Tujuh

16.9K 2K 184
                                        

Maria membersihkan ruangan kantor dan melihat Safira tengah di ajak bercanda si Rico. Rupanya pria bangsat itu sedang berusaha merayu si admin supaya membantu menyembunyikan kesembronoan kerja demi tidak di pecat oleh pemilik SPBU.

Dan seperti yang sudah bisa Maria duga. Safira akan kembali luluh dengan bujuk rayu lelaki yang ingin sekali Maria tenggelamkan di dalam tangki pendam. Berbulan - bulan waktu untuk move on, dan semuanya sia - sia gara - gara diajak bercanda. Ah elah.... Maria menepuk jidatnya. Percuma dong ia mengantar Safira terapi ke rumah mbah D jika ujung - ujungnya temannya itu kembali terpikat rayuan gombal Rico. Seandainya mbah D tidak keukeuh melangkah di jalan yang di ridhoi Allah, Maria ingin usul supaya mbah D mengirim santet pada Rico supaya out sekalian.

Maria menggelengkan kepala sambil beristighfar. Maklum ya anak penjahat kambuhan, jadi wajar jika Maria pun mempunyai keinginan jelek jika berhadapan dengan Rico.

"Saf...!" Maria berusaha memberi kode pada temannya agar tidak terbawa perasaan karena di perlakukan baik oleh Rico. Sayangnya Safira yang masih menyimpan perasaan terhadap Rico tidak memahami kode - kode yang diberikan oleh Maria.

Barulah ketika Rico pergi dari ruangan Safira, Maria bisa menegur sahabatnya itu dengan lebih gamblang.

"Kamu itu gimana, sih? Katanya mau move on dari Rico?" Maria menegur Safira dengan nada jengkel. Sedangkan Safira hanya memainkan ujung rambutnya yang sengaja digerai sambil tersenyum.

"Ya gimana ya, Mar. Cinta itu buta, dan aku sudah dibutakan oleh cinta."

**********

Maria menggosok kamar mandi dengan lebih bersemangat untuk melampiaskan rasa kesalnya. Sahabatnya itu benar - benar membuatnya ikut emosi jiwa. Bagaimana bisa Safira justru melindungi perbuatan Rico yang nyata - nyata telah merugikan perusahaan dan konsumen. Padahal Rico sendiri tidak pernah menghargai semua kebaikan Safira. Intinya, Rico mendekati sahabatnya itu hanya untuk dimanfaatkan.

"Huh...!" Maria melempar sikat ke lantai. Kalau boleh, ia ingin menjadikan wajah Rico untuk menggosok WC. Siapa tahu muka buluk pria itu bisa membuat closet menjadi lebih kinclong.

Setelah memastikan toilet itu bersih, Maria pun membereskan piranti kerjanya. Sebentar lagi tutup shif. Dan Safira pasti membutuhkan bantuannya untuk menghitung lembaran dua ribuan kucel yang sebelas duabelas dengan seragam yang dipakai oleh Rico.

Saat keluar dari toilet, Maria berpapasan dengan sosok pria yang tidak asing baginya. Pak Mario.

"Selamat siang, Pak! Sudah audit lagi ya." Maria membungkukkan badannya dengan sopan. Karena Maria tidak paham dengan jadwal audit, ia pun mengira kedatangan pria itu adalah untuk sidak.

"Selamat siang, Mbak Maria. Enggak kok. Saya hanya mampir. Kebetulan tadi lewat sini," jawab Mario sambil menunjukkan senyum menawannya.

Pria itu memang sengaja mampir ke SPBU tempat Maria bekerja. Tapi kunjungannya kali ini bukan dalam rangka bertugas, melainkan untuk mencari informasi tentang keberadaan adik beda ayah yang diceritakan oleh ibunya.

Untuk beberapa saat, keduanya saling berpandangan.

Ya ampun, Safira. Ada cowo yang lebih kece begini kenapa hatimu cuma mentok di Rico? Sesal Maria dalam hati.

"Mbak Maria sudah selesai kerja kan? Mau tidak menemani saya makan?" pertanyaan Mario membuat Maria terpaku.

*******

Kedatangan Mario membuat seluruh pegawai dibuat kalang kabut. Bukankah audit baru saja dilakukan minggu lalu. Kenapa pak Mario sudah sidak lagi?

Yang paling panik adalah Safira dan si mandor. Katanya audit Pasti Pas mereka lolos, tapi mengapa pak Mario kembali menunjukkan batang hidungnya di tempat ini?

Mario yang memahami kepanikan seluruh pegawai SPBU hanya tersenyum - senyum. Tuh kan? Ketahuan sekarang jika para operator menerapkan 3S hanya ketika dilakukan audit doang. Belum lagi Terra dan yang lain. Kalau sudah begini untuk kunjungannya bulan depan, Mario bisa saja menulis dalam laporannya jika SPBU ini Tidak Lolos audit.

"Pak, ini kan bukan jadwal audit?" tanya Safira dengan panik.

"Saya memang datang ke mari bukan untuk audit kok," jawab Mario dengan nada santai. Safira jika sedang panik wajahnya jadi semakin menggemaskan.

Terlalu fokus memenuhi amanat mendiang ibunya untuk mencari sang adik, membuat Mario kurang memperhatikan lawan jenis. Sehingga ia baru menyadari jika si admin SPBU yang tiap bulan ia sidak itu kini mulai berubah.

Tubuhnya yang dulu gemuk terlihat menyusut. Wajahnya terawat dan lebih bersinar. Rambutnya yang panjang tergerai dengan indah.

"Mbak Safira diet ya? Sekarang kok kelihatan langsing. Wajahnya jadi makin cantik pula. Sepertinya saya harus melakukan treatment supaya bisa tampil oke juga." Mario melemparkan candaannya pada Safira.

Maria yang mendengarnya langsung mengangkat dua jempol. Nah kan? Pak Mario saja memuji perubahan Safira. Masa temannya itu hanya bertahan dengan satu pria bangsat bernama Rico. Sedangkan pria itu sendiri membutakan mata dengan perubahan Safira?

Ucapan pak Mario membuat wajah Safira merona merah. Andai yang memuji aku itu kamu, Co?

"Lalu Pak Mario datang ke sini mau apa?" Safira yang sudah tersadar dari salah tingkahnya segera menginterogasi pria itu.

"Ummm... Saya datang untuk mengajak Mbak Maria makan siang."

Ucapan Mario membuat Maria dan Safira saling berpandangan. Namun Safira yang lebih dulu sadar dengan situasi. Mungkin Mario memang malaikat tampan yang dikirim oleh Tuhan untuk menjawab doa - doa sahabatnya yang telah lama terdzolimi. Ia pun menyentuh lengan sahabatnya.

"Oke, kamu bisa ijin sekarang untuk menemani Pak Mario!" Safira tersenyum lebar.

"Eeehh... Tapi aku kan harus membantumu menyortir uang setoran." Maria berusaha mengelak. Jujur saja, Maria tidak cukup percaya diri untuk menemani lelaki tampan di hadapannya ini. Mengingat ia baru saja mengosek toilet SPBU.

Melihat kedua wanita di hadapannya justru berdebat, Mario pun mengajukan sebuah usul. "Saya akan menunggu Mbak Maria membantu Mbak Safira menyortir uang setoran. Kalau boleh ijinkan saya numpang istirahat sebentar di sini."

********

Yudha dalam perjalanan pulang menemui kliennya. Ia melihat tanda jika isi tangki mobilnya hanya tinggal sedikit. Karena itu di SPBU terdekat yang ia lewati, Yudha pun membelokkan mobilnya.

Ketika sedang mengantri. Yudha mengedarkan pandangannya ke penjuru SPBU. Tidak sengaja tatapannya tertuju pada dua orang yang baru saja keluar dari pintu kantor.

Yudha mengerjapkan matanya. Ia sedang tidak salah lihat kan? Benarkah itu Maria? Tetangga yang beberapa minggu ini ia cari - cari dan cemaskan keberadaannya.

Ia segera meninggalkan antrian untuk memarkirkan mobilnya. Beruntungnya Yudha, karena Maria yang berjalan dengan seorang pria itu juga menuju ke tempat parkir.

Setelah mematikan mesin mobil, Yudha bergegas menemui Maria.

"Maria!"

Panggilan itu membuat Maria menolehkan kepalanya. Ia terkejut melihat Yudha yang berjalan mendekatinya. Kenapa ia harus bertemu dengan pria itu? Padahal Maria ingin menghindar dan tidak ingin bertemu lagi dengan lelaki yang pernah menjadi pusat dunianya.

Mario yang akan membukakan pintu mobil untuk Maria ikut menoleh ke arah seorang pria tampan yang berjalan mendekati mereka. Terlihat jelas raut marah dan khawatir di wajah tampannya.

Naluri laki - laki nya jadi lebih waspada. Apa hubungan antara pria itu dengan Maria?

Tbc

Abaikan typo ya. Aku belum berniat merevisi. 😃✌️

Ketika Cinta Telah Bicara (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang