"Mau sekolah?" tanya Satria.
Athala mengangguk. "Maulah," katanya.
Setelah pulang study tour pihak sekolah memang memberikan absen sehari untuk beristirahat dan sekarang harus kembali kesekolah.
"Udah enakan emang?" Athala mengangguk lagi.
Entahlah ketika bersama Satria, Athala selalu menganguk terus sebelum menjawab pertanyaan.
"Ada pekerjaan OSIS," balasnya.
"Apa?" tanya Satria.
"Gak tau disuruh Pak Pratama. Kalau gak salah acara turnamen tauan sekolah antar SMA." Satria mangguk-mangguk.
"Ouh sarapan dulu sana, sorry gua gak bisa nemenin ada tugas kuliahan nih." Satria yang memang sedang mengerjaken tugas yang harus segera dikirim pada dosennya.
"Ribet mending sana lo kembali sana," ujar Athala.
"Sebulan lagi," katanya.
"Yaudah gua makan!" Pamit Athala.
"Tolong ke Biibi suruh buatin kopi buat gua ya." Athala mengangguk dan segera melangkahkan kakinya menuju ruang makan.
"Bi minta tolong buatin kopi buat kakak, ya," ujar Athala pada asisten rumah tangga.
"Ouh ia siap. Aden mau sarapan? Mau dibuatin susu?" Athala mengangguk.
"Gak usah Bi, ini aja cukup."
"Yaudah."
Setelah sarapan, Athalapun berpamitan pada Satria yang masih mengontrak antrik laptopnya.
"Gua berangkat, kak," katanya. Satria mengalihkan fokusannya sebentar.
"Mau gua anterin, gak?" tanya Satria.
"Gak usah lah. Lo beresin aja tugasnya, gua sama Adam aja. Adam juga belum berangkat."
"Yaudah." Athala menyalimi punggung tangan Satria sebagai rasa hormatnya sebagai adik yang baik.
"Gua pulang sore mungkin."
"Jangan kesorean." Athala mengangguk.
Setelah itu ia keluar rumah dan ternyata dihalaman rumahnya sudah ada Adam yang menunggu.
"Lama?"
"Kagak, cepet masuk." Adam membawa mobil hari ini.
"Bokap lo udah tugas lagi?" tanya Athala. Bokap Adam adalah seorang pilot yang jarang berada dirumah.
"Nanti siang, ada jadwal terbang ke Malayasia." Athala mengangguk.
Setelah sampai kesekolah merekapun langsung menaiki tangga yang menghubungkan koridor bawah keatas lantai 2.
Dikelas ternyata sudah ada sahabatnya yang telah datang. Iqbal yang kelihatan masih mengantuk dan Galang yang sedang nyapu dengan wajah kesal.
"Rajin bet lo, Lang," ujar Athala.
"Diem lo bangke," kesalnya.
Tanpa menjawab perkataan Galang, Athalapun langsung duduk disebelah Iqbal.
"Ngantuk lo?" tanya Athala. Athalapun sama, ia masih ngantuk. Istirahatnya kemarin sangat tidak cukup bagi tubuhnya.
Iqbal mengangguk lesu. "Gua belum istirahat cukup bro, kemarin pulang dari Jogja, siangnya gua langsung ke Bogor nganterin sepupu," ceritanya.
"Lah? Terus kenapa sekolah?"
"Rapat osis," lirihnya.
"Jangan terlalu maksain lah, Bal. kan masih ada kita juga," ucap athala.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA || END
Teen FictionTETAP VOTE WALAU SUDAH TAMAT YA (Belum di Revisi) "Untuk menjadi luar biasa itu perlu jam terbang yang teruji." Athala Radika Cyrano.