***
Sebenarnya Athala itu tidak begitu menyukai sepak bola, Athala lebih menyukai basket. Namun gara gara skil Athala bagus dan tak sengaja dilihat oleh Bang Rizka kapten terdahulu, Athala jadi dipaksa paksa untuk mengikuti klub sepak bola, peristiwa itu terjadi pada Athala yang batu kelas 10 yang sedang mengikuti sepak bola antar kelas dan Athala diangkat jadi kapten klub sepak bola, walaupun Athala sudah mempunyai jabatan sebagai ketua osis.
"Lo udah kasih tau anak anak kelas 10?" tanya Athala pada Adam yang sedang memainkan ponselnya. Sedangkan Athala yang memang ada pekerjaan yang harus diselesaikan dari laptop jadi dia tak memainkan ponselnya dari tadi.
"Udah, oke mereka akan ngerti katanya. Dan siap diseleksi." Athala mengangguk.
"Tapi Pak Dahlan gak bisa datang, katanya semua diserahin sama gua dan lo." Lagi lagi Athala hanya mangguk mangguk.
Sedangkan kedua curut itu sedang membeli seblak dikantin, seharian mereka berada diruang Osis lagi pula jam kelas mereka lagi kosong, entah karena apa. katanya sih gurunya lagi rapat soal study tour.
Seperti biasa diruang Osis ada Yara and teman teman, mereka juga menggunakan ruang basket tempat mereka bersantai.
"Kalau bisa kalian juga jangan pulang ya, tungguin kita buat bantu seleksi atau sekedar nonton," ujar Adam.
"Ia." ucap Vara dengan canggung. Gimana gak canggung, Adam natap Vara padahal ada Yara dan yang lainnya juga yang bisa ia tatap.
Ceklek
"Hallo epribadehh." Siapa kah dia?Galang, hem.
Galang datang bersama Iqbal dengan membawa seblak yang dibelinya tadi dikantin.
"Cuma beli 2?" tanya Yara pada Galang yang sedang menggantikan wadah seblak itu pada mangkuk yang ada diruang osis.
"Ialah,"celetuknya.
"Tanggung banget beli 2," komentar Sasa yang ngiler dengan seblak merah milik Galang.
"Kagak lah kenapa tanggung, Adam gak suka seblak, Athala apalagi kena pedes sedikit aja dia gak mau," kekehnya.
"Bukan gitu, gua gak suka pedes gila," ucap Athala.
"Alahh lo mah gak bisa merasakan bertapa nikmatnya makan pedes kayak gini Thal, udah pedes panas lagi, nikmat Thal," jelas iqbal yang sedang menatap dengan tatapan lapar.
"Bodo amat gua gak bisa makan gituan," kesalnya. Walaupun dalam hatinya ingin sekali mencicipi seblak itu
"Mau coba gak?" tawar Galang.
"Dam mau gak?" Adam menggelengkan kepalanya, ia tidak terlalu suka seblak tapi makanan pedes lainnya ia suka.
"Gua lagi pesen bakso," katanya.
"Kalian mau?" tanya Galang pada keempat cewek itu.
"Enggak ah," kata mereka barengan.
"Yaudah. Jangan ngiler ya," katanya. Galang dan Iqbal sama sama menikmati seblak itu dengan ditemani oleh air mineral yang sudah tidak sedingin tadi.
"Bagi dong Lang," ujar Athala.
"Beneran?" tanya Galang. Seumur umur Athala males mencicipi makanan makanan yang pedas, dan baru kali ini dia menginginkannya.
Dari kecil Athala memang tidak diizinkan untuk memakan pedas, mau Satria sekalipun. Namun rasa ingin tahu Satria lebih besar dari pada Athala, buktinya Satria suka makan pedes walaupun tak sekuat anak anak lain, berbeda dengan Athala yang memang selalu mendengarkan nasihat orang tuanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA || END
Ficção AdolescenteTETAP VOTE WALAU SUDAH TAMAT YA (Belum di Revisi) "Untuk menjadi luar biasa itu perlu jam terbang yang teruji." Athala Radika Cyrano.