Seminggu kemudian...
Diandra, Riani, dan Nia semakin akrab. Tidak ada rasa canggung sedikitpun saat mereka berbicara. Kemanapun selalu bertiga. Hampir dari sifat mereka itu sama. Mulai dari malas pergi kemanapun kalau tempat yang dituju itu ramai misalnya kantin, selalu memperhatikan kakak tingkat yang lewat didepan mereka, selalu ngobrol apapun yang bisa diobrolkan. Mereka bisa menghabiskan waktu hingga berjam-jam duduk digazebo hanya sekedar untuk membicarakan setiap orang yang lewat disekitar mereka. Kadang juga membicarakan kating yang sedang memakai sepatu ditangga masjid kalau mereka dapat gazebo yang menghadap masjid. Bahkan seperti tidak ada waktu yang terlewatkan untuk tertawa. Dikelas, dijalan, digazebo, dikantin. Semua pasti ketawa.
"Kantin ayo!" Ajak Nia tiba-tiba.
"Tumben." Jawab Riani.
"Mumpung gak ramai." Ucap Nia sambil tertawa.
"Sudah kuduga." Sahut Diandra.
"Ya udah ayo!" Ucap Nia berjalan menarik tangan Diandra dan Riani menggunakan kedua tangannya.
"Gue mau beli bakso, kalian?" Tanya Nia.
"Gue jus aja, gue haus nggak laper." Jawab Diandra.
"Gue ikut lo Di." sahut Riani.
"Ya udah, gue sendirian." Lesu Nia yang dibuat-buat.
"Emang biasanya enggak sendiri?" ucap Riani diselingi tawanya. "Jangan lama-lama makan baksonya." Lanjut Riani memperingati Nia agar tidak lama makan baksonya.
"Gue enggak makan disini, gue bungkus. Baksonya gue bikin cilok." Jawab Nia.
Riani dan Diandra mengangguk paham. Sedangkan Nia langsung melangkah pergi meningalkan Diandra dan Riani.
"Nanti gue tunggu dipinggir sana." Ucap Nia sedikit berteriak.
Diandra dan Riani mengangguk setuju. "Ayo Di!" Ajak Riani yang diangguki oleh Diandra
"Gue tunggu diluar." Ucap Diandra kepada Riani setelah dia mendapatkan jus buah pesanannya.
"Iya." jawab Riani.
Diandra langsung keluar dari toko itu dan menunggu Riani di kursi depan toko itu.
"Ayo!" Ajak Riani keluar sambil membawa gelas plastik berisi jus buah yang dia beli.
Diandra dan Riani berjalan menghampiri Nia yang masih berkutik dengan alat-alat untuk pengambilan bakso.
"Tadi katanya 'gue tunggu disana' Eh ternyata malah dia yang lama." Ucap Riani meledek Nia.
"Diam. Ini gue lagi konsentrasi." Balas Nia tanpa menoleh ke arah Riani karena masih fokus untuk memasukkan kuah bakso yang panas kedalam plastik.
"Tumben banget lo." Ucap Riani.
"Kalau enggak fokus nanti tangannya yang disiram." sahut Diandra yang langsung membuat Riani tertawa.
"Fokus... fokus..." ledek Riani.
"Alah... Apaan lo. Tiap pelajaran kalau ada kating laki-laki lewat depan kelas langsung noleh sama Diandra." Sindir Nia bersiap menali plastik setelah dia selesai memasukkan kuah baksonya.
"Kok bawa-bawa gue?" Heran Diandra karena namanya dibawa-bawa.
"Udah ayo! Enggak usah debat disini. Banyak laki mau beli bakso!" Ucap Riani pelan melirik area sekitar mereka.
"Iya bentar, gue mau bayar dulu." Ucap Nia langsung masuk menemui ibu penjual bakso.
Diandra dan Riani saling bertukar pandangan. Dan kemudian kembali fokus meminum jusnya masing-masing sambil menunggu Nia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Tangan [Sequel - END]
أدب المراهقين[Sequel of Diandra & Satria] Ketika takdir sudah berkata tentang kita. --- Ketika jarak menjadi penengah antara Diandra dan Satria. Saat mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri. Diandra sibuk dengan kuliah pendidikannya. Satria sibuk deng...