chapter 24

4.4K 396 21
                                    

Sangat disayangkan, keinginan Athala yang mau dirumah saja tidak bisa terjadi.vKarena Fatah dengan paksa membawa Athala untuk dibawa kerumah sakit.

Fatah tidak ingin anaknya kenapa-napa. Fatah tidak ingin lagi kehilangan. Jika Fatah bisa memberikan apa yang Athala mau, Athalapun harus bisa memberikan apa yang Fatah mau. Hanya sederhana, Fatah ingin Athala sembuh.

"Kamu harus kemoterapi," ucap Dokter yang menaggani kasus kanker. Sebut saja ia Dokter Gilang.

"Kemoterapi itu sakit, dok. Saya tau," balas Athala.

"Itu jalan buat kamu sembuh," Ucap Dokter Gilang.

"Saya tau kemo itu bukan menyembuhkan dok, tapi menghambat kematian," balas Athala dengan lantang.

"Kamu mau buat keluarga kamu sedih?"

"Gak mau dok, tapi mau gimana lagi? Saya sakit juga gak mau. kalau bisa saya juga mau marah, kenapa saya diberikan penyakit kayak begini."

"Kemoterapi ya? Buat kebaikan kamu juga." Athala menoleh pada Fatah, Fatah mengangguk dan tersenyum penuh harap.

"Kenapa harus?"

"Kenapa nanya lagi? Itu cara pengobatan kanker," tutur Dokter.

"Percuma kalau tak menyembuhkan," ucap Athala yang mulai pesimis.

"Semuanya butuh proses, dan mungkin ini prosesnya. Jika ini bukan prosesnya, kita akan cari jalan lain," jelas Dokter Gilang.

"Mau ya?" tanya Fatah. Athala menatap Fatah dengan sayu.

Athala mengangguk walau ragu,ia ingin Papahnya bahagia. Dirinya juga ingin sembuh, tak seperti ini, hanya bisa merepotkan dan membuat orang khawatir.

"Baik. Saya akan membuat jadwalnya. kemoterapinya akan dimulai besok. Kamu siap?" tanya Dokter Gilang.

"Kenapa cepet banget?"bsewot Athala.

"Mumpung kondisi kamu stabil, kenapa enggak? Kalau nanti lagi, takut kamu ganti pikiran"

"Baru kali ini saya mendapatkan dokter kang maksa dan nyebelin," celetuk Athala

"Saya bukan memaksa, saya cuma ingin pasien saya segera sembuh bukan menyepelekan sesuatu seperti kamu,";balas dokter Gilang.

"Udah udah.. kenapa dokter sama Athala jadi debat?" tanya satria yang bingung sendiri.

"Haha maafkan saya terlalu gemas pada pasien ini."

"Bomat," acuh Athala.

"Athala kamu jangan seperti itu, mau disuntik mati kamu sama Dokter gilang?" tanya Fatah dengan kesal dengan kelakuan anaknya yang barbar. Mana yang katanya ketua osis yang berwibawa?alah itu hanya pencitraan semata.

"Coba aja kalau berani!paling Papah yang nangis kejer karena aku mati," balasnya.

Fatah menghela nafas, anaknya sudah bar bar dari sananya. Fatah memaklumi.

"Mohon maaf dok. Anak saya memang seperti ini dari lahir, udah bar-bar dan ginilah dokter tau sendiri." Dokter itu tertawa.

"Gak apa-apa, saya maklum lagi pula saya senang mendapatkan pasien keras kepala seperti dia." Athala hanya menapa dokter itu jengah.

"Mulai detik ini anda musuh saya!" ancamnya.

"Kamu mengajak saya berantem?" tanya Dokter Gilang.

"Musuhan doang! Saya males berurusan sama dokter resek kayak lo."

Satria hanya terkekeh geli melihat kelakuan adik dan dokter Gilang ini. Mereka ini selalu begini sejak pertama kali ketemu, semoga tidak berlanjut terus.

ATHALA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang