Beberapa hari kemudian
"Dokter." Teriak Yasmin kedepan pintu kamar ICU tempat Diandra dirawat. Tadi dia melihat jari Diandra bergerak. "Dokter, tadi jari Diandra bergerak." Yasmin memberi tau dokter yang sudah ada ditepi ranjang Diandra.
"Iya ibu, saya periksa dulu pasiennya." Jawab dokter itu bersiap memeriksa keadaan Diandra.
"Gimana dok?" Tanya Yasmin melihat dokter sudah kembali mengalungkan stetoskop dileher.
Dokter itu tersenyum, "keadaan pasien mulai stabil, kita hanya perlu mengontrolnya setiap waktu untuk memastikan keadaannya membaik. Kalaupun sudah membaik, kita bisa segera memindahkan ke ruang rawat biasa." Jelasnya.
Yasmin nampak tersenyum lega karena keadaan Diandra semakin membaik.
"Kalau begitu saya permisi dulu untuk memeriksa pasien yang lain." Pamit sang dokter.
"Terima kasih dok."
-
"Akhirnya lo sadar juga." ucap Yasmin sibuk menyiapkan makan untuk Diandra.
Setelah hampir seminggu Diandra tidak sadarkan diri, akhirnya keadaannya membaik. "Badanku kaku semua kak," lirih Diandra merasakan badannya yang sedikit kaku karena sudah lama tidak digerakkan.
"Yaiyalah lo kritis dan koma hampir seminggu. Buat semua orang khawatir. Apalagi Teguh, tiap jam nelponin gue. Pulang kerja langsung kesini." Omel Yasmin tidak begitu dihiraukan oleh Diandra yang lebih fokus menatap keluar jendela rumah sakit. "Sini biar gue bantuin." Lanjut Yasmin langsung membantu Diandra untuk merubah posisinya yang berbaring menjadi duduk.
"Satria enggak kesini kak?" Tanya Diandra tanpa mengalihkan pandangannya kepada jendela luar rumah sakit.
Yasmin yang sibuk menyiapkan obat Diandra tiba-tiba berhenti. Bingung ingin bilang apa kepada Diandra. "Makan dulu." Lanjutnya duduk di samping ranjang Diandra, menyendokkan makanan ke arah mulut Diandra.
Diandra menerima suapan itu, meski lidahnya terasa pahit. Diandra terus memperhatikan kakak iparnya ini, kenapa dia tidak menjawab pertanyaannya mengenai Satria. "Kak." panggil Diandra membuat Yasmin yang tadi menunduk melihat makanan Diandra menjadi melihat dirinya.
"Iya?"
"Satria enggak kesini?"
"Eee... kemarin dia telpon kakak."
"Telpon doang? Dia enggak bilang mau jengukin aku?"
"Katanya kalau dia dapat izin buat pulang dia bakalan pulang, kalau enggak dia bakalan pulang waktu libur." Jelas Yasmin membuat raut wajah Diandra berubah. "Udah, enggak papa Satria enggak jenguk. Kan dia disana juga bukan enggak ngapa-ngapain. Tapi, dia lagi berjuang buat masa depannya." Lanjut Yasmin mengelus lengan Diandra.
Diandra mengangguk. Meski hatinya sedikit kecewa karena Satria. Apakah dia enggak bisa meluangkan sedikit waktunya buat menjenguk dirinya?
"Lanjut makan." Pinta Yasmin menyuapkan kembali makanan kepada Diandra.
-
"Diandra." Panggil Riani, Nia, dan Kinara bebarengan masuk kedalam kamar inap Diandra. Sepulang kuliah tadi mereka langsung janjian menjenguk Diandra bersama-sama.
Diandra yang tadinya sibuk mengisi kejenuhannya dengan membaca novel kini menutup novelnya. Tersenyum kearah pintu kamarnya melihat Kinara, Riani, dan Nia sudah ada disekitarnya.
"Yaelah, enggak sakit, enggak sehat baca buku mulu." Umpat Nia menyahut novel Diandra dan meletakkannya diatas meja.
"Gimana keadaan lo?" Tanya Riani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Tangan [Sequel - END]
Fiksi Remaja[Sequel of Diandra & Satria] Ketika takdir sudah berkata tentang kita. --- Ketika jarak menjadi penengah antara Diandra dan Satria. Saat mereka terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri. Diandra sibuk dengan kuliah pendidikannya. Satria sibuk deng...