chapter 19

5.9K 471 17
                                    

Seminggu sudah Athala dapat sembuh dari sakit yang kemarin dia rasakan. Baginya tubuhnya sudah enakan bahkan bisa dikatakan sudah sembuh.

"Pulang jam berapa?" tanya Satria yang berada ditempat pengemudi. Satrialah yang akan mengantarkan Athala kesekolah.

"Sore mungkin. Sedikasih kabar sama guanya aja," balas Athala.

Athala ingat hari ini adalah hari persiapan terakhir acara taunan pertandingan persahabatan. Seminggu juga Athala mengetahuinya melalui Adam dan Grup Chat.

"Yaudah. Kalau gak mau gua jemput lo bareng Adam." Athala mengangguk paham.

Satria memelankan laju mobilnya karena akan sampai digerbang utama sekolah Athala.

"Jangan capek-capek dulu." Athala mengacungkan jempolnya.

"Siap!" Katanya.

Athala melangkahkan kakinya menuju ruang osis. Anak osis memang sudah diizinkan untuk tidak mengikuti pelajaran hari ini.

Ceklek

"Akhirnya lo sekolah juga," pekik Yara yang terlihat semangat.

"Kenapa? Lo kangen sama gua?" pede Athala.

"Males," ketus Yara

Setelah beradu mulut dengan Yara, Athalapun menghampiri teman-temannya yang sedang mengelilingi meja itu.

"Persiapan udah berapa persen? Sorry banget gua baru bisa masuk hari ini," jelas Athala pada teman fathnernya.

"80 % tinggal terjun kelapangan buat nyiapin alat, juga belum nempel bagan didepan,"balas Galang.

"Hooh. Gak papa kali Tha, kita paham," lanjut Iqbal yang sedang sibuk menuliskan sekolah yang sudah pasti akan mendatangi undangan.

"Sekolah Harapan ngisi 2 tim, tim A sama Tim B," ujar Iqbal pada Adam yang sedang mengatur bagan untuk pertandingan.

"Cewek nya?" tanya Athala.

"Bagan pertandingan cewek ada di si Vara, tanyain aja," balas Adam. Athalapun mengangguk.

"Surat undangan kapan dibagiin?" tanya Athala

"Udah waktu Hari kamis."

"Gua ketinggalan banyak banget soalnya," ujar Athala.

"Konsumsi belum dibawa," kata Septian yang baru datang membawa kertas.

"Yang ditugasin bawa konsumsi siapa?" tanya Adam.

"Yara, tapi si Yara lupa."

"Yaudah biar gua aja yang ngambil, di toko biasa?" tanya Athala. Septian mengangguk.

"Ajak si Yaranya, uangnya ada didia soalnya." Athala mengangguk.

"Hati-hati lo. Eh lo bawa kendaraan kagak?" tanya Adam

"Lo bawa mobil?" tanya balik Athala.

Adam merongoh kunci mobilnya. "Isi bensin sekalian, sekarat bensinya." Athala mengacungkan jempolnya.

"Beres." Setelah itu Athala menghampiri Yara

"Ayo ambil konsumsi," ajak Athala pada Yara.

"Sama lo?" Athala mengangguk.

"Hem yaudah ayo."

Athala mulai membawa mobilnya keluar sekolah.

"Konsumsinya banyak?"

"Mayan, mineral sih yang banyak juga."

Athala mangguk-mangguk. "Besok juga ngambil nasi buat panitia ditempat biasa," lanjut Yara

ATHALA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang