0.28-Hukuman

3K 375 30
                                        

"Udah tidurnya?"

Pertanyaan itu muncul dari bibir Sehun. Tertuju pada Arjuna yang mengerjapkan mata perlahan. Sadar setelah pingsan beberapa menit akibat tendangan keras di perut yang di berikan Sehun.

"Arka."

Tegur Kepala sekolah pada Sehun yang memalingkan wajah. Menekan perutnya kuat dengan satu tangan.

"Sudah sadar Arjuna?" Kepala sekolah melontarkan pertanyaan itu ada Arjuna.

Arjuna memegang kepalanya yang berdenyut, menatap Kepala sekolah kemudian menganggukan kepala menjawab.

Bu Tari, selaku Kepala sekolah menghembuskan napas lega. Kekhawatirannya akan Arjuna yang mungkin mengalami cidera fatal tidak terwujud.

Bu Tari berdehem pelan, merapikan kerah kemeja navy nya. Kemudian melipat tangan di atas meja dengan tatapan mengintimidasi.

"Arka duduk yang tegak." tegur Bu Tari pada Sehun yang duduk menyandar pada kepala kursi.

Sehun mendengus, memperbaiki posisi duduk ternyamannya. Menatap malas sekaligus tajam pada Kepala sekolah.

"Masalahnya seberat apa sampai kalian main tangan gini?" tanya Bu Tari memecah keheningan.

"Arka duluan, Bu." cicit Arjuna.

Bu Tari yang mendengar ujaran Arjuna refleks menatap Sehun, tatapannya lurus. Seakan meminta Sehun menceritakan semuanya tanpa diminta.

Sehun memutar bola mata malas, pemuda itu menekan perutnya semakin keras diam-diam. Menatap Arjuna di sebelahnya sinis.

"Dia ninggalin cewe saya sendirian, sore-sore. Dia ninggalin Jisoo gitu aja, tanpa niatan buat nelpon saya atau orang tua Jisoo. Atau seenggaknya minta Pak Burhan buat ngejaga Jisoo sampe dia di jemput. Ibu pasti tau seberapa jahat Jakarta buat cewe remaja kayak Jisoo kan?" ujar Sehun panjang lebar. Mati-matian menahan emosinya yang kembali memuncak.

Fyi, Pak Burhan adalah Satpam penjaga gerbang utama Sekolah.

"Pak Burhan gak ada di pos." jawab Arjuna tanpa menoleh kearah Sehun.

"Lo gak tau jam segitu Pak Burhan ada di pagar barat ngunci?" balas Sehun, kini terang-terangan menatap Arjuna tak suka. Pemuda itu mendecih kecil, mengumpat kasar.

"Arka." peringat Bu Tari pada Sehun yang melengos memalingkan wajah.

"Oke sekarang saya tanya, masalahnya memang harus di selesaikan pakai kekerasan? Bukannya selesai kalian malah luka-luka." ujar Bu Tari memberi wejangan mendadak.

Bu Tari menghela napas berat, menatap Arjuna dan Sehun bergantian. Lagi-lagi menghembuskan napas lelah, nasihatnya sia-sia. Kedua pemuda itu tidak mendengarkannya sama sekali.

"Oke. Kalian berdua saya skors." final Bu Tari.

Arjuna dan Sehun membelalakan mata kaget. Menegak menatap Bu Tari terkejut. Keduanya hendak melayangkan protes.

"Ga--"

"Gak ada tapi-tapian Arkasena." potong Bu Tari.

"Kalian berdua, pulang paling akhir mulai besok. Pastiin semua murid atau guru-guru sudah pulang semua, pastiin juga mereka pulang dengan selamat dan dengan jemputan yang benar. Kunci semua pagar dan gerbang di sekolah, jika tidak di laksanakan kalian tidak boleh pulang. Lakukan semuanya dalam satu bulan penuh. Gimana hm? Arka? Menurut kamu gimana? Kamu juga bisa menjaga pacar kamu agar pulang dengan selamat kan? Arjuna? Kamu bisa bertanggung jawab kan?"

Bu Tari tersenyum lembut menatap kedua anak muridnya yang diam mematung.

"Atau kalian mau saya skors satu bulan penuh tidak masuk sekolah?" ujar Bu Tari penuh penekanan.

ARKASENA [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang