bagian dua puluh tujuh

8K 301 8
                                    

Selesai sholat maghrib aku dan mas adnan turun dari kamar. Ternyata ayah dan bunda sudah menunggu kami dimeja makan. Aku dan mas adnan duduk berdampingan

" maaf yah.. Bun.. Jadi nunggu kami lama " kataku dengan sedikit tidak enak

" nggak papa sayang " jawab bunda dengan senyum

Aku langsung mengambilkan makanan untuk mas adnan seperti yang bunda lakukan. Kami makan dengan tenang tanpa ada percakapan

" ayah.. Bunda besok adnan sama syifa mau pulang kepesantren,, nggak papa kan? " kata mas adnan setelah kami semua selesai makan

" loh kok mas adnan nggak ngomong dulu sama syifa " kataku dengan kesal

" nggak papa kok,, kalau kalian mau pulang kepesantren tapi ingat jangan marah marahan lagi kalian udah dewasa " kata ayah dengan sedikit menasehati

" syifa permisi dulu " kataku langsung bangkit dari dudukku sambil menghentak hentakkan kaki

Adnan pov

" syifa permisi dulu " kata istriku langsung bangkit dari duduknya sambil menghentak hentakkan kakinya

Aku tersenyum melihatnya, sangat menggemaskan menurutku

" syifa marah tuh " kata bunda dengan menggelengkan kepalanya

" sana susul istrimu nanti malah disuruh tidur diluar " kata ayah sambil tertawa

" yaudah adnan susul syifa dulu " ucapku

Aku bangkit dari dudukku dan melangkah mencari keberadaan istri kecilku. Aku berjalan kearah taman belakang ternyata benar dia sedang duduk merenung disana. Aku merasa bersalah sekarang

" sayang " panggilku sambil duduk disebelahnya

Dia hanya diam sambil memalingkan wajahnya

" maafin mas ya? Sebenarnya mas mau bilang sama kamu tadi,, tapi mas lupa " jelasku

" tapikan seharusnya mas bilang dulu sama syifa " katanya dengan cuek

" iya iya mas salah " kataku

Setelahnya hanya keheningan yang mengisi

" syifa kamu tau nggak? " tanyaku

" nggak " jawab syifa singkat

Aku hanya menghela nafas

" mungkin dia masih marah " pikirku

" menurut kamu kalau senyum itu bisa nafas nggak? " tanyaku

" bisa kok " jawabnya sambil menengok kearahku

" masa' sih? Coba kamu senyum bisa nafas nggak? " suruhku

Syifa langsung menuruti apa kataku, dia langsung tersenyum sambil bernafas

" emang bisa kok " katanya

" ooo nggak papa kok,, mas cuma mau lihat kamu senyum aja " ujarku sambil menatap matanya

Syifa pov

" ooo nggak papa kok,, mas cuma mau lihat kamu senyum aja " ujar mas adnan sambil menatap mataku

Pipiku langsung merasa panas saat dia mengucapakan itu. Dari mana coba dia belajar kaya gitu

" apaan sih mas,, aku masih marah ya sama kamu " peringatku tanpa menatapnya

" marah kok pipinya merah gitu " katanya sambil menusuk nusuk pipiku

" apaan nggak tuh " elakku

Mas adnan langsung tertawa, sejenak aku terpana saat melihat tawanya. Tampan,, kata itulah yang menggambarkan nya saat ini

" mas bisakah hanya aku yang menjadi alasan kamu tertawa? " tanyaku serius

Mas adnan langsung tersenyum sambil mengelus kepalaku lembut

" apapun untukmu " kata mas adnan dan langsung membawaku kedalam pelukannya

" tuhan aku percaya skenerio takdirMu " kataku dalam hati

Mas adnan memelukku sambil mengelus kepalaku dengan lembut sambil sesekali mengecup pucuk kepalaku. Aku hanya diam sambil menikmati momen yang jarang bahkan tidak pernah sama sekali aku rasakan

" masuk yuk,, udaranya mulai dingin " ajak mas adnan

Aku hanya mengangguk. Mas adnan bangkit dan meraih tanganku untuk digenggamnya. Aku melirik ke tanganku yang digenggamnya dengan jantung yang bekerja dua kali lebih cepat. Aku mengikuti langkahnya masuk kedalam rumah dalam diam

" udah nggak marah tuh istrinya nan? " tanya ayah ke mas adnan saat kami sampai diruang tamu

" apaan sih yah.. Syifa nggak marah kok " kataku mengelak

" udah nggak yah " jawab mas adnan diakhiri dengan kekehan

" adnan sama syifa keatas dulu yah.. Bun.. " pamit mas adnan

Kami melanjutkan langkah kami yang tertunda dengan pertanyaan ayah tadi















Hay guys jumpa lagi sama author

Apa kabar nich

Jangan lupa vote and comentnya ok👌

Jumpa lagi dipart selanjutnya

Bayyyyy


pantaskah aku bersamamu ustadz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang