chapter 27 [end]

8.7K 487 22
                                    

Oprasi tranplasi tulang belakanh yang akan dilakukan pada Athala sudah berjalan beberapa jam yang lalu. Seluruh sahabat-sahabat Athala juga nampak hadir, terkecuali Yara dan Vara.

Mereka juga ikut mendukung Athala, apalagi Yara yang sedih melihat kondisi lelaki itu sangat mengkhawatirkan. Ya, diam-diam Yarapun mengagumi sosok itu.

"Udah dong, Ra. Jangan nangis terus, gua sedih liatnya," kata Vara, yang kini menjadi sandaran Yara.

"Gua mau sama Athala lebih lama lagi. Apakah bisa?"

"Dokter ngambil keputusan yang benar percaya sama mereka, mereka pasti bisa nyembuhin Athala," jelas Vara.

"Gua sayang sama dia, Va," lirih Yara.

"Gua tau dan gua paham. Kita berdoa ya." Yara mengangguk.

Sebagai saudara kembar, Varapun bisa merasakan gimana sakitnya menjadi Yara.

"Udah Adzan Asar kita kemesjid dulu yuk," ajak Adam pada sahabat-sahabatnya.

"Kita gantian sama yang disini, biarin keluarga Athala yang disini dulu," jelas Adam dirasa tak ada satupun yang mengikutinya untuk sholat dulu.

"Yaudah ayo," ucap Iqbal dengan pelan.

"Udah jangan pada lemes banget. Kalian gak percayaan banget sama sahabat sendiri, Athala tuh kuat!" tekan Adam.

"Athala butuh doa sekarang, ayo!" ajak Adam.

Merekapun mengangguk dan segera kemesjid yang berada disekitar rumah sakit.

"Ya Tuhan saya mohon berilah keselamatan buat saudara saya, berika  dia umur panjang dan kebahagiaan. Jangan dulu ambil dia ya Tuhan, kami masih membutuhkannya," doa Adam.

Tak lupa setelah sholat Adam memberikan doa tulus pada Athala. Adam memohon agar Athala selamat.

"Jika kau mau mangambilnya, saya mohon jangan sekarang ya Tuhan. Masih banyak yang menyayanginya." Itu doa Iqbal dalam hati.

Iqbal lebih mendoakan Athala dalam hati, berbeda dengan Adam yang mendoakan Athala dengan suara walau sangat lirih.

"Dia kuat, dia udah berusaha sama semuanya Tuhan, tolong berikan umur panjang dan kesehatan buat nya. karena saya menyayanginya, saya sahabatnya." Itu doa Galang.

Dibelakanh sana ada Yara dan teman-temanya yang juga sedang berdoa untuk kesembuhan dan keselamatan Athala.

"Ya Tuhan hanya-Mu lah saya memohon. Jangan ambil dia, saya mencintainya. Biarkan dia hidup seribu taun lagi, saya menyayanginya."

***

"Dok bagaimana keadaan putra saya?" tanya Fatah ketika sang dokter keluar dari ruang oprasi itu.

Dokter itu tersenyum walau wajahnya terlihat capek dan beban. "Apa maksud senyuman itu, dok?" tanya Satria.

"Ayo dok. Biacarakan secepatnya dengan kita," pinta Mamah Adam.

Dokter itu menghela nafas, dan tersenyum. "Swlamat, Athala berhasil menjalani oprasinya dan benar dia anak yanh sangat kuat," ucap Dokter dengan wajah terpancar bahagia. Ia berhasil menyelamatkan satu nyawa.

"Alhamdulillah YaAllah," ucap syukur dari mereka.

Satria memeluk Fatah, Fatah masih tak bergeming. "Athala berhasil yah," tangis Satria. Itu tangisan bahagia

"Tapi mohon maaf, untuk saat ini kondisi Athala masih lemah, butuh beberapa hari kedepan untuk Athala sadar," jelas sang dokter.

"Gak apa apa dok, terima kasih sudah menyelamatkan ponakan saya," ucap Papah Adam.

ATHALA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang