Hari ini adalah hari kedua Athala melakukan kemoterapi untuk membasmi kanker yang bersarang didalam tubuhnya.
"Pah, emang harus lagi ya?" tanya Athala yang kini wajahnya sangat pucat dan sayu.
Semakin hari Athala semakin melemah, tidak ada senyumannya yang tercipta. Yang ada hanya tatapan sayu setiap penyakit itu kambuh. Fatah semakin tidak tega melihat anaknya berjuang seperti ini.
"Masih beberapa kali Athala harus menjalani kemoterapi," balas Fatah.
"Kenapa?"
"Biar cepat sembuh."
"Kemoterapi gak menjamin kesembuhan," lirihnya.
Fatah terdiam. "Gak apa-apa seenggaknya kita udah berusaha untuk sembuh, kan?" tanya Fatah
"Kalau aku gak bisa sembuh dan malah menyerah gimana pah?"
"Masa kamu nyerah, anak papah kan kuat. Jatuh dari motor aja kamu masih bisa ketawa-ketawa." Fatah sedikit mencairkan suasana.
"Hehe.. itu beda lagi." Athala tertawa disertai ringisan. Ia ingat 1 sampai 2 tahun yang lalu,saat dirinya jatuh dari motor.
"Tapi karena Athala jatuh, itu malah buat Athala semakin jago bawa motornya. Ya kan Pah?" Fatah mengangguk.
"Ia makanya ayo kalahan penyakitnya. Kalau kamunya kuat, penyakitnya yang akan kalah. Percaya sama Papah ya?" Athala mengangguk pelan.
"Pah, nanti bawa Yante Dewi kesini ya," pinta Athala.
Fatah pun mengangguk. "Sehabis kamu kemoterapi tapi ya?"
"Ia." Fatah tersenyum.
"Tante Dewi baik, aku suka."
"Ia dong. Papah nyari cewek bukan yang sayang sama papah doang, tapi yang baik dan sayang sama anak-anak papah."
"Makasih ya Pah." Fatah mengangguk sembari mengusap puncak kepala Athala.
"Pah, Athala boleh minta sesuatu lagi?"
"Apa Nak?"
"Kalau Athala berhasil dan bisa sembuh, Athala mau Tante Dewi dan papah menikah secepatnya," tutur Athala dengan tulus.
"Kenapa?"
"Athala mau Papah juga bahagia. Selama ini papah selalu mengutamakan kebahagiaan Athala sama kakak. Apa gak cape,pah. Jadi alasan orang bahagia terus?" tanya Athala.
Ya benar apa kata Athala. Fatah selalu mengutamakan kebahagiaan Athala dan Satria. Hingga lupa dengan dirinya yang juga ingin kebahagiaan.
"Papah punya kamu sama Kak Satria juga cukup."
"Jadi Papah gak mau menikah sama Fante Dewi?" Fatah tersenyum.
"Pah, ayolah. kasih kebahagiaan buat papah sendiri. Athala mohon, jangan buat Athala merasa jadi anak yang gak tau diri. Izinin papah bahagia dengab cara menikah dengan tante Dewi ya," jelas Athala.
"Athala tau, Papah cinta sama tante Dewi."
Fatah terdiam setelah itu mengganguk.
"Apa Pah?" tanya Athala
"Ia Papah mau menikah dengan tanta Dewi. Tapi Athala sembuh dulu ya." Athala tersenyum senang
"Makasih ya Pah." Fatah mengangguk.
"Makasih buat apa?"
"Papah selalu mau nurutin apa yang Athala mau," tuturnya
"Kenapa enggak? Kan kamu anak Papah, Papah harus bisa dong nurutin apa yang anak Papah mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA || END
Teen FictionTETAP VOTE WALAU SUDAH TAMAT YA (Belum di Revisi) "Untuk menjadi luar biasa itu perlu jam terbang yang teruji." Athala Radika Cyrano.