Epilog

6.3K 1.1K 317
                                    

"Hei... Kamu jangan ingkar janji loh ya!" Yudha menarik pinggul sang istri yang malam itu sudah memulai strategi mode tidur.

Maria yang memang merasa mengantuk menguap lebar. Peristiwa di rumah Safira barusan benar - benar membuatnya lelah, sedangkan Yudha masih menagih janji. Hari sudah lewat tengah malam dan besok ia harus bangun pagi - pagi sekali. Mbok ya suaminya perhatian banyak, dooong!

"Besok aja, Ya. Aku sudah mengantuk!" rajuk Maria dengan mata terpicing. Maklum daya meleknya hanya tinggal 5 watt. Seharian kemarin ia disibukkan mengurus kedua tuyulnya Yudha, sore hingga hampir tengah malam mengurus Safira yang kambuh bapernya.

Seandainya ia masih bekerja di SPBU, ia pasti akan menyeleksi semua barang - barang yang diberikan untuk Safira. Khususnya jika itu merupakan pemberian si buluk Rico. Ia juga sigap menjadi pengawal pribadi sang sahabat untuk mengusir si buluk agar tidak mendekat.

"Tadi katanya kalau sudah sampai rumah kamu mau---?" bisik Yudha di telinga Maria yang berbaring membelakanginya. Tak lupa Yudha menambahkan aksi meniup - niup lehar Maria sehingga istrinya itu kegelian.

Maria membalikkan tubuhnya. Dengan mata setengah terbuka ia mengecup bibir si bayi besar supaya kembali tenang.

"Udah!"

"Ehh... Sebentar amat. Ini ciuman model apaan coba?" Yudha masih saja memprotes istrinya. Gegara melihat aksi dramatis antara Mario dan Safira, Yudha kan mupeng juga. Gila, Bro! Mereka yang belum resmi menikah saja bisa melakukan ciuman tanpa beban. Masa Yudha yang sudah sah malah kalah?
(Dalam hati Yudha menyalahkan authornya. Bukan salahku, Yuyud, ini request dari team pembully Yudha. Jangan protes padaku!)

"Lalu kamu ingin ciuman yang seperti apa?" Habis sudah kesabaran Maria. Tidak tahu istrinya sudah capek, apa?

"Aku inginnya yang seperti ini."

Yudha mendorong tubuh Maria hingga terlentang. kemudian merangkak menindih tubuh sang istri, dan memagut bibirnya dengan penuh gairah.

(Versi lengkap tunggu ebooknya akhir tahun 2020)

***********

Suara jeritan Arka membangunkan Maria yang masih bergelung dalam pelukan Yudha. Matanya langsung terbuka dan ketika menyadari keadaannya yang tanpa busana, ia pun bergegas bangun untuk mencari - cari pakaiannya yang tergeletak di lantai.

Setelah memakai dasternya, Maria segera menuju ke kamar si kecil. "Dedek Arka sudah bangun ya?" Sapaan lembut itu membuat tangis Arka mereda, namun bayi embul itu menatap ibu sambungnya dengan wajah kesal. Ia sudah bangun sejak satu jam yang lalu tapi dicueki. Benar - benar terlalu.

Arka kembali melakukan mode ngambeknya. Maria buru - buru menggendong si bayi embul supaya ditenangkan oleh papanya. Ia harus segera menyiapkan sarapan dan pakaian kerja suaminya. Drama paginya pun dimulai.

"Buruan bangun! Pakai bajumu lalu temani Arka. Aku mau membuatkan kalian sarapan!"

Sebenarnya Yudha tidak suka dibangunkan seperti ini. Namun ketika ia sadar tubuhnya polos di bawah selimut, senyumnya pun mengembang. Maklum kalau masa bulan madu mereka kacau, sudah ada buntut sih.

"Tidurkan disini saja!" Yudha menepuk sisi ranjangnya yang kosong.

Penampilan Yudha yang bagian pinggang ke bawah hanya tertutup selimut, membuat Maria salah tingkah. Terbayang kembali kejadian semalam ketika pria itu berhasil merayunya untuk diajak menikmati surga dunia. Tak ingin pikirannya semakin mengacau, Maria segera meletakkan si bayi embul di samping papanya.

"Dedek haus ya?" goda Yudha. Kemudia dengan suara serak, Yudha kembali menyanyikan lagu Antara, aku, kau dan ibumu untuk menghibur si baby embul. "Kau minum susu dari botol plastik, karena punya ibu hanya untuk aku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketika Cinta Telah Bicara (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang