chapter 22

4.6K 402 13
                                    

"Maksa lo mah, masuk?" tanya Satria dengan pandangan yang tak suka.

"Ialah. Gua ketos masa ia gak masuk lagi. Orang dah sehat," balasnya.

"Yaudah sana, jangan bawa kendaraan, nebeng sama Adam. Gua males nganterin," kata Satria.

"Okeh."

"Jangan banyak tingkah lo disekolah, awas aja lo pingsan lagi," tegur Satria.

"Heeh cerewet banget," sewot Athala yang langsung mengambil sepatunya dan memakaianya.

"Izin sama Papah kalau lo berangkat sekolah. Gak mau gua yang izin," kata Satria

"Bawel njir. Okeh gua yang ngomong buat izin kesekolah," ucap Athala.

Fatah memang sudah kekantor dari subuh makanya hanya ada Satria dan Athala.

"Pulang juga sama Adam, gua banyak tugas," ujarnya.

"Ia baik kakak ku tersayang," gemas athala.

Athalapun langsung mengendong tasnya dan segera pergi dari rumah untuk kerumah Adam meminta tebengan.

"Lah mau masuk lo?" Athala mengangguk. Untungnya Adam belum berangkat.

"Ialah.gua nebeng ya."

"Gak salah? Lo baru aja keluar RS kemarin udah mau masuk aja," jelas Adam.

"Gua udah sehat. Papah gua kemarin lebay pake bawa gua keRumah sakit."

"Ouh serah deh. Yaudah ayo gua bawa mobil deh."

"Kenapa gak motor aja sih?biar cepet juga."

"Ngomen terus gak gua tebengin," qncam Adam.

"Dasar dedek laknat!"bgumam Athala.

"Diem ketos kang bolos. Gua denger."

"Sianying!" Kesal Athala.

"Kemarin acaranya lancar?" tanya Athala setelah duduk dikursi mobil.

"Lo kira gak ada lo gak bakal lancar gitu"

"Anying aing serius bangke setan!" kesal Athala.

"Dosa. Lo ngomong kasar!" tegur Adam.

"Lo nyebelin! Gua ngomong serius juga"

"Iya iya lan-..

"Bodo amat gak ada gua juga pasti lebih baik tuh acara," potong Athala. Adam menghela nafas .

"Njir gua cuma becanda, baperan banget lo jadi cowok," ucap Adam .

"Lo pikir omongan gua jadi bahan becandaan? Orang lo yang duluan, gak serius nanggapi omongan gua."

"Masih pagi. Males gua debat sama ketos kayak lo," sahut Adam.

"Bomatnjing," acuh Athala.

"Lo yang bacot. Masih mending gua kasih tebengan!"

"Yaudah turutin aja gua. Apa susahnya!" ucap Athala.

"Udah diem lo bacot!" cerocos Adam.

Athala diam, ia sangat malas meladeni Adam yang seperti ini. Bukan yang pertama tapi yang kesekian kalinya. Selalu berdebat dingin, padahal saling mengerti.

"Gua minta maaf," ucap Adam.

Sebagai yang lebih Dewasa Adam meminta maaf duluan, umurnya memang beberapa bulan lebih tua Adam dari pada Athala. Tapi gara gara mamahnya adalah adik Papahnya athala, makanya Adam sebagai adek sepupu.

Dari dulu Adam memang selalu yang meminta maaf duluan, Athala mah boro-boro inget kesalahan aja dia jarang.

"Heem," balasnya acuh.

ATHALA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang