Hari ini adalah hari pertandingan dilaksanakan, tamu yang merupakan dari SMA 45 yang sudah tiba disekolah ini.
Athala dan timnya sudah siap dengan memakai baju kostim warna biru hitam dan juga anak Osis yang sudah siap mengabadikan momen dan menyiapkan beberapa air minuman juga mendadak membuka minuman dingin disisi lapangan.
"Gimana kalian udah siap?" tanya Adam pada teman temannya yang sedang mempersiapkan diri masing masing, ada yang sedang mengaca membenarkan rambut, ada yang baru dipakai baju dan ada juga yang sedang memasang sepatu.
"Siap gak siap harus dong," balas Galang yang menepuk tangannya karena takut kotor, dia baru aja memasang sepatu kebanggaanya pada kakinya.
"Baguslah." Merekapun mengangguk.
"Gua kelapangan duluan ya, mau cek anak Osis," tutur Athala yang diangguki beberapa anak anak disana.
Setelah mendapat persetujuan, Athala langsung pergi untuk melihat anak anak osis yang sedang menyiapkan beberapa tugas disana.
"Naya!" Teriak Athala pada Naya yang sedang menata bangku untuk para pemain cadangan, padahal disana udah tersedia kursi yang memang sudah ada.
"Apa?"
"Semuanya udah beres?" Naya mengangguk.
"Tim lawan juga udah ada diparkiran, lagi digiring sama Agas." Athala mengangguk.
"Yaudah gua manggil anak anak juga." Naya mengangguk.
"Main yang bagus ya Thal."
"Pasti."
Athalapun berlari lari kecil hingga ia berpapasan dengan Yara.
"Mau kemana?" tanya Athala pada Yara yang menatap Athala.
"Hemm toilet." Athala mengangguk.
"Oh gitu?" Yara mengangguk pelan.
"Gua mohon sama lo ya, bantuin gua buat ngelarin acara ini." Yara mengangguk.
"Jaga anak anak jangan sampai mereka mencari keributan sama suporter lawan."
"Ia gua juga tau kali, kita juga udah buat panitia keamanan."
"Bagus deh gak mau ngomong semangat buat gua?" Pertanyaan Athala membuat Yara malu.
"Apa deh," ketus Yara hanya untuk mengalihkan pembicaraan.
"Yaudah kalau enggak mau, gua duluan ya," ujar Athala yang melangkahkan kakinya hingga, Yara menengok pada Athala yang sudah berjalan..
"Hem Athala!" Seru Yara membuat Athala terdiam dan menengok kebelakang dengan menautkan kedua alisnya.
"Semangat ya!" ujar Yara dengan senyuman canggungnya.
Athala tertawa renyah, setelah itu ia mengacungkan jari jempolnya dan mengangguk tak lupa dibarengi oleh senyuman tipis, setelah itu Athala kembali melanjutkan langkahnya.
Tak ada yang mengetahui, Yara mengigit bibir bawahnya,ia sedang menahan malu.yang bener aja seorang Yara memberikan semangat pada Athala yang merupakan teman debatnya.
"Bisa gila gua Athala." ringisnya, ia merekam senyuman indah milik Athala barusan.
"Kenapa gua terpaku sama senyuman itu sih ihhh," heranya dibarengi oleh ringisan kesal.
***
Pertandingan berjalan dengan gesit,bahkan lawan sudah terlihat main tidak kalem, beberapa kali mencoba untuk merengkas tim Athala yang sedang unggul.
Tim Athala memang bermain santuy tapi serius, tidak ada raut amarah yang tercipta diraut muka teman teman Athala, semuanya menciptakan wajah serius dan percaya diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA || END
Teen FictionTETAP VOTE WALAU SUDAH TAMAT YA (Belum di Revisi) "Untuk menjadi luar biasa itu perlu jam terbang yang teruji." Athala Radika Cyrano.