40 - Masih Sakit

202 10 2
                                    

Riani tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya kala melihat dari kejauhan ada Aji. Tak bisa Riani pungkiri, satu bulan disini membuat kehidupannya berubah dari kehidupan sebelumnya. Disini dia belajar bagaimana hidup mandiri dan memulai kehidupan di lingkungan baru bersama orang baru pula. Di tambah lagi hidupnya berada di lingkungan militer. Kehidupan yang berbeda juga mengubah semuanya, termasuk perasaannya. Dulu pertama kali kesini perasaannya masih biasa saja, tapi beberapa minggu berjalan perasaannya berubah. Muncul rasa antara dia dan Aji. Terlalu sering bertemu dan perhatian Aji kepadanya membuat hati Riani luluh. Begitu juga bagi Aji.

"Hai." sapa Aji melihat Riani.

Riani tersenyum membalas sapaan Aji.

"Hmm... gue tinggal dulu kali ya. Biar bunga cinlok nya enggak malu buat bermekaran." Sahut Odello terkekeh berlalu pergi menjauh dari Riani dan Aji yang hanya bisa tersipu.

"Belum tidur?" Tanya Aji melirik Riani di sampingnya. Sedangkan Riani membalas dengan mengerutkan keningnya. "Ehh... belum ya. Kalau sudah tidur kan enggak mungkin disini!" Lanjut Aji terkekeh sendiri dengan pertanyaan yang menurutnya bodoh itu. Mana ada orang tidur bisa duduk disampingnya.

Riani juga terkekeh melihat kelakuan Aji.

"Aku dengar temen kamu keseleo."

"Diandra?" Aji mengangguk. "Iya, tadi dia keseleo pas mau pulang dari sekolah."

"Kok bisa?"

"Sebenarnya gara-gara aku, tadi aku kagetin pas dia gak fokus jadi jatuh. Ditambah lagi dulu dia pernah juga kecelakaan jadi mungkin ditambah bekas kecelakaan itu kali ya, kakinya bisa sampai keseleo."

"Terus keadaannya?"

"Kata Jovita enggak papa, cuma butuh waktu istirahat aja."

Lagi-lagi Aji hanya mengangguk mendengarkan Riani berbicara. Memang perempuan itu ditakdirkan untuk yang selalu bercerita dan laki-laki ditakdirkan untuk selalu mendengarkan ceritanya ya?

-

"Sat." Panggil Odello melihat Satria baru saja keluar dari barak guru.

Satria menoleh, mendapati Odello dan langsung menghampirinya.

"Dari mana?"

"Diandra."

Odello menoyor lengan Satria, "katanya tadi enggak mau jenguk."

"Siapa yang bilang, gue tadi cuma bilang enggak tau. Bukan enggak jenguk."

"Tau dah terserah lo, ngeles mulu. Heran gue."

"Heran kenapa?"

"Yang satu lagi masa pdkt-an, yang satu lagi masa gengsi-gengsian, sedangkan gue hanya bisa melihat kalian dengan perempuan kalian. Nasib LDR gini amat." lebay Odello.

"Narsis lo!" Timpal Satria meledek Odello yang terlalu lebay menurutnya.

"Lo enggak ngerasain, bayangin aja. Lo jauh dari dia yang lo sayang dengan waktu yang lama dan lo enggak bisa ngehubungin dia tiap hari hanya untuk sekedar menanyakan gimana hari ini, ada kegiatan apa aja, atau sekedar bilang aku kangen." Ujar Odello berjalan mendahului Satria.

"Kata siapa gue enggak ngerasain, gue ngerasain kok."

"Mana ada?"

"Beneran."

"Sama siapa? Orang jelas-jelas dia yang lo sayang ada disini."

Satria yang mengerti maksud Odello hanya tersenyum tipis, "kan gue juga punya keluarga yang gue sayang dan gak bisa menghubungi tiap waktu."

Garis Tangan [Sequel - END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang