"Athala udah deh dari pagi sampe sekarang udah malem masih aja madep laptop, tuh mata gak cape apa?" cerocos Adam dengan menyimpan cemilan yang ia bawa dari bawah.
"Bawel," ketus Athala.
"Lagi ngurusin apa lagi si?" heran Adam sesekali matanya mengintip kearah laptop.
"Diem aja deh Dam, pusing nih. Lo bawel banget bantuin kagak."
"Yaudah sih tidur, lo punya darah rendah, kerjaan gadang terus, cari mati?" ujar Adam.
"Filter dulu ke kalau ngomong," balas Athala sedikit kesal.
"Gua serius ini Thal, tidur aelah udah jam 9 juga!"
"Baru juga jam 9," balasnya.
"Yaudahlah serah, gua mau mabar sama siIqbaal." Athala hanya berdehem, membiarkan sepupunya itu bergelut dengan game onlinenya dari pada merusuhinya yang sedang bermain game.
Athala melirik ponselnya yang menampilkan foto lelaki yang ia sayangi. Dengan perasaan senang Athapun mengangkat telvon itu.
ViaTelvon
"[Belum tidur kah?"]
"[Ah belum Pah, Athala masih nyelesain ini kerjaan sekolah.]"
"[Kamu jangan membiasain tidur larut, kalau udah kebiasaan susah-
"[Ia Pah, tenang aja. Athala paham, paling satu jam lagi Athala tidur.]"
"[Satu jam ya?]"
"[Ia.]"
"[Yaudah Papah matiin.]
"Siapa Thal? Bokap?" tanya Adam pada Athala. Athala mengangguk tanpa menoleh pada Adam yang memperhatikannya.
"Lo mending punya bokap perhatian banget, lah gua? Pulang aja jarang " jelas Adam. Papah Adam merupakan Pilot jadi jarang pulang, sekali pulang gak lama. Memang pekerjaanlah yang mengharuskan seperti itu.
"Kan lo tau pekerjaannya seperti apa," balas Athala.
"Nanti kalau gua jadi orang tua, gua bakal selalu ada buat anak-anaknya gak akan kayak Papah gua."
"Jangan gitu, dia juga bokap lo. Lo harus bersyukur mending kedua orang tua lo masih ada, sedangkan nyokap gua?" pernyataan Athala membuat Adam diam dan diam diam mengiyakan.
"Heem."
"Yaudah Tha, mending tidur deh lo gak usah so sibuk," ujar Adam yang diangguki Athala dan menutup laptopnya dan membiarkan tersimpan dimeja belajar milik Adam, soalnya Athala menginap dirumah Adam.
"Dam, cita cita lo apa?" tanya Athala setelah membaringkan tubuhnya disamping Adam.
Kedua remaja itu sama sama menatap langit langit kamar Adam.
"Cita cita? Banyak."
"Yang paling lo ingin gapai?" tanya Athala.
"Gua pengen jadi TNI..
"Katanya mau selalu ada buat anak, kalau TNI kan tugasnya jauh-jauh," balas Athala.
"Setidaknya anak-anak gua nanti masih bisa merasakan kehadiran gua sebagai orang tuanya, anak gua pasti bangga punya Ayah TNI," jelas Adam.
"Ya gua tau, lo emang pengen banget jadi TNI. Selain itu?"tanya Athala.
"Semua anak ingin mengangkat derajat orang tua, membahagiakan orang tua. Gua sama kayak anak-anak diluaran sana."
"Gua mau balas semua itu dengan kebahagiaan, walaupun gak bisa terbayarkan," jelas Adam menatap langit langit kamarnya.
"Iya lo bener, kebahagiaan orang tua lebih penting. Jika sudah berhasil membahagiakan orang tua, kita juga pasti bahagia." Athala mengiyakan ucapan Adam.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA || END
Teen FictionTETAP VOTE WALAU SUDAH TAMAT YA (Belum di Revisi) "Untuk menjadi luar biasa itu perlu jam terbang yang teruji." Athala Radika Cyrano.