"Kenapa berhenti?" Tanya Pandu saat tiba-tiba Diandra berhenti dan duduk dikursi taman.
"Bentar," Diandra melepas sepatu kets-nya.
"Kaki lo lecet Di." Panik Pandu saat melihat kaki Diandra sedikit lecet di bagian jari kelingking kakinya dan bagian atas tumit.
"Iya, pantesan pas jalan kok sedikit perih." Diandra mencoba mengipas-ngipas kakinya dengan telapak tangannya.
"Yaudah lo lepas aja sepatunya!" Pinta Pandu.
'Terus gue pulang dengan kaki telanjang gitu? Yang benar aja."
"Ya daripada nanti tambah lecet hayo...."
"Iya juga sih." Diandra membenarkan ucapan Pandu.
"Apa perlu gue gendong?" Tawar Pandu dengan senyum centil-nya.
Diandra bergidik ngeri melihat senyum Pandu yang biasanya manis berubah menjadi sebuah senyuman centil yang enggak Pandu banget gitu. "Ogah!" Tolak Diandra mentah-mentah.
"Yaudah."
"Apa enggak ada cara lain selain gue harus jalan kaki telanjang?" Tanya Diandra.
Pandu nampak berfikir. "Oh gue punya ide, lo tunggu disini." Pandu bangkit dari duduknya.
"Lo mau kemana?"
"Udah lo tunggu aja gue disini, bentar aja."
"Awas kalau lo macam-macam." Ancam Diandra menatap Pandu tajam sebelum Pandu pergi meninggalkannya.
Beberapa menit kemudian
"Kemana aja Ndu? Gue kayak orang hilang disini sendirian." Omel Diandra saat Pandu datang.
"Ini." Pandu berjongkok di depan Diandra. "Tadi gue beli obat merah, plester sama sandal jepit." Lanjutnya mengeluarkan semua barang yang ada di dalam kantong plastik.
"Enggak usah gini juga kali Ndu, kok lo yang repot." Diandra merasa enggak enak dengan perlakuan Pandu.
"Angkat kaki lo, biar gue obatin!" Pandu mengangkat kaki Diandra.
"Enggak usah, biar gue obatin sendiri." Diandra menarik kakinya sendiri.
"Udah enggak apa, sini!" Paksa Pandu mengangkat kaki Diandra dan meletakkannya di atas lututnya sendiri yang dia gunakan sebagai meja sedang kaki kanannya dia gunakan sebagai tumpuan. Dengan telaten Pandu mengalirkan obat merah diluka Diandra. "Perih?" Tanya Pandu karena kaki Diandra sedikit bergerak.
Diandra menggeleng.
"Udah selesai." Ucap Pandu bangkit dari jongkoknya.
"Makasih." ucap Diandra tersenyum.
"Yaudah, sekarang kita balik. Lo pakai sandal jepit itu biar sepatu lo gue masukin dalam kantong plastik." Pandu memungut sepatu Diandra dan memasukkannya kedalam kantong plastik. "Bisa berdiri?" Khawatir Pandu melihat pergerakan Diandra yang hendak berdiri.
"Kaki gue cuma lecet Ndu, enggak patah tulang." Geram Diandra.
"Pelan aja jalannya, hati-hati." Pinta Pandu saat mereka berjalan.
Lagi-lagi Diandra menatap Pandu, "enggak usah lebay Ndu."
"Gue bukan lebay, tapi gue khawatir." Elak Pandu.
"Tapi kekhawatiran lo itu lebay."
"Iya-iya, yaudah ayo pulang."
-
"Lo ngapain Ndu masih ngikutin gue?"
"Gue cuma mau mastiin lo aman sampai depan pintu rumah."
Diandra memutar bola matanya malas, "terserah lo deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Tangan [Sequel - END]
Novela Juvenil[Sequel of Diandra & Satria] Ketika takdir sudah berkata tentang kita. --- Ketika jarak menjadi penengah antara Diandra dan Satria. Saat mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri. Diandra sibuk dengan kuliah pendidikannya. Satria sibuk deng...