ARA KEMANA?

13 3 0
                                    

.

.

Hai

Holla

Selamat pagi menjelang siang, semoga selalu diberi kesehatan dan kebahagiaan.

Hari ini Authorperi mau ngasih kejutan lagi. Gak usah jantungan gitu bacanya. Hahah. 

Yaudah Happy reading yah

Jangan lupa apa? Ingatan! Hahaaha *canda. Jangan lupa meninggalkan jejak apapun setelah membaca entah itu dengan vote atau perbaiki typo. Ah sayang banget sama kalian. ILY :3

.

.

Setelah makan di kantin tadi Jidan langsung ke kelas Fayra untuk memastikan gadisnya itu baik-baik saja, karena Fayra tidak terlihat sama sekali saat makan siang tadi. Jidan terus menyusuri koridor sekolah untuk segera tiba di kelas Fayra berbarengan dengan Tama. Iya, Tama. Ia sengaja ingin ikut Jidan tadi setelah makan, karena Adit dan Rangga sudah lebih dulu pergi latihan basket. Tama memang tidak ikut basket, dia jago di permainan futsal. Beda dari yang lain.

Jidan sebagai kapten basket meminta izin telat ikut latihan karena ada urusan negara katanya. Adit serta Tama sangat paham apa kepentingan yang lebih penting selain menemui Fayra Zoya Kalantha, cewek yang ia kejar selama beberapa bulan ini.

"Segitu sukanya lo ke Fayra, sampe basket cinta pertama lo, lo tinggal gitu aja?" tanya Tama saat mereka berjalan di koridor sekolah.

Jidan hanya menolehnya sebentar dan kembali fokus berjalan.

"Dan?" panggil Tama lagi, karena tidak ada respon sama sekali dari cowok itu.

"Apa?" jawabnya datar

"Sampai kapan lo kayak gini? Ada banyak cewek cantik yang nungguin lo. Dan lo sia-siain gitu aja"

"Gue lihat, gak ada kemajuan sedikitpun dari usaha lo untuk dapetin Fayra " sambung Tama

"Itu artinya usaha gue belum maksimal. Gue akan terus usaha untuk dapetin dia."

"Karena dia beda dari yang lain" sambungnya

Tama hanya diam tak menanggapi Jidan. Ia salut dengan perjuangan Jidan yang tak pernah kenal lelah untuk mendapatkan seorang Fayra. Walau selalu terjadi penolakan namun Jidan tak pernah mengeluh sedikitpun tentang cewek itu. Ini benar-benar perjuangan seorang cowok sejati.

Padahal banyak sekali cewek-cewek cantik yang terus saja meminta perhatian Jidan, namun ia selalu bersikap dingin kepada mereka, berbeda dengan Fayra. Jidan bahkan sangat menunjukkan rasa sayangnya. Tak peduli dikatakan sedikit berlebihan, Jidan acuh tak acuh. Yang terpenting Jidan bisa mendapatkan hati seorang Fayra Zoya Kalantha.

Dan tibalah mereka sekarang di depan kelas Fayra.

Semua berteriak heboh melihat Jidan dan Tama ada di depan. Sedikit norak sih, seperti tidak pernah melihat makhluk tampan seperti mereka ini. Tapi, yaaa, mau bagimana lagi memang seperti itulah kenyataannya.

Tania masih sibuk melanjutkan soal-soal kimia dari bu Reni yang sangat menggemaskan ini, baginya. Ia terlalu fokus hingga tidak sadar satu kelasnya dibuat heboh dengan kedatangan Jidan dan Tama.

"Eh, Bim. Kalo kita coba pakai rumus yang lain gimana?" tanyanya pada Bima yang sedang merapikan buku-bukunya. Bima juga tidak mengubris ada keramaian apa di depan, masa bodoh dia.

"Boleh, dicoba aja dulu" jawabnya kemudian pergi dari sana sambil membawa beberapa buku yang sudah dikerjakan kelompok belajar kelasnya.

"Gue ngasiin ini dulu ke bu Reni ya, Tan"

"Oh, iya Bim" jawab Tania singkat tanpa menoleh ke arah Bima

Bima berjalan membawa banyak buku tulis dan juga LKS untuk dibawa ke ruang guru, saat ia akan keluar kelas, disinilah kedua pangeran tampan ini berpapasan. Bima melihat kearah Jidan datar, begitupun dengan Jidan. Jidan bahkan melihat dengan tatapan seakan mengibarkan bendera perang. Namun nasib baik mereka tidak berantem lagi disini.

Jidan masuk menuju tempat duduk Tania

"Calon pacar gue mana?"

Dan tiba-tiba satu pertanyaan ini langsung meluncur mulus tanpa ada hambatan sedikitpun pada Tania yang masih bergelut dengan rumus-rumus kimia. Tania tidak mengubris karena dia merasa orang itu sedang tidak berbicara dengannya.

"Hei!" Jidan sedikit menendang meja Tania hingga membuat tulisan Tania sedikit tercoret. Tania langsung berdiri dan akan mengamuk pada orang yang telah mengganggunya ini.

"Gak liat apa gue lagi nulis ha!!!" bentaknya dengan lantang

Namun detik itu juga mental Tania langsung menciut seperti tempe yang gagal fermentasi.

"Eh eh Jidan ternyata. Iya deh, iya. gue yang salah. Ngapain juga gue nulis disini. Ah! Tania Tania" Tania tersenyum miris kearah Jidan. Tania takut Jidan juga akan ngamuk padanya, maka berakhirlah Tania dengan sikap bodohnya ini.

"Astaga Tama!!!" teriaknya histeris dan langsung memucat

Tama berjalan ke arah Jidan dan juga Tania saat ini. Hingga membuat Tania jadi pucat seperti ini.

"Mana calon pacar gue?" tanya Jidan tidak sabaran

"Anu..." tiba-tiba Tania jadi gagu, apalagi saat Tama ada di depannya saat ini.

"Apaan?" kesabaran Jidan hampir saja habis.

"Eh, iya. Tadi pagi dipanggil sama pak Handoko ke ruang guru. Sampai sekarang belum balik. Mungkin belum selesai ngomongnya" dan entah dapat kekuatan dari mana, Tania bisa selancar ini berbicara dengan Tama ada dihadapannya juga sekarang. Mungkin karena tekanan dari Jidan. Hahah.

"Pak Handoko ngelatih anak basket sekarang. Bahkan tadi jam pelajaran ke 3 pak Handoko di kelas B" Tama pun ikut menambahi, hingga membuat Tania semakin salah tingkah.

Jidan yang mendengar jawab dari Tama mengiakan semuanya, namun saat itu juga yang ada dikepala Jidan "Kemana Fayra?"

"Terus Fayra kemana!!" Tania berteriak histeris.

"Gak usah panik, mungkin Fayra lagi ngerjain soal atau ujian di ruangan pak Handoko" sahut Tama. Ia tahu Jidan sahabatnya ini juga sangat khawatir dengan Fayra.

"Oh iya juga sih" jawab Tania

"Soalnya itu anak gak pernah mau ikut ujian, dari dulu gak bisa basket dia. Bingung gue sama titisan Albert Einstein itu" sambung Tania

Dan jawaban Tania yang terakhir mampu membuat Jidan sedikit lega dan berpikir positif. Mungkin saja Fayra memang sedang mengerjakan soal di ruang pak Handoko dengan jumlah yang banyak. Karena pak Handoko sangat kejam jika sudah menyangkut nilai yang kurang.

"Fayra gak bisa basket?" tanya Jidan akhirnya

"Astaga lo kemana aja Jidan? Satu sekolah bahkan tahu itu anak susah banget diajarin basketnya."

Teriak Tania seakan tidak percaya.

"Ya gue di Amerika tahun lalu. Lo lupa?" jawab Jidan ketus

"Oh iya deng." Tania menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal sambil nyengir gak jelas. Tama yang melihat Tania hanya geleng-geleng kepala.

"Yaudah kalo gitu, gue titip calon pacar gue ya. Kalo Ara udah balik bilangin tadi calon pacar nyariin" Jidan pun bergegas dari sana untuk segera menuju lapangan basket karena sebagai kapten basket, Jidan sudah sangat telat untuk mengikuti latihan saat ini.

Tania hanya bisa menatap kepergian dua makhluk tampan itu dengan senyuman yang tak hentinya lepas dari bibirnya. "Ahhh Fayra, Jidan sweet banget kek gitu lo anggurin aja. Lah gue, malah dianggurin sama Tama, padahal udah usaha banget" lirihnya.

.

To be continued.

Jangan lupa vote dan komen biar aku semangat terus nulisnya.

ILY :3

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang