ARA GARIS KERAS

12 4 2
                                    

Hai, hai hai

Author yang baik hati dan tidak sombong plus suka menabung ini, sedang dalam mode baik hati. Maka dari itu malam ini Author langsung updet 2 part sekaligus. Gimana? suka?Harus suka dong. 

Jangan lupa follow Author ya, biar kalian tahu kapan Author berbaik hati langsung updet 2 part kayak gini. 

Dan please banget jangan jadi silent reader yaaah. Tolong komen kalo ada yang typo, hehe.

||

Happy Reading. Selamat bertemu dengan pangeran Jidan anak kesayangan Bunda Decevardo ini.

.

.

Pukul 23:00 WIB

"Bun, masakin Jidan mie instan dong. Jidan laper" pinta Jidan kepada Bundanya yang baru saja menginjakkan kaki di rumah ini.

"Kamu ini yaa. Bunda baru aja pulang kerja, udah main suruh aja. Capek bunda"

"Ayolah bun. Jidan laper" rengeknya kepada Bunda

"Suruh bibik aja"

"Bun, ayolah. Tadi pas tanding basket Jidan kepikiran mie instan buatan Bunda" Jidan terus saja mencoba membujuk sang Bunda

"Yaudah, sana mandi dulu kamu, nanti Bunda masakin. Baju aja belum ganti, masih bauk gini udah minta makan aja"

"Jidan kan juga baru aja pulang Bun. Yaudah Jidan mandi dulu"

Jidan memang baru saja pulang ke rumah 10 menit lebih dulu dari Bundanya. Pertandingan basket tadi ternyata memakan waktu cukup lama hingga membuatnya pulang selarut ini. Namun tentu saja Jidan pulang selalu membawa kemenangan.

Jidan segera berlari ke kamarnya yang ada di lantai atas untuk mandi dan juga berganti pakaian. Tidak memakan waktu yang lama Jidan langsung turun dan berlari ke arah dapur untuk menemui sang Bunda.

"Iya, tadi sekitar jam 8 sampai sini, nyonya"

"Sekarang sudah di kamar?" tanya nyonya Decevardo

"Iya, tadi terakhir saya periksa sudah tidur"

"Yasudah kalau gitu, jangan diganggu tidurnya"

Jidan yang langsung nimbrung ditengah obrolan sang Bunda dan juga asisten rumah tangganya hanya bisa plonga-plongo gak jelas, karena dia tidak tahu siapa yang sedang menjadi bahan perbincangan Bundanya ini.

"Apa, Bun?" tanya Jidan penasaran

"Udah, bawa dulu ini mie kamu, nanti Bunda ceritain di ruang makan"

Saat keduanya sudah berada di ruang makan dan dengan sepiring makanan yang berbeda-beda, karena sang Bunda tidak mau makan mie instan ditengah malam seperti ini, jadi nyonya Decevardo memilih memakan nasi saja.

"Jadi, ada anak sahabatnya Papa bakalan tinggal disini sementara waktu. Kamu gapapa kan? Kamu bisa terima kehadirannya kan?" tanya sang Bunda

"Bunda kayak ngomong ke Jidan waktu umur 7 tahun. Ya boleh lah Bun. Masa Jidan larang, kayak anak kecil aja"

"Syukurlah kalau begitu, artinya anak Bunda udah gede"

"Apaan sih Bun" Jidan terus fokus memakan mie instan buatan sang Bunda.

"By the way, anak sahabat Papa yang mana ya, Bun?" Jidan menjeda aksi makannya, karena ia sedikit penasaran dengan orang yang akan tinggal satu atap bersamanya itu, bahkan kamar mereka saling berhadapan.

"Kata Papa sih anak sahabatnya waktu SMA dulu, Bunda juga belum tau anaknya yang mana. Tapi katanya anaknya cewek masih SMA juga, sama kayak kamu"

"Katanya cantik banget loh, Dan. Bunda jadi penasaran, gimana kalo Bunda jodohin aja ya ke kamu?" sambung sang Bunda sangat antusias

"Apaan sih Bun! Gak ada yang lebih cantik dari Ara. Jangan coba-coba buat jodohin Jidan ya. Jidan udah ketemu sama jodoh Jidan sendiri" Jidan melakukan penolakan mentah-mentah

"Iya, iya yang cinta Ara garis keras" sang Bunda hanya tersenyum melihat tingkah anak semata wayangnya ini.

"Kapan dia mulai tinggal disini, Bun?" Jidan terus saja bertanya layaknya dora.

"Tadi jam 8 dia udah nyampe rumah, soalnya Mama sama Papanya mau ke London malam ini juga. Sekarang dia udah tidur di kamar depan kamar kamu"

"Hah!! Secepat ini? artinya sekarang kamar di depan kamarnya Jidan udah ada penghuninya, Bun?"

"Iya. Udah sana tidur, gak usah sehisteris itu. Besok pagi juga ketemu. Bunda ngantuk" Bu Decevardo pun berdiri dan membawa piring bekas makannya ke dapur, kemudian langsung masuk ke kamar untuk segera tidur. Karena besok pagi Bu Decevardo juga harus berangkat pagi karena ada rapat penting.

Jidan yang masih duduk di meja makan tidak memperdulikan perintah Bundanya untuk segera tidur, sekalipun sekarang sudah menunjukkan pukul 00:00. Dan Jidan juga tidak begitu penasaran siapa penghuni kamar di depan kamarnya itu. Jidan mengambil ponsel yang ia letakkan di meja makan tadi dan melihat pesan yang sempat ia kirim ke Fayra sore tadi.

To Ara:

"Ra, dimana? Mau gue jemput gak?"

"Lo gak mau nonton pertandingan gue?"

"Dimana sekarang, Ra?"

"Ra?"

Namun tidak ada balasan sama sekali dari Fayra, bahkan Fayra tidak membuka chat dari Jidan. Jidan mengotak-atik ponselnya seperti sedang memikirkan sesuatu. Siapa lagi kalau bukan tentang Fayra yang selalu ada di otak Jidan.

To Ara:

"Besok pagi gue jemput. Gak boleh nolak! Gue gak terima penolakan"

Pesan pun terkirim kepada Fayra, Jidan tidak mengharapkan balasan, yang harus ia lakukan sekarang ini adalah segera tidur supaya besok bisa bangun lebih pagi dan menjemput sang pujaan hati. Jidan langsung meraih gelas yang berisi air putih dan menenggak semuanya, kemudian berlari ke atas untuk menuju ke kamarnya dan segera tidur. Perihal seseorang yang menghuni depan kamarnya itu, Jidan masa bodoh. Yang terpenting sekarang ia harus bangun pagi untuk bertemu Fayra Zoya Kalantha, cewek cantik bak dewi dengan pesona rambut coklatnya yang senada dengan bola matanya. Cewek yang dicintainya.

.

.

To be continued

Jangan lupa vote dan komen ya, supaya aku semangat nulisnya. :)

ILY :3

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang