Mulai hari ini saya akan terus updet cerita setiap harinya, khusus untuk RENJANA. Saya harap kalian suka dengan kisah Jidan dan Fayra ini.
Happy reading ya para readers ku. ILY
.
.
Tania dan Fayra berjalan beriringan untuk menuju keluar gerbang sekolah. Ini adalah hari kebahagiaan para siswa indonesian high school, setelah ada rapat dadakan tadi, sekarang semua siswa dipulangkan lebih awal. Ini adalah kebahagian semua siswa yang ada di muka bumi ini.
"Nanti sore nonton pertandingan basket sekolah kita yuk?" ajak Tania
"Ada Jidan juga loh." sambungnya
"Terus?" tanya Fayra
"Yaaa, biar lo bisa liat betapa kerennya kapten basket sekolah kita itu, apalagi saat dilapangan"
"Enggak ah. Males!"
"Lo males nonton atau males karena ada Jidan?"
"Dua-duanya"
"Jidan!!!!" teriak seseorang yang ada dibelakang mereka saat ini. Sontak Tania dan juga Fayra mengalihkan pandangannya kepada dua makhluk yang tidak jauh dari mereka sekarang. Fayra diam-diam memerhatikan Angelin dan juga Jidan. Ya! benar, yang meneriaki nama Jidan tadi adalah Angelin.
"Tuh, kan, itu sih Angelin terus aja deketin Jidan, mulai dari hari pertama masuk sekolah ini. Makin gatel aja itu cewek pas tau Jidan balik lagi ke sekolah ini"
"Dan lo adalah cewek yang dikejar-kejar Jidan dengan gampangnya nolak pangeran itu mentah-mentah. Kufur nikmat" sambung Tania
Fayra masih diam dan memerhatikan gerak-gerik Jidan dan juga Angelin. Dan menghiraukan segala macam ocehan Tania yang ada di sampingnya sekarang.
"Katanya cuma suka ke gue doang. Itu apaan? Dasar cowok" gumamnya
"Hah? Apaan Fay? Lo ngomong apa?"
Nasib baik Tania tidak mendengar apa yang Fayra katakan barusan. Fayra langsung berjalan pergi dari sana meninggalkan Tania yang terus saja penasaran dengan kalimat yang keluar dari mulut Fayra barusan.
"Nanti gue pasti nonton pertandingan lo, Dan" kata Angelin, sambil terengah-engah mengatur nafas karena lelah berlari mengejar Jidan tadi.
"Terus?" tanya Jidan bingung. Namun tatapannya masih tidak luput dari seorang cewek berambut coklat yang berada cukup jauh darinya sekarang.
"Ya gapapa sih. Cuma mau ngasih tau lo aja"
"Oooh" jawab Jidan singkat, sangat singkat.
Sejak tadi Jidan terus mengikuti Fayra dan juga Tania, ia ingin mengajak Fayra untuk menonton pertandingannya nanti sore. Tapi semua itu gagal karena Angelin lebih dulu menghampiri Jidan. Jidan menoleh ke arah Tania dan juga Fayra. Fayra sudah masuk ke dalam mobil jemputannya dan Tania yang masih berdiri di samping mobil Fayra sambil mengangkat tangannya, say good bye mungkin.
"Kemana non?" tanya supir
"Pulang pak" jawab Fayra datar
Fayra mengambil lagi bunga Astillbe yang ia sembunyikan di dalam tasnya tadi. Memang terlihat sangat indah juga cantik. Sempat terukir senyum dari bibir indahnya itu saat memandang bunga yang diberikan oleh Jidan, namun senyum itu langsung memudar saat ia melirik dari kaca mobilnya, Jidan masih mengobrol dengan Angelin disana.
Fayra menaruh kembali bunga yang sempat ia pegang tadi dan memalingkan mukanya ke arah lain sambil menghembuskan nafas beratnya.
*****
Saat sudah sampai di pekarangan rumahnya, Fayra dibuat kaget dengan mobil Jessica yang terpakir disana. Fayra masih ingat sekali, tadi malam Jessica mengatakan bahwa dia akan pergi ke London jam 3 pagi tadi. Saat Fayra berangkat sekolah pagi tadi ia tidak melihat mobil Mamanya itu, ia kira Jessica sudah berangkat.
"Mama gak jadi take off ke London?" batinnya
Fayra berjalan keluar dari mobil dan sedikit berlari karena hujan mulai turun rintik-rintik. Saat mulai mendekati pintu utama Fayra juga melihat mobil Jordie sedang terparkir di depan garasi. Fayra langsung mempercepat langkahnya untuk segera masuk ke rumah. Fayra sangat penasaran ada apa yang terjadi di dalam.
Betapa terkejutnya Fayra saat melihat Papa dan Mamanya sedang berbincang serius di ruang tamu. Tidak seperti biasanya yang selalu saja terjadi perdebatan antara mereka.
"Papa" sapa Fayra kepada Jordie dengan senyum terukir indah di bibirnya. Entah kenapa Fayra sangat bahagia melihat momen seperti ini.
Jordie dan Jessica melihat ke arah Fayra yang sedang berjalan menuju ke arah mereka.
"Sini duduk" perintah Jessica
Dengan senyum yang masih terus terukir dibibir, Fayra menuruti apa yang Mamanya perintahkan.
"Mama gak jadi ke London?" tanya Fayra akhirnya
Jordie menatap anaknya itu sekilas, ini kali pertama mereka bertiga duduk bersama di dalam satu ruangan, seakan seperti keluarga yang sebenarnya.
"Mama nyuruh kamu duduk disini, untuk membahas soal itu"
"Soal apa, Ma?" tanya Fayra bingung
"Mama sama Papa disuruh kakek ke London untuk urusan perusahaan. Karena disana mengalami kesulitan, harus Papa dan Mama yang turun tangan langsung."
"Menurut Mama, kamu harus ikut, karena itu akan memakan waktu cukup lama." Sambung Jessica
"Berapa lama?" tanya Fayra hati-hati, karena ia mencium sesuatu yang tidak ia inginkan akan terjadi.
"Bisa memakan waktu 6 bulan, tapi kalau permasalahannya cepat diselesaikan, kita bisa langsung pulang ke indonesia lagi"
Fayra diam, dan apa yang dia takutkan pun terjadi. Fayra pasti diboyong ke London karena urusan perusahaan kedua orang tuanya ini. Padahal Fayra sudah tidak mau lagi pergi dari negara tercintanya ini. Fayra menunduk sambil memainkan jari-jemarinya, karena Fayra tahu ia pasti tidak akan bisa melakukan penolakkan, Jessica pasti akan memaksakan kehendaknya bagaimanapun caranya.
Jordie yang sedari tadi diam, dan memerhatikan kedua perempuan di depannya ini akhirnya angkat bicara, ia melihat sepertinya putrinya itu keberatan menerima permintaan Jessica.
"Tapi itu masih menurut Mama kamu"
Suara Jordie seakan memberikan setitik harapan kecil kepada Fayra, tapi entah itu akan membuatnya senang atau malah sebaliknya. Fayra masih diam dan terus memegang jari jemarinya yang sudah dingin. Seakan sudah siap dengan apapun yang akan kedua orang tuanya lakukan.
"Kalau menurut Papa kamu tinggal dulu sementara di rumah sahabat Papa. Dia sahabat baik Papa sejak SMA, mereka hanya dikaruniai satu anak. Istrinya sangat senang saat Papa bilang kamu mau tinggal sementara disana" sambung Jordie
Fayra mengangkat wajahnya, sepertinya pilihan dari Papa Jordie tidak begitu buruk. Tapi kenapa Fayra tidak tinggal di rumah saja sendirian? Toh banyak asisten rumah tangga yang akan menjaganya.
"Kenapa Fay gak tinggal dirumah aja?"
"Terlalu bahaya" jawab Jordie datar
"Sekarang gimana? Ikut pilihan Mama atau Papa? Kalau menurut Mama sih mending ke London aja" tanya Jessica, karena sudah tidak sabar menunggu jawaban Fayra.
Fayra diam dan masih menimbang-nimbang pilihan mana yang terbaik untuknya, karena Fayra pasti tidak bisa memilih diluar dari 2 pilihan itu.
"Tinggal dirumah sahabat Papa"
Dan akhirnya Fayra berpihak kepada Jordie. Karena Jordie tahu, Fayra tidak punya kepentingan di London, sedangkan saat ini Fayra masih sekolah. Sangat disayangkan jika Fayra terus pindah sekolah.
.
.
To be continued
Jangan lupa vote dan komen ya, biar aku semangat nulisnya.
ILY :3
KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Teen FictionKebanyakan seorang cowok the most wanted apalagi berasal dari sekolah yang terkenal, pasti mempunyai sikap yang dingin, cuek, seperti batu. Dan mempunyai gengsi yang sangat tinggi. Namun semua itu tidak untuk seorang Jidan Decevardo, cowok famous In...