria itu? Batin Jessica sungguh penasaran.

"Kau ingin ku buatkan kopi?" Suara besar Yoong bergema sedang di dalam ruangan, menyadarkan kebingungan Jessica yang sempat mengusik pekerjaannya.

"Kau bisa?" Jessica menatap Yoong remeh seraya tersenyum kecut, namun Yoong justru mengangguk yakin padanya dan langsung bangkit menuju dapur kecil yang ada di ruangan tersebut.

"Tentu saja. Aku menjamin, kopi buatanku sangat enak dan akan lebih enak jika kau meminumnya dengan rasa cinta."

"Apa?"

"A-ah, tidak. Maksudku aku akan membuatnya dengan bersungguh-sungguh. Khusus untukmu." Yoong berbalik sejenak guna menatap Jessica yang lebih dahulu berfokus padanya itu untuk melemparkan senyuman kecil.

Yoong sedikit khawatir apakah Jessica benar-benar memiliki masalah dengan pendengaran atau hanya sedang berpura saja. Namun di lain sisi, ia juga bersyukur karena itu.

Apakah dirinya kejam? Yoong merasa menyesal sekaligus bersyukur dalam waktu bersamaan. Jessica tak mendengar kalimatnya yang terucap secara tidak terkontrol, berharap gadis itu tak mendengarnya dan voila! Jessica benar-benar tak mendengarnya.

Itu mengagumkan bagi Yoong.

"Selesai." Ucap Yoong berujar pelan, puas akan hasil dari kopi yang ia buat lalu segera mengantarkannya ke meja Jessica.

Semerbak harum dari kopi tersebut menelusup masuk dengan sopan ke lubang hidung hingga menarik perhatian Jessica yang terlihat sangat serius bersama berkas-berkasnya sekalipun.

Jessica melirik ke arah Yoong yang masih berdiri di posisinya saat ini sebelum menyeruput kopi tersebut.

Tak hanya Yoong, Jessica ikut tersenyum setelahnya. Hanya saja, gadis itu menyembunyikannya.

"Lumayan." Jessica masih berusaha menahan kekehannya.

"Enak? Tentu saja. Aku yang-"

"Lumayan pahit." Lanjut Jessica melepaskan tawanya setelah melihat raut Yoong yang berubah drastis.

Berawal sumringah, lalu runtuh begitu saja karena Jessica melanjutkan kalimatnya yang memang sengaja tak ia selesaikan dari awal.

Jessica memutar kursi kebesarannya menghadap kaca lalu tertawa keras di sana, mengabaikan perasaan Yoong yang bercampur aduk karenanya.

Jiwa pria rusa itu melayang terbang seketika. Ia bingung, antara percaya dan tak percaya bahkan malu. Rasa nano-nano yang Yoong rasakan mencetak ekspresi lucu pada wajahnya.

PUZZLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang