"Duduklah. Kalian sepertinya sangat tegang."
"Bisakah kita tidak perlu berbasa-basi? Aku lelah." Sooyoung menepuk jidat sembari mengurut kening setelahnya.
Ruangan yang selama ini terlalu besar justru terasa sempit saat Tiffany datang. Ia kesulitan untuk mengambil nafas walaupun sepoi-sepoi angin yang masuk dari jendela terbuka sangat lebar.
"Aku akan menunggu di luar." Nickhun menimpali lalu mulai beranjak dari posisinya yang sebelum ini sudah duduk menyender.
"Pulanglah. Aku bisa naik taxi."
"Tidak. Aku menunggu-"
"Khun-ah, jeball."
"Hei, hei. Jangan bersitegang di depanku, atau aku akan bersikap formal. Nickhun akan menunggumu di luar, Fany-ah. Kau tau kondisinya tidak aman sekarang."
Tiffany menghela nafasnya sedang Nickhun memberikan senyuman kecil pada Sooyoung sebelum keluar.
Sooyoung berdiri untuk mengambil sebuah foto yang sudah di cetaknya kemudian memberikan pada Tiffany.
Tak terlalu jelas memang karena bahkan kamera yang di gunakan adalah CCTV dengan jarak cukup jauh dan foto yang di hasilkan nampak buram.
"Apa kau bisa mengenalinya dari samping? Orang ini sedikit berbeda dengan yang ku awasi. Tapi dia justru tertangkap CCTV sedang membuntuti mobil Jessica."
Tiffany meraih foto tersebut seraya mengamatinya dengan mata yang berusaha ia pertajam. Namun tetap saja, seberapa keras usahanya untuk melihat itu, sesering apapun Tiffany melihatnya, wajah orang tersebut benar-benar asing baginya.
Sooyoung kembali datang dengan membawa 3 lembar foto orang yang ia curigai.
Tiffany mengamit ke 4 foto tersebut. Mensejejerkannya bersama lalu mengamati kembali dengan seksama. Kening yang semula menukik tajam berubah datar.
Matanya melirik ke arah Sooyoung dengan tatapan malas. "Bukankah mereka orang yang sama?"
"B-benarkah? Apa kau yakin?" Tiffany memutar bola matanya malas.
Firasatnya berkata lain, tentang pria ini dan pria yang mengatakan bahwa akan menunggu di luar.
"Jadi kau sudah yakin dia peneror itu? Kenapa tidak menangkapnya?"
"Aku tidak mempunyai bukti yang memberatkannya, Fany-ah. Sekarang kita sudah mendapat petunjuk, aku akan mulai membuntutinya."
"Hmm, baiklah. Kalau begitu aku bisa pulang, kan?" Sooyoung mengangguk sebagai jawaban.
Tiffany beranjak dan berniat segera berlalu dari tempat tersebut. Pintu sudah terbuka lebar, namun langkahnya terhenti sejenak.
Mata gadis itu mengawasi sekitar luar kantor Sooyoung untuk mencari seseorang. Rautnya berubah kecewa saat tak menemukan siapapun di sana. Ah, benar-benar munafik.
Apa sekarang dirinya menyesal sudah mengusir pria itu hingga dia benar-benar pergi? Tiffany mendesah lalu tersenyum getir.
Ini terlalu menyedihkan. Ia di campakan, dan pria itu muncul lagi dengan bertingkah seolah tak terjadi apapun sebelumnya. Namun hatinya justru tak terbakar karena amarah. Ia hanya merasa sedikit kecewa, akan tetapi masih ada rindu. Bodoh.
Tiffany menyeka bulir air mata yang menetes jatuh menuruni pipi sembari berjalan menuju pintu keluar gedung kepolisian. Sekian lama ia menahannya, sekarang tumpah kembali untuk orang yang sama.
"Aduh!" Jerit pria yang baru saja tersandung baru dan hampir terjatuh itu terdengar dari arah sebelah kiri.
Tiffany menoleh ke sana dan seketika mengulum senyum. Pemandangan yang lucu. Seseorang nyaris terjatuh di sana namun ia justru tertawa, itu karena siapa orang tersebut. Ekspresinya membuat Tiffany tak tahan untuk terkekeh geli.

KAMU SEDANG MEMBACA
PUZZLE
Fanfiction(8 days for open your heart) Puzzle. Bukan sebuah mahakarya yang tercipta sendiri dan satu-satunya. Menjadi sebuah bagian tunggal bukan aturan main puzzle. Puzzle. Memiliki kepingan-kepingan lain yang akan membuat mereka menjadi sebuah kesatuan yang...