HUKUMAN

28 6 1
                                    

Fayra berdiri di depan cermin sambil menatap seragam yang ia kenakan sekali lagi, entah kenapa Fayra jadi peduli dengan penampilannya kali ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fayra berdiri di depan cermin sambil menatap seragam yang ia kenakan sekali lagi, entah kenapa Fayra jadi peduli dengan penampilannya kali ini. Biasanya hanya Jessica yang heboh jika Fayra tidak menyisir rambut atau bahkan seragamnya yang sedikit tidak rapi.

Bik Ina masuk ke kamar Fayra, seperti biasa bik Ina akan menata rambut anak Jessica itu. Rambut coklat panjang milik Fayra dibiarkan tergerai indah dengan dicepul sedikit diatasnya. Membuatnya terlihat sangat cantik. Apalagi dipadukan dengan seragam Indonesia high school ini, yang tidak di ragukan lagi model seragamnya.

Fayra meraih jaket putih tulang miliknya yang sudah diletakan asisten rumah tangganya di atas tempat tidur. Fayra berdiri lagi di depan cermin untuk melihat tampilannya sekali lagi. "Okeh cantik"

Fayra menuruni satu persatu anak tangga yang terbilang cukup banyak. Ia berjalan menuju pintu utama. Sambil menunduk melihat sepatu yang terpasang indah di kaki Fayra, ia sesekali melihat ke arah jam tangannya. Tak selang berapa lama Jidan tiba dengan motornya. Bukan dengan mobil seperti kemarin.

Jujur saja, sejak tadi malam Fayra sudah membayangkan bagaimana gugupnya dia ketika esok pagi dijemput oleh Jidan. Ini untuk pertama kalinya Fayra diperlakukan seperti ini.

"Hai" sapa Jidan ramah

"Mama lo mana? Gue mau pamit" pinta Jidan

"Mama masih tidur. Langsung berangkat aja" jawab Fayra

"Oh okeh" Jidan turun dan memasangkan helm ke kepala Fayra.

Sontak Fayra dibuat kaget dengan semua ini. Fayra tidak pernah diperlakukan seperti ini kecuali dengan para asisten rumah tangganya.

Jidan tersenyum melihat ke arah wajah yang sedang ia tatap saat ini. Selalu saja terlihat cantik. Bahkan tanpa polesan apapun.

"Sudah" Jidan menyentuh hidung Fayra sebentar kemudian tersenyum ke arahnya.

Oh Tuhan, jika saja manusia memiliki jantung cadangan untuk hidup mungkin Fayra sudah menggunakan jantung cadangan itu. Karena jantung yang satunya sudah dibuat pecah akibat terlalu cepat berdetak karena perlakuan Jidan padanya ini.

"Ntar pulang gue anter. Gak ada penolakan! Gue gak terima"

Fayra hanya diam dan masih fokus menatap jalan raya. Masih pagi begini pikiran Fayra sudah dipenuhi dengan Jidan saat ini.

"Lo, kok banyak diemnya. Setau gue lo tuh anaknya cerewet. Kenapa? Lo gugup di dekat gue?" tanya Jidan

"Enggak kok" jawabnya cepat

"Ntar bisakan tungguin gue dulu, sebelum pulang?"

"Iya" jawab Fayra

"Lo tau gak?" tanya Jidan lagi

"Apa?"

"Gue suka sama lo."

Deg

Jantung Fayra seakan menerima rangsangan lagi

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang