Apologizing

5.9K 465 5
                                    

Hari ini, aku ada kelas pagi. Setelah itu, aku akan kerja di cafe bersama dengan Kinanthi dan Bernard. Sama seperti biasanya.

Setelah kemarin kena semprot ceramah Kinanthi, hari ini aku akan memperbaiki diri. Aku akan minta maaf pada Eli karena terlalu sensi dan karena aku mengabaikan permintaan maaf tulusnya.

Aku berangkat naik mobil ke kampus. Lagian hari ini aku punya supir pribadi. Makanya aku lumayan semangat pagi ini.

"Supir kok telat. Gimana, sih ?" Candaku pada 'supir pribadiku'.

"Heh, gue gini karena kasian liat tangan lo. Lagian cuma dua hari aja. Kasian tu mobil gue, gak dipanasin. Bisa mogok nanti." Omel supir gue yang tak lain adalah Kinanthi.

"Yaudah, besok pake mobil lo. Cepat, ntar gue gak sempat minta maaf." Ucapku semangat. Aku benar - benar jadi merasa bersalah karena tidak menjawab permintaan maaf Eli kemarin. Bukannya jawab, malah langsung pulang. Kurang jahat apa aku. Makanya, hari ini aku mau minta maaf, lagian udah kena omel sama Mak Kinanthi.

Selama perjalanan, kami terus menggibah, bercanda dan ikut nyanyi lagu di radio - sambil teriak tentunya. Kami selalu begini kalau udah satu mobil.

"Ntar kalau udah selesai, kita langsung ke cafe, ya. Si Bernard nebeng. Kata Bang James hari ini bakalan rame. Makanya kita disuruh cepat." Kata Kinanthi sambil mengendarai mobilku ke arah parkiran kampus.

"Iye, Mak. Lagian gue mau ngapain lama - lama pulang ?" Tanyaku yang dibalas dengan tawa Kinanthi.

Kami pun pergi ke arah gedung kampus. Masih ada 30 menit lagi sebelum jam masuk kelas. Aku pun mengekor Kinanthi menuju gedung fakultasnya. Kalau kalian tanya kenapa, ya karena mau minta maaf sama Eli. Biar dosaku berkurang.

"Gue panggilin ya. Jangan lari !" Ujar Kinanthi sambil menatapku tajam. Sekarang kami sedang berada di kelas Kinanthi, di gedung fakultas hukum.

"Iye, Mak. Galak amat. Ntar panggilin pengusir setan, mau ?" Tanyaku bercanda.

"Ntar yang diusir bukan setan, tapi lo." Jawab Kinanthi kemudian tertawa mengejek sambil masuk ke kelasnya. Sialan banget !

Selagi menunggu Kinanthi memanggil Eli, aku pun login game onlineku sambil bersandar di dinding. Walaupun gak bisa main, yang penting login. Lumayan, login setiap hari ada hadiah gratisnya. Hehehe...

"Eh, Nathania." Tiba - tiba terdengar suara dari samping. Kulihat Eli dengan wajah kagetnya. Sudah pasti aku juga kaget. Aku pun hanya menggaruk kepalaku yang tidak gatal dan dia hanya menunduk.

AWKWARD BANGET, COY

"Emm.. Eli, boleh minta waktu sebentar, gak ? Bentar aja." Ujarku dengan berani setelah keheningan menyerang kami.

"Iya, kok. Boleh." Jawabnya dengan santai. Wahh... Kok aku merasa aneh ya. Kemarin dia nangis, sekarang dia kayak udah melupakan kejadian kemarin.

"Ke belakang gedung bisa ?" Ucapku lagi. Sebenarnya ini rencana Kinanthi. Katanya kalau mau minta maaf sama Eli, lebih baik di tempat sepi daripada di tempat banyak orang. Udah aku yang dapat malu, diketawain lagi. Pasti !

"Emm. Boleh." Ujarnya lagi dengan sedikit santai. Kok dia jawabnya dikit - dikit amat ? Sariawan kali.

Kami pun menuju ke belakang gedung fakultas hukum. Jujur, aku baru pertama kali ke sini. Suasana di sini sejuk sekali. Kapan - kapan ke sini lagi, lah.

"Jadi gini..." Ujarku memecah keheningan.
Kami terdiam lagi beberapa saat.

"Aku mau -"

"Natha, aku -"

Kami sama - sama ngomong dan itu membuat kami kaget. Ternyata dia juga mau ngomong sesuatu.

"Duluan aja." Ucapku.

"Aku nanti. Kamu duluan aja. Kan kamu yang ngajak ke sini. Berarti kamu duluan yang ngomong." Sahutnya. Entah kenapa aku merasa senang. Karena apa ? Ya karena dia masih pakai 'aku - kamu' denganku, walaupun ada sedikit masalah diantara kami.

Aku pun menghela nafas panjang sebelum meminta maaf. Entah kenapa rasanya jadi gugup, padahal cuma minta maaf aja.

"Em... Jadi, gue,, eh maksudnya aku,, mau minta maaf. Aku benar - benar merasa kayak orang jahat, ninggalin orang yang minta maaf dengan tulusnya. Seharusnya, aku jawab kek, atau ngomong yang lain kek, tapi kemarin aku langsung pergi. Aku udah gak sopan banget. Terus, aku juga udah lepasin tangan kamu dengan kasar. Aku tau kalau itu rasanya sakit. Jadi, maafin aku, ya." Ucapku sambil menunduk. Aku merasa lega karena udah minta maaf.

"Aku juga... Aku juga minta maaf." Ujarnya yang membuatku mendongakkan kepala. Ini dia, permintaan maafnya yang kemarin ku abaikan.

"Aku minta maaf, gak bisa bela kamu. Gak bisa berhentiin Anta ngejek kamu, gak bisa marahin Anta dan sebagainya. Aku merasa jadi teman yang gak berguna buat kamu. Tolong, jangan benci aku." Katanya dengan tulus. Kata - kata permintaan maafnya sangat menohok hatiku. Mungkin karena kemarin hatiku masih bebal, kemudian kena ceramah Kinanthi jadi lempem kayak kerupuk masuk angin, sehingga perkataan Eli ini sangat menusuk bagiku. Menurutku, akulah yang jadi teman gak berguna.

"Seharusnya aku yang gak berguna jadi teman. Mana ada teman yang mengabaikan permintaan maaf temannya." Ujarku lagi.

"Tapi aku udah ngebiarin Anta ngejelekin kamu, padahal aku juga ada di sana." Ucapnya sambil menatapku dalam.

"Kalau gitu, aku juga minta maaf karena udah buat kamu nangis." Kataku dengan tegas sambil memegang bahunya.

Dia kaget. Dan mungkin dia juga heran, darimana aku tau kalau semalam dia menangis.

"Aku udah buat bidadari kesayangan semua orang menangis, bahkan ngebiarin nangis sendiri. Aku udah merasa gak gentle lagi, tau gak. Buat cewe nangis, buat hatinya terluka, banyaklah pokoknya. Jadi, maafin aku udah buat kamu nangis. Aku juga udah buat tangan kamu sakit. Mungkin hatimu juga sakit. Makanya, aku benar - benar minta maaf dari lubuk hati terdalam. Maafin aku, ya." Lanjutku panjang lebar. Kulihat dia hanya diam sambil menatap dalam mataku.

Tiba - tiba, dia menubrukku dan memelukku dengan erat. Aku kaget banget. Sumpah ! Aku pun membalas pelukannya dengan erat juga.

"Iya - iya. Aku maafin, kok. Tapi kamu harus maafin aku juga, ya." Ucapnya saat berada di pelukanku. Aku pun merasa lega. Dosaku berkurang, eiy.

Setelah beberapa lama berpelukan, kami pun melepas pelukan kami dan saling menatap mata, kemudian tertawa entah kenapa. Kayaknya Eli udah terkontaminasi sama kegilaanku ya?

Entah udah berapa lama kami di belakang gedung, akhirnya kami pun balik lagi ke gedung fakultas kami masing - masing.

Selama perjalanan ke gedung fakultasku, banyak orang menatapku dengan keheranan. Aku bisa tebak mengapa.

'Ngapain dia ? Kayaknya senang banget tuh'

'Itu anak ngapain senyam - senyum terus ?'

'Tumben dia senyum. Biasanya kayak patung berjalan.'

Kira - kira, begitulah yang mereka pikirkan ketika melihatku. Yap ! Setelah drama teletubies di belakang gedung tadi, aku tidak bisa menahan senyumku. Makanya sedari tadi, saat berjalan aku selalu tersenyum karena mengingat kejadian tadi. Selain tersenyum, aku juga bersiul - siul dan bersenandung kecil. Hah... Lega banget.

Gak terasa bahwa aku sudah berada di depan kelas ku. Aku pun langsung menuju ke kursiku, di samping kursi Bernard pastinya.

"Wess... Ngapa nih ? Kayaknya ada yang bisa diceritain ?" Semprot Bernard ketika aku baru mendaratkan pantatku di kursi kesayanganku.

"Rasanya gue jadi awet muda, deh." Jawabku sambil menumpukan kepalaku dengan satu tanganku, dan sambil tersenyum tentunya.

"Nat ? Kayaknya lo butuh psikiater. Serem liat lo senyum terus."

"Hmm..."

"Gue panggilin betulan nih woi !"

"Hehe..."

"Nat, lo serem."

=============================

TBC

Jangan lupa dukungannya, bree...

Feel Special (GXG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang