Bad Day and Good Day

8K 531 7
                                    

Sebelumnya, makasih banyak buat para readers tersayang. Hehe....

Terus pantengin cerita gaje author, ye...

=============================
"Tuhan... tolong jangan ambil nyawa temanku dulu."

Samar - samar aku mendengar suara orang sedang berdoa.
'Ada apa sih' pikirku. Aku pun bangun dari tidurku karena penasaran.

"Puji Tuhan. Akhirnya Engkau mendengarkan doaku. Terima kasih Tuhan." Teriak Kinanthi saat aku membuka mataku.

Ya... sekarang dia ada di samping kasurku dengan baskom berisi air dan handuk kecil.

"Ngapa sih lo pagi - pagi udah maen teriak - teriak aja. Sakit tau telinga gue." Ucapku kesal.

"Gue udah takut, nih. Dari tadi dibangunin gak ada respon. Badan lo lurus aja. Jadi gue kira pingsan. Makanya gue bawa nih, kompres." Ujarnya tidak kalah kesal sambil menunjuk baskom dan handuk kecil. "Trus pas gue kompres, lo gak bangun - bangun. Jadi gue kira Tuhan udah bawa elo ke surga." Ucapnya yang membuat gue makin kesal.

"Lagian ini udah jam 7. Ada kelas pagi jam 9, kan ? Untung gue bangunin atau gak bener - bener dibawa Tuhan nanti lo." Katanya sambil beranjak dari kasurku.

"Gue kelas siang. Nanti jangan lupa ikut acara ulang tahun Oliver, ya. Awas lupa. Kalau lupa gue antar lo ke surga."

"Iya nih. Bawel amat pagi - pagi. Gue mandi dulu." Ucapku sambil beranjak dari kasur.

=============================

Aku kesal.

Benar - benar kesal.

Tadi di jalan, ada bocah baru gede berboncengan naik motor dengan ugal - ugalan sehingga membuatku terjatuh. Bukannya minta maaf malah minta ganti rugi sambil ngebentak.

Siapa yang korban, siapa yang marah.

Aku pun melihat ada luka di siku dan luka tergores di lengan tangan kananku. Lukanya lumayan perih, mungkin karena dicium aspal. Apalagi saat naik motor. Lukanya malah tambah perih. Untung saja lukanya tertutupi dengan hoodie walaupun semakin tambah perih.

Akhirnya aku sampai di kampus jam 8.45. Masih ada 25 menit lagi sampai pelajaran kampus dimulai. Aku gak tau harus ngapain karena sifat introvert membuatku tidak memiliki banyak teman.

"Woi, Nat. Tumben datang jam segini. Biasanya semenit sebelum pelajaran baru lo datang. Ini tanda - tanda mau kiamat, ya ?" Ujar Bernard yang tiba - tiba muncul di depanku.

Sekarang, banyak cewe yang melihat kami. Melihat Bernard dengan tatapan kagum, melihat aku dengan tatapan mengintimidasi. "Wah, itu mukanya lupa disetrika ? Kusut amat." Ucapnya lagi membuatku makin dongkol.

"Listrik di kost gue mati. Gak bisa setrika. Makanya muka gue gini." Ucapku yang membuatnya tertawa.

"Eh, Nat. Boleh minta bantuan, gak ?" Katanya dengan raut wajah yang serius.

"Apa ? Bantuin kucing lo melahirkan ?" Tanyaku.

"Issh... Pinjem duit, dong. Gue lagi berkebutuhan." Ujarnya memohon.

"Kan bisa minta tante atau Bang James kasih uang tambahan. Emangnya untuk apa ?" Tanyaku dengan kesal. "Gue mau servis laptop. Udah sebulan gak main laptop rasanya separuh jiwaku hilang." Ucapnya dengan gestur yang membuatku jijik. "Lebay amat. Berapa butuh ?" Tanyaku. Kulihat ekspresinya berubah menjadi cerah.

"Ehmm, 400.000 ribu aja. Gue udah pakai uang bulanan untuk cicil servisnya. Uang gue sisa 300.000 lagi untuk bulan ini. Gaji kerja sampingan gue juga belum cair. Kalau gak bisa segitu, bisa bantu dikit aja gak masalah. Please..." Ucapnya dengan puppy eyes.

Feel Special (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang