.
.
Hai hai hai
Udah updet lagi nih. Maaf ya updetnya selalu tengah malam gini. Hahah. Gapapa yang terpenting masih bisa ketemu Jidan sama Fayra hari ini. :)
Happy reading yaah, semoga suka. Eits jangan lupa meninggalkan jejak apapun setelah membaca, entah itu vote atau perbaiki typo. Dan please banget jangan plagiat, hargai hasil karya orang lain.
.
.
Fayra menghembuskan nafasnya saat kakinya sudah menyentuh anak tangga terakhir, dan itu berarti sudah dekat dengan ruang makan, ia berjalan bersamaan dengan bibik untuk menuju ruang makan. Dengan hati berdegup kencang Fayra mencoba menetralkan degup jantungnya yang berdetak cepat. Untuk pertama kalinya Fayra tinggal bersama orang lain, yang tak ia kenali sama sekali.
Sambil membenarkan topi baretnya Fayra menoleh ke arah bibik mengisyaratkan bahwa dia sedang gugup.
"Gapapa non. Nyonya sangat ramah dan baik orangnya"
Seakan mengerti maksud dari raut wajah Fayra, bibik mencoba untuk menenangkan Fayra dengan sebuah kalimat itu. Walaupun tidak berefek sama sekali kepada Fayra.
Sayup-sayup terdengar suara laki-laki dan wanita paruh baya yang sedang berbicara di ruang makan. Sepertinya terjadi sedikit perdebatan antar keduanya. Fayra semakin gugup saja. Itu pasti suara anak dari pemilik rumah ini. Kenapa dari suaranya sudah terdengar sangat angkuh dan dingin? Apakah dia bisa menerima Fayra?
Dan tibalah Fayra di ruang makan, dengan perlahan Fayra berjalan mendekati dua orang yang sedang menikmati sarapannya pagi ini dan dengan sedikit bumbu perdebatan antara mereka. Fayra belum bisa melihat wajah mereka karena posisinya ada yang membelakangi dan yang satunya posisi duduk menyamping, jadi Fayra hanya bisa melihat wajah wanita paruh baya itu separuh saja, sedangkan anaknya hanya bagian belakangnya.
"Pokoknya, suruh supir aja yang nganter dia"
"Enggak! Dia bareng kamu"
"Bunda, Jid........." belum sempat melanjutkan percakapannya tiba-tiba ada sapaan seseorang dari belakang.
"Ha-halo tante" sapa Fayra ramah dan tak lupa dengan senyuman manisnya itu
Sontak membuat bu Decevardo langsung menoleh ke samping, kecuali Jidan. Ia sudah bad mood dengan anak teman Papanya itu. Karena dia, Jidan tidak bisa menjemput Fayra pagi ini, padahal dia sudah rela untuk bangun pagi
Bu Decevardo langsung membelalakan matanya tak percaya.
"Fayra!!!" teriaknya histeris
Karena mendengar nama itu Jidan langsung menoleh ke belakang.
"Ara!!" teriaknya tak percaya
Ini benar-benar keajaiban yang tak terduga. Bu Decevardo tidak tahu jika Fayra adalah anak dari teman suaminya itu, Jidan pun begitu. Entah harus bagaimana keduanya mengekspresikan kebahagiaan ini. Terlebih lagi Jidan. Rasanya, melihat seseorang yang kita sayangi ada di rumah kita di pagi hari dengan senyum manisnya adalah sebuah anugerah terindah. Apalagi saat tahu Fayra akan tinggal di rumahnya untuk sementara waktu. Ini adalah takdir Tuhan yang luar biasa hebatnya, bagi seorang Jidan Decevardo.
Karena sama-sama syok, Fayra bahkan tak bisa berkata-kata. Dunia ini memang sempit.
"Astaga, Bunda gak tau kalo kamu anak temennya Om" Bu Decevardo langsung mengajak Fayra untuk segera duduk disampingnya dan mulai histeris karena masih belum percaya jika Fayra akan tinggal di rumahnya.
"Owh Fayra toh namanya buk. Cantik banget anaknya" tiba-tiba Bibik ikut nimbrung
"Iya, Bik. Calon mantu saya ini" kata Bu Decevardo asal
Jidan yang masih syok dengan semua ini hanya bisa berteriak bahagia dalam hatinya. Dan menahan senyum bahagianya.
"Ayok sarapan dulu, Ra."
"Kalo Bunda tahu itu kamu, tadi malem udah Bunda samperin ke kamar kamu, Ra."
"Gimana? Suka gak sama kamarnya?"
"Yaampun Bunda masih gak percaya, astaga" Bu Decevardo terus saja mengoceh tidak jelas.
"Iya, Bunda. Makasih ya Bun"
"Ah Bunda seneng banget, Ra" sahutnya lagi dengan senyum yang tak lepas dari bibir.
Diam-diam Fayra melirik ke arah Jidan yang sedari tadi juga menatapnya.
"Oh God! Kenapa harus satu rumah sama cowok ini! astaga" batinnya
*****
Setelah drama panjang pagi ini. Jidan dan Fayra pun pamit untuk berangkat sekolah karena takut kesiangan.
"Fayra dianter supir pribadi ya?" tanya Bunda di depan Jidan. Memang sengaja ia lakukan untuk membuat kesal anaknya satu ini.
"Ara bareng Jidan kok. Jangan aneh-aneh Bunda" Jidan langsung angkat bicara
"Katanya tadi gak mau bareng sama anak temennya Papa" Bu Decevardo terus saja menggoda sang anak
"Mau kok. Kalo Ara orangnya, Jidan mau"
"Yaudah, hati-hati ya"
Keduanya langsung bersaliman dan pamit untuk berangkat. Jidan membukakan pintu mobil untuk Ara.
*****
Saat di dalam mobil Fayra hanya diam, karena tidak tahu mau membicarakan apa. Terlebih lagi pagi ini detak jantungnya bekerja tak karu-karuan. Entahlah, ada apa dengan dirinya. Kenapa dunia sesempit ini? dari tadi pikiran Fayra terus diputari dengan semua pertanyaan ini.
Fayra tidak menyangka jika akan satu atap dan tinggal bersama dengan keluarga Jidan. Fayra memejamkan matanya sejenak dan memijit pangkal hidungnya. Sungguh, ini terlalu mengejutkan dan sulit untuk diterima oleh Fayra. Bukan karena dia tidak nyaman dirumah itu ataupun tidak suka dengan Bunda, tapi permasalahannya disini adalah Jidan.
Fayra menganggap Jidan adalah bencana besar untuknya selama enam bulan ke depan. Jidan pasti akan semakin menganggu kenyamanan Fayra, dan dia tidak suka itu. Tapi mau bagaimana lagi, Fayra juga tidak bisa menolak pilihan dari kedua orang tuanya ini, atau Fayra akan diboyong ke London sekarang juga.
Ah ini bahkan lebih sulit dari berbagai macam cobaan yang telah Fayra lalui. Kadang takdir tidak selalu berpihak pada kita.
"Gue gak nyangka lo bakal tinggal di rumah gue, Ra" Jidan mencoba memecah keheningan diantara keduanya
Fayra hanya melihat ke arah Jidan tanpa membalas percakapannya
"Walaupun lo selalu ngehindar dari gue, tapi takdir bawa kita bersama. Semesta merestui kita"
"Gak usah bawa-bawa takdir. Ini bencana bukan takdir" batin Fayra. Ia masih belum bisa menerima semua kenyataan ini.
"Mulai sekarang berangkat dan pulang sekolah harus sama gue. Sekarang, lo, gue yang jagain!"
.
.
To be continued
Untuk part selanjutnya tunggu besok yaahhh.
Jangan lupa Vote dan Komen, biar aku semangat terus nulisnya. Okeh? ;)
ILY :3

KAMU SEDANG MEMBACA
Renjana
Teen FictionKebanyakan seorang cowok the most wanted apalagi berasal dari sekolah yang terkenal, pasti mempunyai sikap yang dingin, cuek, seperti batu. Dan mempunyai gengsi yang sangat tinggi. Namun semua itu tidak untuk seorang Jidan Decevardo, cowok famous In...