Aku mengikuti mas adnan yang berjalan ke arah kamar kami. Aku sadar kenapa mas adnan selalu bersikap dingin terhadapku, mungkin dia malu mempunyai istri sepertiku. Jika ditanya malu karna apa? Karna masa lalu ku yang mungkin bisa dibilang terlalu jauh dari agama. Tak pernah tau yang nama solat, bagaimana gerakannya bacaannya, dan juga tak bisa membaca al quran. Memang aku tak pantas bersanding dengannya
" mas mau mandi sekarang? Biar syifa siapkan bajunya " kataku setelah kami didalam kamar
" iya, saya mau mandi sekarang " jawab mas adnan
Aku tersenyum mendengarnya, setidaknya dia mau menanggapi pertanyaanku selain dengan kata ' hmm '
" emm mas " panggilku
Dia hanya menoleh ke arahku dengan mengangkat sebelah alisnya
" bisakah mas ganti panggilan ' saya ' dengan kata ' aku ' ? " kataku setelah mengumpulkan keberanian
" akan ku coba " jawabnya
Senyumku tak bisa ku tahan setelah mendengar jawaban mas adnan. Ingin sekali aku memeluknya tapi aku tak punya keberanian untuk itu. Setelah itu mas adnan masuk ke kamar mandi dan aku menyiapkan pakaian untuk mas adnan
" mas bajunya aku taruh diatas tempat tidur ya.. " kataku didepan pintu kamar mandi
" iya " jawabnya dari dalam kamar mandi
Setelah mendengar jawaban aku langsung keluar bantu umi menyiapkan makanan
" umi maaf ya lama tadi nyiapin pakaian dulu buat mas adnan " kataku pada umi
" iya nggak papa kok " jawab umi
Setelah itu aku dan umi merapikan dapur bekas kami memasak tadi
" panggil suami kamu sana buat sarapan " suruh umi kepadaku
" iya umi " kataku diakhiri dengan senyum
Aku melangkahkan kakiku kekamarku dan mas adnan. Aku membuka pintu kamar dan mendapatkan mas adnan sedang mengancingkan kancing baju kokonya
" mas " panggilku
Mas adnan langsung menoleh kearahku
" ayo sarapan dulu " ajakku
" iya sebentar " katanya dengan tangan yang masih merapikan bajunya
" mau syifa bantu? " tawarku
Dia melihatku sebentar dan mengangguk setelahnya. Aku langsung mendekat kearahnya yang berdiri didepan ranjang. Aku membantunya mengancingkan yang tinggal beberapa dan kancing dilengan bajunya. Setelah selesai aku mengusap bagian dadanya bermaksud untuk merapikannya. Aku tersenyum melihat betapa tampannya suamiku ini. Dia hanya menatapku dengan diam
" ayo mas kita keluar,, sudah ditunggu abah sama umi " kataku sambil berbalik
Saat akan melangkah tiba tiba mas adnan memegang tanganku
" ada apa mas? " tanyaku
Cup
Bukan menjawab mas adnan malah mengecup keningku. Aku hanya diam mematung mendapat perlakuan seperti itu
" Apakah ini mimpi? "
Tanyaku dalam hatiAku langsung memegang keningku sambil menatapnya
" maaf saat kita menikah kemarin aku tak menciummu " katanya dengan nada sedikit lembut
Aku langsung menegang mendengar nada lembut itu keluar dari mulut mas adnan. Aku gugup,aku hanya bisa menundukkan kepalaku
" hey kenapa nunduk gitu " katanya lagi sambil mendongakkan kepala ku pelan
" emm_ma_ mas ayo keluar umi sama abah kasihan nunggu lama " kataku gugup
Dia hanya terkekeh mendengar nada gugupku. Saking malunya aku langsung lari keluar mengabaikan tawa mas adnan yang meledak
" kok lama fa? " tanya umi saat aku sampai diruang makan
" i_itu umi tadi bantu mas adnan ngancing baju dulu " kataku setengah gugup
" kok gugup? " tanya umi lagi sedikit menggoda
" eng_enggak kok " jawabku sambil nunduk
" Dasar syifa bodoh "
Rutukku dalam hatiAku langsung menoleh saat mendengar suara langkah kaki ternyata mas adnan dan abah yang berjalan kearah meja makan
" masak apa mi? " tanya abah pada umi
" oseng kangkung bah.. Sama tempe goreng " jawab umi sambil menyendokkan nasi kepiring abah
Aku yang melihat itu juga melakukan hal yang sama pada mas adnan
" emm ini mas " kataku pada maz adnan
Mas adnan hanya tersenyum kearahku. Aku juga mengambil untuk diriku sendiri. Aku bersyukur karna ada kemajuan dipernikahanku. Oh ya aku ingin ke asrama pagi ini. Aku akan ijin ke mas adnan terlebih dahulu karna sekarang aku bukan wanita bebas lagi. Aku harus bisa berubah dan menghargai suamiku
" mas adnan " panggilku saat kami sudah selesai sarapan
Semua mata langsung tertuju padaku. Ahh jadi gugupkan
" mas syifa mau ijin nanti mau keasrama ketemu sama temen temen syifa boleh? " ijinku ke mas adnan
" iya boleh,, tapi sore sudah harus ada dirumah " kata mas adnan
" siap komandan " ucapku dengan gaya hormat
" umi biar syifa aja yang beresin " kataku pada umi
" beneran? " tanya umi meyakinkan
" iya umi " jawabku diakhiri senyum
Aku langsung bangkit dan merapihkan piring piring kotor dan mencucinya
" mas kekamar dulu " kata mas adnan
Aku hanya menganggukan kepala dan tersenyum sebagai jawabannya
" abah umi adnan kekamar dulu " lanjut mas adnan seraya bangkit dan meninggalkan ruang makan
Aku melanjutkan mencuci piring yang tinggal beberapa. Aku tak sabar untuk bertemu dengan sahabatku. Walaupun masih satu lingkungan pesantren tapi rasanya sangat susah untuk bertemu. Karna sekarang aku sudah mempunyai tanggungjawab untuk mengurus suamiku. Setelah menyelesaikan mencuci piring aku menyusul mas adnan kekamar. Saat aku membuka pintu aku mendapati mas adnan sedang duduk disofa kamar dengan kitab ditangannya
" mas adnan " panggilku
" iya? Katanya mau ke asrama? " kata mas adnan
" hehehe syifa mau pamit " ucapku sambil nyengir
Mas adnan malah tersenyum manis ke arahku. Ya allah senyumnya itu lhoo nggak kuat adek bang.. Wkwkwkwk
" emm mas " panggilku lagi
" iya kenapa " tanya mas adnan sambil beranjak untuk berdiri
" mas jangan senyum ya! " kataku
" lohh emang kenapa? Kan senyum ibadah " tanya mas adnan heran
" senyum mas terlalu manis kan kasihan yang lihat ntar diabetes " kata ku langsung menunduk malu
Aku langsung mengambil tangannya untuk ku kecup dan langsung berlari keluar karna malu dengan mas adan
" dasar syifa bodoh kenapa juga ngomong gitu segala "
Rutukku dalam hatiGimana guys bagus nggak.. Pasti gaje banget ya? Hehehe
Jangan bosen baca critaku ya guys
Jangan lupa vote and comennya
Salam manis dari author☺
KAMU SEDANG MEMBACA
pantaskah aku bersamamu ustadz
Teen FictionBerawal dari sebuah kesalah pahaman yang membuat syifa, seorang badgirl pesantren ar rahman harus menikah dengan adnan, seorang gus yang merangkap menjadi ustadz " aku tidak menuntutmu untuk mencintaiku, tapi aku hanya memintamu untuk setia padaku...