Tigapuluh Dua

13K 1.7K 265
                                    

Mulai menghitung mundur menjelang tamat. Jika menyukai cerita ini jangan lupa tekan vote sebagai honorku memeras otak. Hahay. Happy reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Safira sedang menghitung uang setoran sambil bersenandung lagu dari Boysband Korea.

"Boom... boom... boom... boom... boom.. boom... boom."

Tangannya dengan cekatan memasukan uang ratusan ribu yang telah disortir ke dalam kertas bendel berlogo salah satu Bank BUMN.

Suara pintu yang terbuka membuat Safira menghentikan aktivitasnya. Rico muncul dan menghampirinya.

"Ini durian untuk kamu!" Rico mengulurkan buah durian berukuran sedang kepada Safira plus senyuman ramah yang menggetarkan jiwa baperan milik gadis itu.

Untuk beberapa saat Safira terpana. Tumben Rico bersikap ramah padanya? Rasanya sudah lama sekali mereka tidak bertegur sapa, bahkan saling berbicara. Jiwa Safira mulai dilanda dilema. Pria itu masih saja mengetahui apa kesukaannya.

"Dimakan gih! Aku bukain ya?" tawarnya dengan penuh perhatian.

Efek perilaku Rico yang manis, membuat hati Safira berdugem ria. Jujur saja ia sangat merindukan perhatian dari lelaki itu.

Sayangnya sihir seorang Rico baru disadari oleh Safira keesokan harinya kala mendapati uang modal yang menjadi tanggung jawab Safira berkurang dua juta. Safira sudah dapat menebak itu perbuatan siapa. Yang lebih mengesalkan. Si pria buluk itu sudah kembali dekat dan bercanda ria dengan si sundel tanpa merasa berdosa. Apakah pria itu menderita amnesia?

Hati Safira terasa diremas ketika menyadari jika lelaki bangsat itu kembali mempermainkannya. Ia terduduk lemas di kursi kerjanya. Matanya terasa panas.

Belum usai kekalutan hatinya mereda. Si Manajer songong yang tak kalah menyebalkan itu masuk sambil membawa berkas laporan mengenai looses.

"Ini pekerjaan si mandor bagaiman, sih? Bagaimana bisa jumlah loosesnya jadi sebanyak ini. Kamu tahu kan kerugian yang ditanggung oleh perusahan mencapai puluhan juta rupiah." si Manajer baru yang aslinya juga tidak paham dengan seluk - beluk perusahaan mengomeli Safira.

"Kamu bisa nggak menegur mandor supaya lebih ketat lagi mengawasi sopir truk tangki yang melakukan pengiriman?"

"Kenapa bukan kamu saja yang mengatakan langsung pada Rico!" Safira balas membentak manajernya. Siapa yang tidak kesal coba? Padahal Safira yang lebih senior bekerja di tempat itu, sekarang di bentak oleh si anak baru. Mantan seorang operator alias tukang 'ngecong' yang mendadak naik kasta menjadi manajer hanya karena ia dulu adalah teman sekolah si bos.

"Pekerjaanku banyak, Safira. Kamu kan tahu aku harus berkeliling mengawasi 4 SPBU untuk mengawasi mandor dari tempat - tempat itu."

"Masa bodoh!"

Safira menangkup wajah dengan kedua telapak tangannya. Dikira Safira tidak muyeng apa mengurusi administrasi perusahaan. Belum lagi urusan audit pasti pas yang semenjak auditornya bukan mas Rio, SPBU mereka sering dibuat tidak lulus audit.

Safira mencoba menghubungi Mario. Namun hingga seharian, chat yang ia kirim tak kunjung dibalas oleh pria itu. Jangankan dibalas, dibaca saja tidak. Semakin lengkaplah lara hati seorang Safira.

*******

Suara isak tangis Safira membuat Maria dilanda kecemasan.

"Kamu kenapa, Saf?"

"Terus aku kudu piye iki, Mar?" (Lalu aku harus gimana ini, Mar). Kemudian telpon itu terputus.

Maria yang sedang menggendong Arka segera menyerahkan gendongannya pada Yudha.

Ketika Cinta Telah Bicara (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang