JANGAN TERULANG LAGI

27 3 0
                                    

~~~Tadi malem lagi gak dengerin apa-apa pas nulis cerita ini. wkwkw

.

.

oH Hai para readers

Apa kabar?

Semoga selalu baik-baik saja yah. :)

HAPPY READING

.

Hari sudah mulai sore, senja pun akan segera pamit, malam akan segera tiba dan menyapa. Namun decitan suara sepatu yang saling bersahutan dengan pantulan bola masih terdengar riuh di tengah lapangan. Gadis mungil yang tengah terlelap di sofa pun sibuk dengan mimpi indahnya sambil menahan sakit dari kaki kirinya.

Jidan sering lupa waktu jika sudah bermain dengan cinta pertamanya ini, ya! Bola basket. Sejak makan siang tadi Jidan tak henti-hentinya latihan hingga melupakan hari yang sudah mau gelap.

Sayup-sayup angin sore mulai menyisir kulit putih Fayra, anak rambutnya sedikit tertiup dan menutupi wajah cantiknya itu. Fayra masih belum terjaga, mimpinya benar-benar indah. Semburat senyum terpancar dari bibir merah mudanya itu. Entahlah apa yang sedang Fayra mimpikan sekarang. Dia seperti bayi yang sedang dalam keadaan pulas akan tidurnya. Sangat nyaman dilihat.

Jidan yang baru selesai latihan pun mengampiri gadis ini dengan rasa hati yang bergemuruh senang, kecantikan bak dewi itu memang nyata. Dan Jidan sedang menyaksikannya sekarang. Bahkan dalam keadaan tidur pun dia tampak menggemaskan. Ini seakan mimpi bagi Jidan, gadis yang ia sukai selama ini bisa tinggal di rumahnya sekarang. Jidan bisa melihat dan memantau apapun yang Fayra lakukan, bahkan Jidan bisa menemukan Fayra dalam kondisi tidur seperti saat ini, sangat tenang dan sejuk dilihat.

Perlahan Jidan meraih tubuh Fayra dan menggendongnya ke kamar. Ia tidak akan membiarkan gadisnya digigit nyamuk satu pun, Jidan tidak akan rela apapun dan siapapun yang menyakitinya. Apalagi membuatnya menangis.

Satu demi satu tangga dinaiki, dan Fayra masih tertidur sangat pulas dalam dekapan Jidan, gadis ini terlihat sangat lugu dan polos jika sedang diam seperti ini.

*****

Drama makan malam pun dimulai, setelah pulang dari butik bu Decevardo langsung terburu-buru menghampiri Fayra ke kamarnya untuk memastikan Fayra baik-baik saja. Karena saat Jidan menelpon Bunda tadi ia sangat panik dan benar-benar khawatir. Bu Decevardo membawakan beberapa makanan ke kamarnya dan tidak membolehkan Fayra untuk turun ke bawah sama sekali.

"Fayra!" teriak bu Decevardo sambil terburu-buru naik ke kamarnya

Fayra yang sedang tidur pun langsung terjaga dan syok kenapa dia bisa ada disini, terakhir Fayra sedang melihat Jidan latihan basket di bawah. Dan sekarang dia sudah berada di kamar dengan selimut yang sangat nyaman ini. "Loh, kok gue ada disini" Fayra heran.

"Ara!" panggil Bu Decevardo lagi beriringan dengan terbukanya pintu kamar Fayra.

"Kamu gak kenapa-napa sayang? Apa yang sakit? Bilang Bunda. Atau kita perlu ke dokter lagi?"

Fayra yang baru saja tersadar dari tidurnya memegang kepalanya karena terasa sedikit pusing, ia menoleh ke Bunda yang sudah duduk dihadapannya saat ini. Bunda terlihat sangat khawatir, bahkan masih belum mengganti pakaian kerjanya dan langsung membawakan Fayra makan malam.

"Gapapa Bun. Kaki Fayra cuma cedera biasa."

"Bunda khawatir banget" Bunda pun langsung memeluk Fayra dengan hangat, seakan menyalurkan kasih sayang yang teramat banyak.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 31, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang