A Small Conversation and A Big Anger > ELI POV

5.9K 454 8
                                    

Kukira malam ini aku bisa membuat sebuah moment indah dengan teman baruku. Dengan sikapnya yang malu - malu sudah membuatku senang. Bahkan pipiku pun memerah entah kenapa bila berada di dekatnya. Tapi kemudian, hal itu langsung sirna, ketika Anta datang.

Kulihat ada aura tidak menyenangkan diantara mereka berdua. Anta menatap Natha dengan tatapan tidak sukanya, dan Natha yang berbalik menatapnya dengan tatapan dingin yang menusuk. Kukira aku bisa membuat sebuah pertemanan diantara mereka berdua, tapi kenapa malah jadi begini ?

Dari tadi perkataan Anta terlalu menyindir Nathania. Aku yang mendengarnya hanya bisa menghela napas dan bersabar. Tapi mendengar Anta mengejek Nathania membuat hatiku panas. Aku ingin sekali marah pada Anta.

Walaupun aku suka sama Anta, tapi kalau dia salah harus dihukum. Aku pun hanya bisa menyalurkan kesabaranku lewat genggaman tanganku. Aku menggenggam tangan Nathania dengan erat berharap aku bisa sedikit membantunya. Tapi aku merasa hatiku retak sekarang.

Saat Nathania menghempaskan genggaman kami, aku merasa hatiku langsung hancur berkeping - keping. Tanganku merasa kesakitan karena dihempas dengan kasar, tapi hatiku lebih merasa kesakitan. Kemudian, saat aku menatap matanya dengan tatapan sakit hati, dia malah balik menatapku dengan dingin. Apalagi dia ngomong dengan dinginnya sambil memunggungi kami, menambah perih di hati.

Entah kenapa, saat aku putus dengan mantan - mantanku, aku tidak pernah merasa seperih ini. Aku pun hanya bisa diam dan menatap punggunggnya yang semakin jauh.

"Kamu kenapa, sih ? Itu kasar banget tau !" Ucapku dengan marah pada Anta.

"Kenapa apanya ? Aku biasa - biasa aja, kok. Lagian, orang seperti dia itu gak usah diladenin. Yuk, beb. Kita ke sana aja." Ujarnya dengan santai dan menarik tanganku dengan sedikit kasar yang membuatku semakin kesal padanya. Aku pun melepas pegangan tangannya dan segera berlari mencari Nathania. Aku harus menjelaskan dengan baik - baik tentang tadi. Aku tidak mau kehilangan temanku.

Aku yang tidak tahu harus mencari kemana pun duduk di kursi karena kecapean. Aku benar - benar merasa bersalah. Orang - orang berdatangan ke arahku dan mengajakku mengobrol, tapi aku sedang tidak mood mengobrol sama sekali. Kemudian, aku pun melihat Kinanthi, Oliver dan Bernard sedang berkumpul. Aku yakin Nathania ada di sana juga. Aku pun berlari ke tempat kumpul Kinanthi dan yang lainnya, mengabaikan orang - orang yang mengajakku mengobrol dan mengabaikan tatapan heran mereka.

"Hai Eli. Ehh... Kok kamu keringatan begini ? Ngos - ngosan lagi. Ngapain ? Lari - lari ? Dikejar anjing peliharaan Oliver ?" Tanya Kinanthi khawatir saat aku sampai di tempat mereka.

Aku bisa melihat wajah khawatir mereka bertiga. Kinanthi pun mengajakku duduk di dalam rumah Oliver, tepatnya di ruang tamunya. Oliver pun datang membawa minuman, sedangkan Bernard membawa kompresan untuk kakiku yang sedikit bengkak. Yap ! Kakiku bengkak karena berlari menggunakan stiletto. Aku memang bodoh.

"Jadi, gimana ceritanya kamu bisa gini ?" Tanya Kinanthi saat aku sudah sedikit tenang. Mereka memang sangat baik. Membawakanku minum, membantuku mengompres kakiku, bahkan menungguku dengan sabar.

Aku pun menceritakan kejadian tadi pada mereka bertiga. Tampak di wajah mereka rasa kesal yang besar. Mereka bertiga tampak menahan emosi mereka. Reaksiku pasti begitu juga kalau teman - temanku diejek begitu. Sama seperti sekarang. Aku merasa kesal pada Anta karena telah mengejek Nathania. Aku pun mengabaikan telpon dan chat dari Anta dari tadi.

"Jadi, kalian tau Nathania dimana ? Aku mau jelasin sekalian minta maaf atas kejadian tadi." Ucapku sambil tertunduk. Aku benar - benar merasa bersalah.

"Sejak dia pergi cari angin, dia gak ada balik ke kita. Iya, kan ?" Jawab Bernard yang dijawab dengan anggukan Kinanthi dan Oliver.

"Dari tadi hpnya juga gak aktif. Kami udah coba nelpon dia tadi." Lanjut Oliver memberitahu.

Feel Special (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang