"Akhirnya sampai juga," ucap Esta menaikkan kedua tangannya keatas sebagai wujud peregangan karena sedari tadi duduk selama 2.5 jam.
"Bentar lagi kita langsung ke Dermaga Sedadap ya, nanti keburu enggak ada klotok yang menyebrang ke Sebatik." Ucap Ani memperingati.
Mereka mengangguk. Kemudian mencari transportasi darat yang akan mengantarkan mereka ke Dermaga Sedadap untuk menyebrang ke Sebatik. Karena semakin lama perjalanan, kemungkinan mereka sampai di Sebatik semakin lama dan klotok tidak akan menyebrang jika hari sudah gelap.
"Berapa lama kita naik ini?" Tanya Riani kepada lainnya saat mereka sudah berada diatas klotok.
"20 menit." Jawab Ani.
Ada rasa kelegaan tersendiri diantara mereka karena perjalanan tak selama yang mereka bayangkan.
"Lo udah ngehubungin tentara yang mau jemput kita?" Tanya Diandra kepada Esta; selaku ketua dari rombongan ini.
"Enggak ada signal." jawab Esta sembari mengangkat ponselnya diudara, berharap ada signal yang melintas di udara.
"Beneran?" Tanya Riani heboh langsung melihat jaringan signal diponselnya. "Iya beneran enggak ada signal." Lanjutnya lesu setelah melihat ponselnya yang juga tidak ada signal.
"Udah konsekuensi kita kan memilih kesini." Ucap Ani yang diangguki oleh semua. "Lagian para tentara juga punya kali hitungan waktu. Ya paling enggak feeling kalau kita sudah nyampek." Lanjutnya mencoba positif thinking.
-
Tidak terasa mereka sudah sampai di Pulau Sebatik. Setelah turun dari klotok, mereka menyusuri jalan untuk keluar dari dermaga. Mencari mobil yang menjemput mereka.
"Itu bukan sih jemputan kita?" Tanya Esta kala melihat truk tentara berhenti tak jauh dari jangkauan mereka.
"Iya kayaknya. Yaudah ayo kesana." Ajak Ani yang disetujui oleh semua.
"Kalau beneran kita naik itu, berasa kita latihan dasar kepemimpinan waktu maba dulu." Ucap Riani kepada Diandra mengingat waktu 4 tahun lalu. Saat mereka akan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) di permukiman tentara. Selama 2 hari 1 malam dilatih layaknya seorang tentara. Bernyanyi sambil sedikit berlari, berjalan dengan langkah yang sama, hingga mempergunakan waktu yang singkat untuk hal apapun.
Diandra mengangguk dan melanjutkan perjalanan mereka menghampiri truk itu.
"Maaf permisi, ini betul jemputan untuk kelompok guru?" Ucap Esta kepada seorang tentara yang bersandar didepan mobil.
Tentara itu menoleh, "iya benar."
Diandra melihat wajah tentara itu. "Odel?" lirihnya namun bisa didengar oleh Odello yang terbukti sedang menyunggingkan senyum kepadanya.
"Itu Odel pacarnya Kinara?" Bisik Riani yang diangguki oleh Diandra.
"Selamat datang di Pulau Sebatik, Pulau terdepan dan terluar Indonesia." Sapa Odello yang mendapatkan balasan senyuman dari mereka. "Kami akan mengantar kalian semua ke barak yang menjadi tempat tinggal kalian disini." Lanjutnya melirik 3 tentara lain disampingnya. "Silakan masuk." Suruhnya.
Sebelum mereka naik ke dalam truk itu, para tentara membantu mereka untuk memasukkan barangnya terlebih dahulu barulah mereka berempat masuk kedalam bagian belakang truk itu. Ditemani oleh Odello dan rekannya bernama Aji yang duduk dibelakang sedangkan 2 tentara lainnya duduk didepan.
Dan kebetulan Odello duduk disamping Diandra.
"Gimana sama perjalanannya Di?" Tanya Odello ditengah perjalanan mereka menuju barak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Tangan [Sequel - END]
Ficção Adolescente[Sequel of Diandra & Satria] Ketika takdir sudah berkata tentang kita. --- Ketika jarak menjadi penengah antara Diandra dan Satria. Saat mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri. Diandra sibuk dengan kuliah pendidikannya. Satria sibuk deng...