"The reason why we can't let go of someone is because, deep inside, we still have hope"
***
"Aku gak apa - apa."
Tiba - tiba, dia memelukku dengan erat - bahkan sangat erat sampai aku bisa merasakan detak jantungnya yang berdegup kencang.
"Ayo masuk ke mobil. Biar aku anterin pulang."
Aku pun mengiyakan ajakannya. Saat aku berdiri, aku merasa kalau hujan telah berhenti. Tapi ternyata bukan. Natha memayungiku dengan jaketnya. Aku hanya bisa terdiam dengan sikapnya yang gak bisa kutebak.
"Ayo."
Kami berdua pun berlari menerjang hujan yang deras ini menuju mobilnya. Dia masih tetap memayungiku sampai aku masuk ke mobilnya. Kulihat bajunya sudah sangat basah karena hujan. Aku jadi sangat khawatir dengan keadaannya.
"Aku ada handuk, nih. Keringin badan kamu, ya biar gak sakit nanti." Ujarnya sambil memberikan sebuah handuk kecil padaku.
Aku pun mengambil handuk itu dan mengeringkan badanku. Aku benar - benar merasa kesal pada diriku sendiri. Tapi sebenarnya, rasa bersalahku pada Natha lah yang membuatku begini.
Kami terdiam cukup lama. Dia masih belum menjalankan mobilnya. Dia masih menungguku mengeringkan badan. Padahal bajunya udah sebasah itu. Apa dia gak merasa kedinginan ?
"Kamu gak ngeringin badan ?" Tanyaku memecah keheningan.
"Kamu kenapa hujan - hujanan ?" Tanya dia balik tanpa menjawab pertanyaanku sebelumnya.
"Aku..."
"Kalau itu karena salahku, maaf." Ucapnya meminta maaf sambil menatapku. Kulihat dia seperti menahan air matanya yang hampir menetes.
"Maaf. Aku gak tau kalau kamu bakalan datang. Aku keburu marah sama kamu makanya aku langsung pergi dari taman. Maaf udah buat kamu menunggu lama sampai hujan - hujanan begini." Lanjutnya bersamaan dengan air matanya yang menetes.
Aku benar - benar gak bisa melihatnya menangis. Spontan saja aku langsung memeluknya seperti dia memelukku tadi. Jujur, aku benar - benar nyaman berada di pelukannya. Walaupun badannya basah, tapi pelukannya terasa hangat.
"Aku juga salah. Aku udah buat kamu nunggu lama banget. Aku... aku udah buat kamu khawatir. Aku gak tepatin janji. Padahal aku yang minta kamu untuk datang, tapi aku malah telat. Maafin aku, ya." Ujarku meminta maaf padanya. Aku benar - benar merasa bersalah pada Natha. Tapi aku lebih kesal pada diriku sendiri.
Aku gak bisa bilang yang sebenarnya pada Natha kalau tadi siang aku diajak jalan sama Anta. Bukan diajak, lebih tepatnya dipaksa.
Padahal aku udah bilang pada Anta kalau aku sudah punya janji dengan Natha siang ini. Tapi, mendengar nama Natha membuat Anta jadi semakin memaksaku untuk kencan dengannya.
===========FLASBACK============
Aku menyetujuinya dengan syarat kalau kencan dengannya akan selesai dalam 1 jam. Tapi ternyata Anta melanggar janjinya. Dia menahanku. Dia bahkan mengambil handphoneku.
Karena tidak tahan dengan perlakuan Anta, aku memarahinya. Tapi tidak kuduga, Anta malah membentakku. Dia bilang kalau aku tidak serius berpacaran dengannya. Tentunya itu tidak benar. Aku memang mencintai Anta, tapi aku sudah punya janji dengan Natha. Tidak mungkin aku tiba - tiba membatalkan janjiku karena tingkah egois Anta. Aku pun langsung pergi dari hadapan Anta dan mencari ojek untuk pergi ke tempat janjian dengan Natha.
Tapi sayangnya, aku terlambat. Natha sudah pergi. Tapi entah kenapa, aku tidak percaya kalau Natha sudah pergi. Aku pun mencarinya di sekitar taman, tapi hasilnya nihil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feel Special (GXG)
RomanceManusia NOLEP bertemu dengan bidadari kesasar Bagaimana kelanjutan kisah mereka ? . . . . . Warning !!! GXG Homophobic harap minggir ! *cerita ini hanya fiksi belaka. Bila ada kesamaan nama, lokasi, dll, mohon dimaklumi :)